Imam al-Ghazali dalam kitab Sirrul Alamin menulis sebuah kisah tentang bahayanya zalim kepada orang lain. Ketika seorang zalim pada orang lain, sebenarnya dia sedang menghancurkan diri sendiri.
Dikisahkan, ada seorang raja muslim mengirim utusan pada raja Hindu.
Tujuannya untuk menanyakan
kenapa raja Hindu kenapa bisa panjang umur, sedangkan raja muslim cepat
meninggal dunia.
Utusan
itupun berlalu. Sesampainya di hadapan raja Hindu, utusan raja muslim
mengutarakan pertanyaan rajanya.
![]() |
Raja Zalim |
Lalu, raja
Hindu berkata kepada si utusan, “Lihatlah pohon yang banyak buahnya ini. Aku
tidak akan menjawab pertanyaanmu sebelum pohon ini terpotong-potong.”
Utusan raja muslim masih berada di negara raja Hindu. Hatinya tidak tenang karena harus menunggu jawaban.
Agar jawaban itu lekas didapatkan, si utusan memiliki
keinginan untuk merobohkan pohon itu.
Namun, tak lama kemudian terdengar suara keras sekali, seperti pohon roboh. Orang-orang berlarian.
Utusan raja segera menghampiri suara itu. Ternyata pohon yang penuh
dengan buah itu sudah roboh ke tanah.
Ternyata di
tempat kejadian juga ada raja Hindu. Ketika raja Hindu melihat utusan raja
Muslim, dia berkata, “Pulanglah! Ini jawabanku. Katakan juga pada rajamu, satu
keinginan dapat merobohkan pohon ini. Lalu bagaimana dengan keinginan
orang-orang yang didzalimi tidak dapat menghancurkan orang yang menzaliminya?”
Kisah ini
senada dengan hadis Rasulullah saw.,
أن
رسول الله صلى الله عليه و سلم بعث معاذ بن جبل إلى اليمن فقال اتق دعوة المظلوم
فإنها ليس بينها وبين الله حجاب
“Rasulullah
saw. mengutus Mu’adz bin Jabal menuju Yaman (untuk mengajarkan agama). Lalu
Rasulullah saw. bersabda, “Takutlah pada do’a orang yang didzalimi, karena
antara do’anya dan Allah tidak ada hijab (maksudnya diijabah)”. (HR. Imam
Turmudzi)
Posting Komentar