Apakah
benar, kirim pahala bacaan al-Quran kepada ahli kubur itu tidak sampai menurut
Imam Syafi’i? Dan apakah kebaiasaan Masyarakat NU yang berupa kirim pahala
bacaan al-Quran untuk ahli kubur menyalahi pendapat Imam Syafi’i??
Yuk kita
bahas!
Ada sebagian
umat Islam yang menuduh masyarakat NU menyalahi pendapat Imam Syafii dalam
masalah kirim pahala bacaan al-Qur’an untuk ahli kubur. Menurut mereka, Imam
Syafi’i berpendapat bahwa kirim pahala bacaan al-Quran untuk ahli kubur tidak
sampai. Oleh karenanya, masyarakat NU menyalahi pendapat Imam Syafi’i.
Orang yang
beranggapan demikian, berarti tidak utuh membaca pendapat Imam Syafi’i. Dia
hanya membaca sepotong-sepotong dari pendapat Imam Syafi’i. Tak heran jika
kesimpulannya salah dan tidak sesuai dengan pendapat Imam Syafi’i yang
sebenarnya.
Oleh
karenanya, untuk menjawab tuduhan di atas, penulis uraikan tiga poin berikut:
1. Menurut Imam
Syafi’i, membaca al-Quran di kuburan disunahkan
Dalam kitab
Riyad as-Shalihin, karya al-Imam Nawawi, salah satu ulama ahli hadis dan ulama
fikih Syafi’i terkemuka dijelaskan, bahwa menurut Imam Syafii sunah hukumnya
membaca al-Quran di kuburan.
Redaksinya
sebagaimana berikut:
قَالَ
الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللهُ : وَيُسْتَحَبُّ أنْ يُقْرَأ عِنْدَهُ شَيْءٌ مِنَ
القُرآنِ ، وَإنْ خَتَمُوا القُرآنَ عِنْدَهُ كَانَ حَسَنَاً
“Imam
Syafi’i berkata: dan disunahkan untuk dibacakan sesuatu dari al-Quran di
samping kuburan. Jika mereka (orang yang ziyarah kubur) menghatamkan al-Quran
di samping kuburan, maka hal itu adalah kebaikan.”
Dalam kitab
al-Majmu’ Syarah Muhadzab, Imam Nawawi juga menulis:
المجموع
شرح المهذب (5/ 311)
ويستحب
إن يقرأ من القرآن ما تيسر ويدعو لهم عقبها نص عليه الشافعي واتفق عليه الاصحاب
“Dan
disunahkan membaca al-Quran di kuburan dan berdoa untuk ahli kubur setelahnya. Hal
ini sebagaimana dinash (difatwakan) oleh Imam Syafi’i dan disepakati oleh Ashab
(ulama-ulama) Syafi’iyah”.
Penjelasan
ini memberi pemahamaan bagi kita, bahwa menurut Imam Syafi’i, membaca al-Quran
di kuburan bermanfaat untuk ahli kubur.
Imam
al-Mawardi juga menuqil pendapat Imam Syafi’i dalam ktiab al-Hawi:
الحاوي
في فقه الشافعي (3/ 26)
فَأَمَّا
الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَدْ قَالَ الشَّافِعِيُّ : " وَرَأَيْتُ
مَنْ أَوْصَى بِالْقِرَاءَةِ عِنْدَ قَبْرِهِ وَهُوَ عِنْدَنَا حَسَنٌ "
“Adapun
membaca al-Quran di kuburan, maka Imam Syafi’i berkata: Orang yang berwasiat
agar dibacakan al-Quran di kuburannya, menurutku hal tersebut adalah kebaikan.”
2. Menurut Imam
Syafi’i, doa orang yang masih hidup bermanfaat dan sampai pada ahli kubur
Al-Imam
Nawawi menjelaskan dalam kitab al-Adzkar, bahwa para ulama telah Ijma (sepakat)
doa orang yang masih hidup bermanfaat dan pahalanya sampai pada ahli kubur.
Karena dalilnya sangat banyak dan jelas. Tentu, Imam Syafi’i juga berpendapat
demikian.
Imam Nawawi
menulis dalam al-Adzkar:
أجمع
العلماء على أن الدعاء للأموات ينفعهم ، ويصلهم ثوابه.
“Ulama
telah sepakat (Ijma’) bahwa doa untuk orang yang sudah mati itu bermanfaat
untuk mereka dan pahalanya sampai pada mereka.”
3. Menurut Imam
Syafi’i dalam riwayat yang masyhur kirim pahala bacaan al-Quran untuk ahli
kubur tidak sampai
Imam Nawawi
menulis dalam Kitab Syarah Sahih Muslim:
وأما
قراءة القرآن فالمشهور من مذهب الشافعى أنه لا يصل ثوابها إلى الميت
“Adapun
bacaan al-Quran menurut riwayat yang terkenal, Imam Syafi’i berpendapat bahwa pahalanya
tidak sampai kepada mayit.”
Dari tiga
poin ini, tentu kita perlu berpikir lebih keras mengenai pendapat Imam Syafii
tentang kirm pahala bacaan al-Qur’an ini. Jika tidak, kita bisa salah faham dan
menyesatkan umat. Oleh karenanya, kita butuh membuka kitab-kitab ulama madzhab
Syafi’iyah.
Dalam kitab
Fath al-Wahhab karya Imam Zakariya al-Anshari dijelaskan seperti ini:
وما
قاله من مشهور المذهب محمول على ما إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو ثواب قراءته له
أو نواه
ولم يدع
“Adapun pendapat
Imam Syafii yang masyhur (yang berupa kirim pahala bacaan al-Quran tidak
sampai) itu maksudnya jika membaca al-Quran tidak di dekat mayit dan tidak
meniatkan pahala bacaannya untuk si mayit, atau berniat pahala bacaan
al-Qurannya untuk mayit tapi tidak berdoa setelahnya.”
Jadi poinnya
sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Jamal dalam kitab Hasyiyatul Jamal, pahala bacaan al-Quran sampai pada ahli kubur jika:
1.
Al-Quran dibaca di dekat mayit atau di kuburan, maka
pahalanya sampai pada mayit.
2.
Setelah membaca al-Quran berdoa agar pahala tersebut
sampai pada mayit, maka pahala bacaan al-Qurannya sampai pada mayit.
3.
Jika hanya diniati agar bacaan al-Qurannya sampai pada
mayit, maka tidak sampai.
Hal ini
juga senada dengan penjelasan Imam Nawawi. Imam Nawawi menulis dalam kitab al-Majmu:
المجموع
شرح المهذب (15/ 522)
واختلف
العلماء في وصول ثواب قراءة القرآن، فالمشهور من مذهب الشافعي وجماعة أنه لا يصل. وذهب
أحمد بن حنبل وجماعة من العلماء وجماعة من أصحاب الشافعي إلى أنه يصل، والمختار أن
يقول بعد القراءة: اللهم أوصل ثواب ما قرأته، والله أعلم اه وقال ابن النحوي في
شرح المنهاج: لا يصل إلى الميت عندنا ثواب القراءة على المشهور. والمختار الوصول
إذا سأل الله أيصال ثواب قراءته، وينبغى الجزم به لانه دعاء،
“Ulama
berbeda pendapat mengenai sampainya kirim pahala bacaan al-Quran untuk mayit. Menurut
riwayat Masyhur dalam madzhab Imam Syafi’i dan segolongan ulama, pahalanya
tidak sampai.”
“Sementara
Imam Ahmad bin Hambal dan sekelompok ulama, dan sekumpulan ulama Syafi’iyah
berpendapat sampai.”
“Adapun
pendapat yang dipilih (agar pahala bacaan al-Quran sampai pada ahli kubur), adalah
setelah membaca al-Quran disetai doa, “Ya Allah, sampaikanlah pahala yang aku
baca kepada si fulan…”
Dengan demikian, amaliyah warga NU yang berupa kirim pahala bacaan
al-Quran untuk ahli kubur atau disebut Tahlilan tidak bertentangan dengan pendapat Imam Syafi’i.
Karena warga NU membaca al-Qurannya di samping kuburan si mayit. Jika warga NU
mengirimkan pahalanya dari rumah, mereka berdoa setelah membaca al-Quran agar
pahalanya samapi pada ahli kubur.
Kirim Pahala Menurut Sebagian Ulama Syafi’iyah
Sebagian ulama
Syafiiyah berpendapat, pahala bacaan al-Quran sampai pada mayit dengan tiga hal.
Pertama, dibaca di samping mayit atau kuburan. Kedua, berdoa setelah membaca
al-Quran agar pahalanya sampai pada mayit. Ketiga, cukup diniati agar pahalanya
sampai pada mayit.
حاشية
الجمل * (16/ 15)
(
قَوْلُهُ : أَمَّا الْقِرَاءَةُ إلَخْ ) قَالَ م ر : وَيَصِلُ ثَوَابُ
الْقِرَاءَةِ إذَا وُجِدَ وَاحِدٌ مِنْ ثَلَاثَةِ أُمُورٍ ؛ الْقِرَاءَةِ عِنْدَ قَبْرِهِ
وَالدُّعَاءِ لَهُ عَقِبَهَا وَنِيَّتِهِ حُصُولَ الثَّوَابِ لَهُ وَهُوَ
قَضِيَّةُ مَا اسْتَنْبَطَهُ السُّبْكِيُّ مِنْ الْخَبَرِ
“Imam Ramli
Saghir berkata: pahala bacaan al-Quran sampai pada mayit jika ada tiga perkara:
yaitu dibaca di dekat kuburan, berdoa setelah membaca al-Quran, dan niat agar
pahalanya sampai pada mayit. Hal ini sesuai dengan hasil istinbat Imam Subuki
pada hadis Rasulullah saw..”
Kesimpulannya, irim pahala bacaan al-Quran untuk ahli kubur menurut Imam Syafi'i sampai dengan dua syarat. Pertama, dibaca di dekat mayit atau di dekat kuburan. Kedua, berdoa setelah membaca al-Quran agar pahalanya sampai pada mayit.
Alakullihal, mengirim pahala bacaan al-Quran untuk ahli kubur memang ada perbedaan pendapat di kalangan ulama Salaf. Dalam madzhab Syafi’i juga ada khilaf. Oleh karenanya, tidak perlu ribut dalam masalah khilafiyah ini. Wallahu A’lam.
Posting Komentar