Beberapa
waktu lalu, Alhamdulillah saya berkesempatan bertemu Bapak Molik, pendiri Nurul
Hayat. Keperluan saya, untuk wawancara. Kebetulan, tugas akhir saya di S2 tentang
toleransi di Pesantren Tahfidz Khairunnas Surabaya.
Tentu
sangat dibutuhkan sejarah Nurul Hayat, mulai dari awal berdiri sampai
sukses seperti sekarang.
Dalam
wawancara itu, saya tidak hanya mendapatkan data yang saya perlukan. Tapi, saya
juga mendapatkan suntikan-suntikan motivasi dan inspirasi. Ada banyak pelajaran
hidup dalam kisah Bapak H. Molik mendirikan Nurul Hayat.
Oleh
karenanya, kisah-kisah yang saya dapatkan, saya tulis semua. Sebagai kenang-kenangan
dan sebagai bahan renungan. Data-data yang diperlukan, saya masukkan dalam
penelitian saya.
Nah
berikut sejarah berdirinya Nurul Hayat yang penuh inspirasi!
Bersama Ayah Molik, Pendiri Nurul Hayat |
Ingin Berbagi
Sejarah berdirinya Nurul Hayat bermula dari keinginan H. Muhammad Molik untuk membantu orang tak
mampu dan anak-anak yatim. Kala itu, di Indonesia terjadi krisis moniter.
Kemiskinan melanda masyarakat. Banyak dari anak-anak kurang mampu dan anak
yatim yang tidak sekolah.
Melihat
hal itu, H. Muhammad Molik (Ayah Molik, panggilan akrab beliau) bertekad untuk
menyisihkan sebagian reziknya untuk anak yatim dan orang-orang tak mampu.
Pada
tahun itu, yakni 1998 M, Ayah Molik memiliki bisnis jamu tradisional madura.
Ayah Molik bertekad jika jamu itu laku, maka setiap bungkusnya akan disisihkan
untuk disedekahkan pada duafa dan masakin.
“Saya
dan keluarga berkomitmen, jika laku terjual akan menyisihkan 200 perak setiap
bungkusnya,” cerita ayah
Molik[1].
Ayah
Molik berasumsi yang terjual mungkin sampai 5000 bungkus. 200 perak dikali 5000
akan terkumpul sebanyak 1000.000. Tapi ternyata Allah berkehendak lain.
Di
awal bulan September, penjualan sudah mencapai 20.000 bungkus. Secara otomatis,
uang yang disisihkan berlipat menjadi 4000.000. Jumlah yang lumayan banyak di
kala itu.
Bisnis
jamu tradisional ayah Molik terus mingkat. Alokasi dana untuk duafa dan anak
yatim juga semakin banyak.
Hingga
pada tahun 2000 M, duafa dan anak yatim yang mendapatkan kemanfaatan program
ayah Molik sudah mencapai 700 anak.
Oleh
karena itu, Ayah Molik mengajak keluarga yang tegabung dalam Bani Kayat (Bani
Hayat) untuk mendirikan sebuah yayasan. Karena santri sebanyak 700 itu sudah
lumayan banyak.
Ayah
Molik berharap, dengan adanya Yayasan, pemberdayaan semakin meningkat.
Barangkali juga ada santri yang muqim di Yayasan.
Akhirnya,
pada tahun 2001 M, berdirilah sebuah Yayasan dengan nama Yayasan Panti Asuhan
Nurul Hayat. Nama Nurul Hayat merupakan usulan dari sesepuh Bani Hayat.
Panti
Asuhan Nurul Hayat merupakan panti asuhan keluarga. Pembaiayaan dikeluarkan
dari pribadi, yaitu hasil dari jual jamu tradisional madura. Setelah berdirinya
panti asuhan yang terletak di Rungkut Asri Timur Gg. 4, ada sekitar 20 santri
yang mukim di yayasan.
Pada
tahun 2003, Ayah Molik ditegur seorang teman. Isi teguran itu, jikalau ingin
masuk surga, janganlah ingin masuk surga sendirian. Ngajak orang lain juga.
Ayah Molik masih kurang memahami apa maksud dari teguran itu.
Seorang
teman itu melanjutkan penjelasan, bahwa Ayah Molik selama ini mengurusi anak
yatim sendirian. Dari dana peribadi pula. Ini namanya ingin masuk surga
sendirian. Bukalah untuk masyarakat umum agar bisa berdonasi.
“2003
itu saya ditegur, “jangan ngapling surga sendiri. Jangan masuk surga sendirian.
Ngajak-ngajak yang lain juga.” Lalu saya tanya, “Maksudnya gimana?” Dia bilang,
“Kamu ini loh panti diurus sendirian. Coba beri kesempatan yang lain untuk
membantu,”,” kisah Ayah Molik
dengan wajah bahagia mengenang.
Setelah
itu, tepatnya pada tahun 2004, Yayasan Panti Asuhan Nurul Hayat dibubarkan dan
berdirilah Yayasan Nurul Hayat.
Dengan
ini, Yayasan Nurul Hayat tak lagi milik keluarga, tapi diwakafkan dan menjadi
milik umat. Sehingga masyarakat luas dapat membantu dan berdonasi di Yayasan
Nurul Hayat.
Yayasan
Nurul Hayat juga tidak hanya memiliki program dalam pendidikan, tapi juga program-program
sosial, dakwah dan bisnis.
Sejak
awal berdirinya, Nurul Hayat dicita-citakan menjadi lembaga umat yang mandiri.
Yakni, semua biaya operasionalnya, termasuk gaji untuk karyawan bisa dipenuhi
dengan mandiri dari hasil usaha yayasan.
Sehingga
donasi umat, zakat, dan infaq bisa tersalurkan pada mustahiq secara
keseluruhan. Oleh karenanya, Yayasan juga membuka bisnis dan usaha, seperti
Aqiqah dan Travel Umrah dan Haji.
Yayasan
Nurul Hayat didirikan bukan oleh tokoh agama atau kiai yang memiliki magnet
untuk berkumpulnya umat.
Oleh
karenanya, Ayah Molik mendesain Yayasan Nurul Hayat menjadi lembaga yang
pofesional dan mempunyai sistem yang bagus.
Yayasan
akan terus berjalan dan eksis, baik Ayah Molik ada atau sudah tidak ada. Nurul
Hayat juga mengedepankan tranparasi dan akuntabilitas pengelolaan dana-dana
umat. Sehingga Nurul Hayat bisa dipercaya oleh umat.
Sejuk untuk Semua
Nurul
Hayat memiliki motto “Sejuk untuk Semua”. Setidaknya ada dua hal yang ingin
ditegaskan dari motto ini.
Pertama,
Nurul Hayat tidak berafiliasi pada organisasi manapun. Nurul Hayat milik umat
dan untuk umat. Kedua, diharapkan Nurul Hayat dapat diterima di manapun dan
oleh siapapun, serta Nurul Hayat dapat memberi manfaat di manapun dan kepada
siapapun. “Sejuk untuk semua” merupakan tekad Nurul Hayat untuk memberi
kesejukan pada lingkungan sekitarnya.
Motto
“Sejuk untuk semua” ini merupakan pengejawantahan dari nama “Nurul Hayat” yang
memiliki arti cahaya kehidupan.
Cahaya
kehidupan berarti memberi cahaya untuk kehidupan lingkungan dan alam semesta.
Tidak memandang ormasnya apa, bahkan fahamnya apa. Filosofi ini terinpirasi
dari kehidupan Rasulullah saw. yang merupakan rahmatan lil alamin.
Rasulullah
saw. adalah rahmat bagi alam semesta, bagi umat manusia dengan latar belakang
yang berbeda-beda, yang muslim ataupun non muslim. Rasulullah bahkan menjadi
rahmat bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan.
“Nurul
Hayat ini kan caha kehidupan. Oleh karenanya, bagaimana cahaya kehidupan ini
tidak hanya bagi segelintir orang, tapi menjadi cahaya kehidupan umat. Kita ini
kalau ingin meneladani Rasulullah, maka cahaya itu untuk seluruh umat manusia.
Rahmatan lil alamin. Nah, rahmatan lilalamin itu kalau dibungkus dengan bahasa marketing,
maka jadilah “Sejuk untuk semua”. Kita
tidak membeda-bedakan”, jelas Ayah
Molik.
Oleh
karenanya, masyarakat Nurul Hayat terdiri dari individu yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda. Mulai dari karyawan, masyarakat yang mendapatkan
bantuan, sampai donatur. Keberagaman karyawan bisa dilihat dari cara ibadah.
Misalnya
saat tahyat ada yang menggerak-gerakkan telunjuk, ada juga yang mendiamkan
telunjuk. Donatur juga beragam, dari ormas Islam bermcam-macam. Bahkan ada juga
yang dari non muslim.
Masyarakat
yang dibantu oleh Nurul Hayat juga bermacam-macam, mulai dari muslim sampai non
muslim. Tentunya dengan tetap mengikuti rambu-rambu hukum Islam.
“Karyawan
di Nurul Hayat ini sangat beragam. Coba lihat, misalnya ketika tahyat. Ada yang
menggerak-gerakkan telunjuk, ada yang tidak. Kita tidak mempermasalahkan itu.
Yang penting tidak menyalahkan amaliyah yang lain. Kita lebih menekankan pada
kejujuran, amanah, dan profesional dalam bekerja. Kalau tidak amanah, baru kita
permasahlahkan. Donatur kita juga ada yang non muslim. Adapun penyaluran dana,
tetap kita mengikuti rambu-rambu fikih. Misalnya, harta zakat, ya kita salurkan
kepada muslim,” jelas Ayah
Molik.
Karena Kebutuhan, Berdirilah Pesantren
Dengan
berkembangnya Yayasan Nurul Hayat, secara alamiah program dan pemberdayaan juga
semakin meningkat.
Banyak
program-program baru yang bermunculan. Dari berbagai program itu, ada masukan
untuk dibenahi, diperbaiki, dan diadakan program baru. Diantara masukan itu
adalah para penghafal al-Quran mengusulkan untuk diadakan semacam pelatihan
untuk pengembangan diri.
Lalu
diadakanlah program pelatihan dengan nama KepQ, yaitu Kampus Entrepreuner
Penghafal al-Quran.
Awalnya
program ini hanya berupa pelatihan dalam
waktu satu minggu. Dirasa kuraang efektif, maka diprogramkanlah seperti
perguruan tinggi yang memiliki jurusan-jursan dengan kurun waktu yang lebih
panjang. Di samping juga ada jenjang pendidikan TK Khairunnas, SMP Khairunnas,
SMA Khairunnas, dan seterusnya.
Awalnya,
secara struktural, pendidikan Khairunnas berada di bawah kepengurusan dan
dikelolah langsung oleh Nurul Hayat.
Akan
tetapi, pada tahun 2018, pendidikan Khairunnas dibuatkan wadah tersendiri dengan
nama Yayasan Pendidikan Khairunnas yang fokus untuk menangani pendidikan. Nurul
Hayat yang membantu di bidang pendanaan dan manajemen.
Filosofi Nama Pesantren Khairunnas
Nama
Pesantren Khairunnas di ambil dari sebuah penggalan hadis yang berbunyi, “Khairu
al-Nas, Anfa’uhum Li al-Nas,”.
Hadis
ini memiliki arti, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang lebih bermanfaat
untuk umat manusia”.
Dalam
hadis ini sangat jelas, bahwa orang yang terbaik adalah yang paling bermanfaat
untuk manusia.
Manusia
di sini tidak ada batasan harus muslim, tidak ada batasan harus berafiliasi
pada suatu golongan, serta tidak ada batasan harus seakidah. Yang penting
manusia, maka berhak mendapat kemanfaatan.
Hadis
tersebut merupakan motto hidup dari pendiri dan ketua Yayasan Pendidikan
Khairunnas. Nama Pesantren “Khairunnas” menegaskan bahwa cita-cita dari para pendiri
pesantren Khairunnas adalah mencetak santri yang bermanfaat untuk umat manusia,
apapun organisasinya dan apapun golongannya. Sebagaimana bunyi hadis di atas.
“Cita-cita
kami ingin anak-anak nanti menjadi orang yang bermanfaat. Beramanfaat untuk
dirinya, untuk keluarganya, dan untuk lingkungannya. Tanpa memandang golongan,” jelas Ayah Molik.
Oleh
karenanya, para santri Khairunnas yang notabena adalah para penghafal al-Quran
akan dibekali banyak skill, dengan harapan bisa bermanfaat untuk banyak orang.
Sebab,
jika para penghafal al-Quran itu tidak memiliki skill dan kelebihan lain, maka
dia hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri dan hafalannya untuk dirinya
sendiri.
Namun,
jika para penghafal al-Quran dibekali dengan skill, misalnya public speaking,
maka mereka juga bisa menyamapaikan isi al-Quran dengan baik, sehingga dia bisa
bermanfaat untuk banyak orang.
“Menjadi
orang bermanfaat itu kan bisa dengan tiga hal. Bisa dengan harta, tenaga, dan
ilmu,” jelas Ayah Molik.
Posting Komentar