Biografi Abdurrahman bin ‘Auf memang penuh inspirasi dan pelajaran hidup. Dia adalah salah satu sahabat yang mendapatkan jaminan masuk surga.
Dia termasuk salah satu dari delapan sahabat Rasulullah SAW yang masuk Islam di awal dakwah Nabi. Dia masuk Islam berkat ajakan Sayidina Abu Bakar as-Siddiq.
Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf merasakan beratnya menjadi orang muslim. Sehingga Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf ikut hijrah ke Habsyah untuk mencari perlindungan.
Ketika Nabi hijrah ke
Madinah, Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf juga ikut hijrah ke madinah.
Abdurrahman bin Auf/ Pixabay/sylviacopol0/ |
Berikut 5
inspirasi sejarah hidup dan biografi Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf:
1-- Lebih
Suka Buka Usaha Sendiri dari Pada Minta-minta
Ketika ikut hijrah ke Madinah, Sayidina ‘Abdurrahman bin ‘Auf menjadi orang tak punya. Harta bendanya ditinggalkan di Makkah.
Begitu juga sahabat-sahabat nabi yang
lain. Mereka menjadi orang miskin dan tidak memiliki apa-apa.
Strategi yang dilakukan oleh Nabi adalah mempersaudarakan sahabat nabi yang dari Makkah dengan sahabat pribumi Madinah.
Dengan hati ikhlas dan penuh suka, umat Islam
Madinah membantu saudara seimannya sebagiamana keinginan Nabi. Orang-orang
Islam Madinah kemudian disebut dengan Ansar, penolong.
Kebetulan, Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf dipersaudarakan dengan Sahabat Sa’ad bin al-Rabi’ al-Anshari.
Sahabat Rabi’ langsung menawarkan bantuan kepada Sayidina
Abdurrahman bin ‘Auf.
“Wahai
Saudaraku, aku temasuk orang kaya di Madinah. Maka ambillah separuh dari
hartaku. Aku juga memiliki dua istri. Pilihlah yang engkau suka. Nanti aku akan
menceraikannya. Setelah idahnya selesai, nikahilah dia,” kata Sahabat Sa’ad bin
al-Rabi’.
Mendengar tawaran menggiurkan itu, Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf malah tidak mau. Sayidina Abdurrahman tidak mau membebani orang lain. Dia juga tidak mau menjadi orang yang minta-minta.
Dia lebih suka bekerja dan berusaha sendiri serta mandiri. Apa lagi
dia memiliki skill yang mumpuni dalam berdagang.
“Semoga
Allah memberkahi keluarga dan hartamu wahai saudaraku. Tapi, tunjukkan saja
pasar kepadaku!” Kata Abdurrahman bin ‘Auf.
Setelah itu, Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf mulai berdagang di pasar Madinah. Di hari pertama sudah mendapatkan laba.
Semakin hari, sahabat Nabi ini semakin kaya. Dan tak
lama setelah itu, Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf menikah.
Luar biasa!
Inspirasi dari sejarah hidup Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf.
2-- Pedangang
Hebat
Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf pedangang hebat dan handal. Tentu skill berdagang ini tidak didapatkan dengan begitu saja.
Beliau belajar berdagang sejak tinggal di
Makkah. Dan beliaupun menjadi orang berpunya di Makkah.
Kehebatan Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf dalam berdagang pernah diungkapkan oleh Abu Amer.
Abu Amer berkata sebagaimana ditulis oleh Ibnu ‘Abdil Bar dalam al-Isti’ab,
“Dia pedangang yang handal, sehingga dapat meraup banyak harta.”
Abdurrahman bin ‘Auf sendiri pernah mengungkapkan akan kehebatannya dalam berdagang.
Dalam
hal kecil dan remehpun, Abdurrahman bin ‘Auf tetap mencari laba dan keuntungan.
Ketika mengangkat batu pun, beliau berharap ada laba dan untung.
Baca juga:
- Berkah Menghormati Bulan Ramadan, Non Muslim Jadi Muallaf
- Karomah Umar bin Khattab; Ketika Sungai Nil Meminta Tumbal Seorang Gadis
“Sungguh aku
melihat diriku! Andaikan aku mengangkat sebuah batu, aku berharap mendapatkan
emas atau perak di bawahnya,” kata Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf sebagaimana
tertulis dalam al-Thabaqat al-Kubra, karya Imam Ibnu Sa’ad.
Sayidina Abdurrahman bin Auf berani membuka usaha. Dia juga hebat mengelola dan menjalankannya.
Dia pun menjadi salah satu sahabat Nabi yang membangun ekonomi
umat Islam di Madinah.
Maka, jika
kita ingin menjadi pedangan hebat, kita perlu membaca sejarah hidup dan
bigorafi Sahabat Abdurrahman bin Auf.
3-- Tujuan
yang Baik dalam Berdagang
Dalam berdagang, tentu sangat diperlukan untuk menata niat. Agar setiap keringat yang menetes sebab bekerja, bernilai sebuah pahala.
Sebagaimana sabda Nabi, “Setiap
perbuatan memerlukan niat. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya.”
Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup, menafkahi keluarga, dan selebihnya untuk berinfaq di jalan Allah.
Dengan berdagang dan
mendapatkan uang, Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf bisa menjaga diri dan keluarga
dari minta-minta. Bahkan bisa membantu orang lain dan keperluan Islam.
Oleh karenanya, ketika menjadi orang yang banyak harta, Sayidina Abdurrahman tidak bangga.
Bahkan takut dan menangis. Takut-takut harta yang dimiliki
menghalanginya masuk surga.
Sebagaimana ditulis oleh Ibnu al-Atsir, bahwa suatu ketika Sayidina Abdurrahman bin Auf mendatangi Sayyidatuna Ummu Salamah.
Sayidina Abdurrahman curhat, “Wahai
ibu, aku takut hancur gara-gara melimpahnya hartaku.” Lalu Sayidah Ummu
Salamah memberi masukan, “Wahai anakku, berinfaklah!”
Dalam Sahih Bukhari juga dijelaskan bahwa suatu ketika disuguhkanlah sebuah makanan pada Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf.
Lalu beliau berkata, “Mus’ab bin ‘Umair terbunuh dan dia lebih baik dariku. Saat ingin dikafani, tidak ada kain kafan untuknya kecuali kain selendang. Begitu juga ketika Hamzah atau orang lain yang lebih baik dariku terbunuh. Tidak ada kain kafan untuknya kecuali sebuah kain selendang. Aku takut, kenyamanan yang aku rasakan hanya dirasakan di dunia.”
Lalu, Sayidina ‘Abdurrahman bin ‘Auf meninggal dunia.
Sejarah
hidup Sahabat ‘Abdurrahman bin ‘Auf ini mengajarkan kepada kita bahwa
kenyamanan di dunia dapat mengurangi kenyamanan hidup di akhirat.
4-- Sedekah
yang Luar Biasa Banyaknya
Kekayaan Sayidina ‘Abdurrahman bin ‘Auf tidak hanya untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, juga untuk umat dan Islam.
Sayidina Abdurrahman bin Auf bersedekah dan berinfaq
seakan-akan tidak takut miskin. Barangkali, inilah salah satu kunci kesuksesan
Sayidina Abdurrahman dalam kehidupannya.
Dikisahkan, sampailah kepada Rasulullah saw. bahwa pasukan romawi yang sangat kuat dan adi daya hendak menyerang umat Islam.
Ditambah keadaan umat Islam sedang krisis dan mengalami paceklik. Maka Rasulullah saw mengumumkan pada para sahabat untuk bersiap.
Rasulullah saw juga memotivasi, sahabat yang kaya agar membantu
mempersiapkan kebutuhan yang tidak punya.
Maka para sahabat berbondong-bondong menyedekahkan hartanya. Termasuk Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf.
Dia menyedekahkan separuh dari harta yang dia miliki,
yaitu 4000 dirham. Setelah itu, sebagaimana tulisan Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani
dalam kitab al-Isabah, Sayidina ‘Abdurrahman bin ‘Auf bersedekan 40.000
dinar, lalu 500 kuda dan 500 kendaraan.
Dikisahkan juga, suatu ketika datanglah barang dagangan Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf.
Dagangan itu sangat banyak sampai dibawa oleh 700 unta. Ketika sampai di
Madinah, suara barang dagangan itu bergemuruh. Orang-orang Madinah
mendengarnya. Begitu juga Sayidah ‘Aisyah.
Lalu Sayidah Aisyah bertanya, “Bunyi apa ini?”
Orang-orang memberi tahu bahwa bunyi itu dari barang dangangan Sayidina Abdurrahman bin Auf yang sangat banyak.
Lalu Sayidah
‘Aisyah berkata, “Abdurrahman bin ‘Auf akan masuk surga dalam keadaan
merangkak.”
Tak lama kemudian, perkataan Sayidah Aisyah sampai pada Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf.
Seketika, Sayidina ‘Abdurrahman bin ‘Auf menginfakkan seluruh barang dagangan
itu di jalan Allah.
“Wahai ibu…
saksikanlah, aku peruntukkan unta dan apa-apa yang dibawanya itu di jalan
Allah,” kata Sayidina Abdurrahman bin ‘Auf kepada Sayidah Aisyah.
Membaca
sejarah hidup dan bigorafi Sahabat Abdurrahman bin ‘Auf ini, mampukah kita
meneladaninya? Jika tidak mampu semua, jangan tinggalkan semua.
5-- Orang
yang Amanah
Diantara karakter yang dimiliki oleh Sayidina ‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah amanah, dapat diprecaya. Bahkan keamanahannya langsung dijamin oleh Rasulullah saw..
Rasulullah bersabda, “Abdurrahman bin ‘Auf adalah amin (orang yang dapat
dipercaya) dalam penduduk langit dan penduduk bumi.”
Oleh karenanya, ketika Sayidina ‘Abdurrahman bin Auf memilih seseorang untuk dijadikan Khalifah, Sayidina Ali orang pertama yang menyetujui.
Sebab, Sayidina
‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah orang yang amanah.
“Siapapun
yang kamu pilih, saya orang pertama kali yang rida. Karena aku mendengar
Rasulullah saw berkata, bahwa kamu adalah orang yang dapat dipercaya bagi
penduduk langit dan bumi,” kata Sayidina Ali sebagaimana tertulis dalam kitab al-Isti’ab.
Tentu, karakter amanah adalah salah satu kesuksesan seseorang. Termasuk dalam berdagang, berbisnis, atau bekerja.
Karakter amanah adalah modal agar dipercaya
oleh orang lain. Kepercayaan orang lain itulah yang akan menjadikan seseorang
sukses.
Itulah 5 inspirasi
dari sejarah hidup dan bigografi Sahabat Abdurrahman bin ‘Auf. Semoga kita bisa
meneladaninya. Jika tidak semua, semgoga tidak kita tinggalkan semua.
Wallahu
A’lamu Bisshowab.
Posting Komentar