Ada seorang laki-laki yang sedang bersedih. Hatinya gundah. Dia memiliki banyak masalah. Lalu, laki-laki itu mendatangi seseorang yang sangat bijak. Dia ingin curhat, siapa tahu ada jalan keluar.
Kisah hikmah: jangan bersedih/fr.preepik.com |
“Hai orang bijak, aku lagi sedih,” kata laki-laki itu menceritakan kesedihannya.
Orang bijak itu diam sejenak. Dia berpikir bagaimana cara agar laki-laki itu tak terus berada di dalam kesedihannya. Dia pun mencoba menyadarkan laki-laki itu.
“Aku ingin bertanya mengenai dua hal kepadamu,” kata orang bijak.
“Monggo”
“Apakah ketika kamu lahir ke dunia ini, kamu membawa masalah kamu derita sekarang ini?” tanya orang bijak.
“Tidak wahai orang bijak,” jawab laki-laki itu.
“Apakah nantik ketika kamu meninggal, masalahmu ini akan kamu bawa ke alam kubur?” tanya orang bijak lagi.
“Tidak,” jawab laki-laki itu.
Lalu orang bijak itu melanjutkan, “Dengan demikian, kamu ke dunia ini tidak membawa masalah itu. Juga, masalahmu itu tidak akan kamu bawa kea lam kuburmu,”
“Maka seharusnya kamu tak perlu bersedih. Kamu cukup tabah dan sabar untuk urusan dunia ini. Melihatlah ke langit lebih lama dari pada melihat ke bumi, maka kamu akan mendapatkan harapan-harapanmu,”
“Tersenyumlah! Rezekimu sudah ada yang mengatur. Derajatmu sudah ada yang memutuskan. Masalah dunia tak perlu membuatmu sedih berlarut-larut. Karena masalah itu ada dalam kekuasaan Tuhan yang Maha Hidup,”
“Kata seorang pemikir, dalam hidup ini pasti mengalami dan merasakan salah satu dua hal: adakalanya bahagia, adakalanya duka. Bagi orang yang beriman, keduanya pasti baik. Tapi harus yakin,”
Baca juga:
“Orang yang beriman, ketika bahagia, maka bersyukur. Ketika berduka, maka bersabar. Jika kau ingin hidup bahagia, tidak perlu memikirkan banyak hal!”
Begitulah kata orang bijak itu. Laki-laki itu manggut-manggut. Sepertinya dia mendapatkan siraman inspirasi yang menyejukkan.
Jadi, jangan lupa bahagia. Masih ada Allah yang Maha Kasih kepada kita. Kita tumpahkan kesedihan kita kepada-Nya. Semoga!
*Disadur dari Kitab
‘Allamatni al-Hayah, halaman 35.
Posting Komentar