Al-kisah, ada seorang
bocah. Namanya Fatah. Dia sangat pandai dan cerdas. Ucapannya benar dan bikin orang
lain sadar. Saat dewasa, anak ini menjadi wazir (jabatan sekelas mentri) di
masa khalifah Mutawakkil.
cincin di jari/ fr.freepik.com |
Suatu ketika, khalifah al-Watsiq berkunjung ke kediaman ayah Fatah. Saat itu Fatah masih bocah. Al-Watsiq memperlakukan Fatah dengan lembut sekali. Bahkan al-Watsiq membiarkan Fatah tidur di pangkuannya.
“Wahai Fatah, lebih bagus mana istanaku atau rumah bapakmu ini?” tanya Al-Watsiq
“Lebih bagus rumah bapakku selama engkau berada di sini,” jawab Fatah dengan cepat.
Khalifah Al-Wtsiq terkejut dengan kecerdasan Fatah. Rumah yang bagus itu saat kita berada di dalamnya. Artinya, rumah itu berguna.
Kemudian Al-Watsiq bertanya lagi. Pertanyaan ini lebih sulit dari pertanyaan pertama. Tapi, Fatah tetap bisa menjawabnya. Tentu, jawabannya benar dan bikin orang yang mendengar sadar.
Saat itu, Khalifah Al-Watsiq melihat Fatah sedang memerhatikan cincin yang ada di jari Al-Watsiq. Fatah tampak tertarik. Maklumlah, cincin itu indah sekali. Tentu juga sangat mahal harganya.
Lalu, Al-Watsiq bertanya kepada Fatah:
“Fatah, adakah yang lebih mahal dari cincin ini?”
“Ada!” jawab Fatah.
“Apa?” tanya Al-Watsiq.
“Jari-jari yang dilingkari cincin itu,” jawab Fatah.
Semakin tampaklah kecerdasan Fatah ini. Ternyata yang mahal itu bukan cincin, tapi jari yang bisa dlingkari cincin.
Baca juga:
- Kisah Suami yang Ingin Membalas Kebaikan Istri
- Kisah Seorang Anak Merawat Sang Ayah, Rezekinya Jadi Melimpah
Bisa buat inspirasi buat
kamu-kamu yang masih istikamah nge-jomblo. Yang paling penting itu bukan
cincin, tapi jari-jari yang bersedia dipakaikan cincin. Hehehe.
*Disadur dari kitab
Syarh al-Yaqut an-Nafis.
Posting Komentar