Kita tahu Nabi Muhammad adalah yatim, tapi jarang ada yang tahu hikmah Nabi Muhammad Yatim. Tapi sebelumnya, saya tulis segelintir kisah hidup masa kecil Rasulullah.
***
Hikmah Nabi Muhammad Yatim/islamicmedia.org |
Seperti bayi pada umumnya, Nabi Muhammad saw. juga disusukan pada perempuan desa. Nabi Muhammad disusui oleh Halimah Sa’diyah, seorang perempuan dari kampung Bani Sa’ad. Halimah Sa’diyah termasuk perempuan yang beruntung. Sebab, berkah bayi yang kelak akan menjadi rasul itu, kehidupannya menjadi lebih baik.
Karena Nabi Muhammad
yatim, maka biaya ditanggung oleh ibu dan kakek beliau, Abdul Mutthalib.
Ketika Nabi Muhammad
berumur empat atau lima tahun, terjadilah pembelahan dadanya oleh Malaikat
Jibril. Halimah Sa’diyah pun hawatir terhadap Nabi Muhammad. Maka, Halimah
Sa’diyah mengembalikan Nabi Muhammad pada ibunda beliau di Makkah.
Nabi Muhammad kecil
dirawat oleh sang ibu sampai berumur enam tahun. Lalu, sang ibu ingin menzirahi
makam suaminya di Yatsrib. Berangkatlah Sayidah Aminah ditemani pembantunya,
Ummu Ayman. Dibawanya Nabi Muhammad kecil. Sayidah Aminah beserta rombongan
berada di Yastrib selama enam bulan. Lalu kembali ke Makkah.
Sayang, di tengah
perjalanan, ibunda Nabi Muhammad saw. sakit. Lalu wafat di sebuah tempat yang
bernama Abwa’. Rasulullah benar-benar ditinggal sendiri. Sang ayah wafat saat
Nabi Muhammad berada dalam kandungan, kini ibunda beliau juga berpulang. Nabi
Muhammad menjadi yatim piatu.
Nabi
Muhammad Diasuh oleh Kakeknya
Selanjutnya, Nabi
Muhammad dirawat oleh kakeknya, Abdul Mutthalib. Kakek Nabi Muhammad ini sangat
menyayangi Nabi Muhammad. Rasa sayangnya pada Nabi Muhammad melebihi rasa
sayangnya pada putra-putranya.
Hal itu tergambar dalam
sikap Abdul Mtthalib. Misalnya ketika Nabi Muhammad kecil duduk di tempat
duduknya, Abdul Mutthalib membiarkannya. Ketika ada putra-putra Abdul Mutthalib
yang ingin menyingkirkan Nabi Muhammad dari tempat duduknya itu, Abdul
Mutthalib melarangnya. Padahal sebelumnya, tidak ada orang yang berani duduk di
tempat duduk Abdul Mutthalib.
Nabi Muhammad dirawat dan
diasuh oleh Abdul Mutthalib sampai berumur delapan tahun. Setelah itu, kakek
Rasulullah meninggal dunia.
Nabi
Muhammad Diasuh oleh Abu Thalib
Setelah itu, Nabi
Muhammad diasuh oleh pamanya, Abu Thalib. Banyak kisah-kisah menakjubkan saat beliau
tinggal bersama pamannya ini.
Imam Qadi Iyad bercerita
dalam Kitab as-Syifa bahwa ketika Abu Thalib makan bersama keluarga dan
di tempat itu ada Nabi Muhammad, maka mereka kenanyang. Tapi, ketika Nabi
Muhammad tidak bersama mereka, mereka tidak kenyang. Hal itu karena berkah dari
Nabi Muhammad.
Dikisahkan juga, ketika
bangun tidur, putra-putra Abu Thalib tidak rapi. Tapi, ketika Nabi Muhammad
bangun tidur, wajah beliau tetap cerah, seperti sedang memakai minyak (sabun),
dan bercelak.
Nabi
Muhammad dan Pendeta
Ketika Nabi Muhammad
berumur 12 tahun, Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Nabi Muhammad dibawa
serta. Ketika Abu Thalib bersama rombongan tiba di sebuah tempat yang bernama
Bahsra, seorang pendeta mendatangi Abu Thalib.
“Anak ini apamu?” Tanya
pendeta itu.
“Anakku,” jawab Abu
Thalib.
“Tidak mungkin.
Seharusnya ayah anak ini sudah meninggal,” kata pendeta itu.
“Iya, ini sebenarnya
keponakanku,” jawab lagi Abu Thalib.
Lalu, pendeta itu meminta
kepada Abu Thalib agar membawa Nabi Muhammad pulang. Pendeta itu takut
orang-orang Yahudi melihat Nabi Muhammad dan mencalakai beliau.
Rupanya, pendeta itu
termasuk orang baik. Dia banyak mengetahui isi kitabnya sehingga mengetahui
ciri-ciri nabi terakhir.
Sebenarnya, kisah seperti
ini banyak terjadi. Misalnya kisah yang dimuat dalam kitab adz- Dzakhair
al-Muhammadiyah. Kitab ini ditulis oleh Sayid Muhammad al-Maliki.
Dalam kitab tersebut
dijelaskan, bahwa ada orang Yahudi yang lama tinggal di Makkah. Suatu malam,
Orang Yahudi itu bertanya apa ada anak yang dilahirkan atau tidak. Orang-orang
menjawab tidak tahu.
Kemudian dikatakanlah
bahwa Sayidah Aminah sedang melahirkan. Orang Yahudi itupun mendatangi rumah
menantu Abdul Mutthalib itu. Ketika melihat Nabi Muhammad yang masih bayi,
orang Yahudi itu pingsan. Setelah bangun, orang Yahudi itu mengatakan bahwa
kenabian telah hilang dari Bani Israil.
Ahlu
Kitab Mengenal Nabi Muhammad seperti Mereka Mengenal Anak Mereka
Kisah yang mirip juga apa
yang dikatakan oleh Abdullah bin Salam. Dia orang Yahudi dan masuk Islam.
Pada suatu ketika,
turunlah ayat:
الَّذِينَ
آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ
Ayat ini menjelaskan,
bahwa Ahli Kitab mengenal Nabi Muhammad sebagaimana mereka mengenal anak-anak
mereka. Lalu Sayidina Umar bin Khattab bertanya pada Abdullah bin Salam. Apakah
Abdullah bin Salam mengenal Nabi Muhammad seperti mengenal anaknya.
Jawaban Abdullah bin
Salam, iya. Bahkan lebih mengenal Nabi Muhammad dari pada anak-anaknya.
Sifat-sifat Rasulullah tertulis jelas dalam kitabnya, sedang anaknya tidak ada
kejelasan. Bisa saja anaknya bukan anaknya karena istrinya selingkuh.
***
Nabi Muhammad diasuh oleh
Abu Thalib sampai dewasa. Bahkan kelak ketika Nabi Muhammad diutus, Abu Thalib
termasuk orang yang membela Nabi Muhammad. Meski Abu Thalib tidak beriman
kepada beliau.
Hikmah
Nabi Muhammad Yatim
Dari penjelasan di atas,
Nabi Muhammad adalah sosok anak yatim. Ayah beliau meninggal saat beliau masih
berumur dua bulan dalam kandungan. Lalu, pada umur enam tahun ibu beliau juga
meninggal. Pada umur delapan tahun, kakek yang merawat beliau juga meninggal.
Lalu apa hikmah Nabi
Muhammad Yatim?
Hikmah Nabi Muhammad
Yatim dijelaskan oleh Dr. Said Ramadan al-Buthi dalam kitabnya, Fiqh Sirah.
Kata beliau, Allah
menjadikan Nabi Muhammad Yatim itu banyak hikmahnya. Hikmah dan rahasia yang
paling tampak adalah orang-orang yang membenci Islam tidak bisa menuduh bahwa Nabi
Muhammad ingin menjadi pemimpin karena mengikuti jejak ayah-kakek beliau.
Sebagaimana yang kita
tahu, Abdul Mutthalib adalah orang yang dituakan. Dia termasuk pemimpin
masyarakat Makkah. Tentu, pada biasanya, kepemimpinan dan kemuliaan seorang
ayah akan diturunkan pada anaknya.
Akan tetapi, ayah Nabi
Muhammad wafat sejak Nabi Muhammad masih dalam kandungan. Karenanya, orang yang
benci pada Islam tidak bisa menuduh bahwa Nabi Muhammad mendapatkan doktrin
dari ayahnya.
Mereka juga tidak bisa
mengatakan Nabi Muhammad mendapatkan doktrin dari kakeknya. Sebab, kakek Nabi
Muhammad, Abdul Mutthalib wafat saat nabi masih kecil.
Baca juga:
- Kisah Mengharukan Saat Nabi Muhammad Disusui Halimah Sa'diyah
- Apakah Cahaya Rasulullah Seperti Cahaya Lampu?
Orang yang membenci Islam
juga tidak bisa menuduh bahwa Nabi Muhammad mendapatkan doktrin dari pamannya,
Abu Thalib. Karena paman Nabi Muhammad itu justru tidak beriman kepada Nabi
Muhammad.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad mengaku nabi bukan karena doktrin dari keluarganya. Bukan pula karena ingin meneruskan kepemimpinan ayah-kakeknya. Tapi karena perintah dari Allah swt.. Itulah rahasia Nabi Muhammad yatim.
Referensi:
Rahiq al-Mahtum, Fiqh
Sirah, As-Syifa dan adz-Dzakhair al-Muhammadiyah
Posting Komentar