Ingin menjadi content creator sukses? Tentu ingin lah. Follower banyak, job banyak, uang banyak, dan lain-lain. Its.. Namun, menjadi content creator sukses itu engak mudah loh. Tapi bukan berarti sulit.
Terus? Ya gampang-gampang
sulit. Gampang karena banyak yang sudah sukses. Sulit karena harus usaha.
Menjadi content creator sukses | fr.freefik.com |
Nah, kalau ingin menjadi
content creator sukses, ini ada beberapa ilmu dari para pakar. Ilmu ini saya
dapatkan waktu ikut webinar. Temanya, “MENGISI KEMERDEKAAN DENGAN POSTINGAN
POSITIF”.
Narasumbernya
keren-keren. Papan atas semua. Ada Mbak Amy Kamila. Beliau Content Creator,
Promotor Film, dan Fouder SOB.
Ada Mbak Ani Berta.
Beliau Blogger dan Founder Femaledigest. Juga ada Kang Maman. Beliau ini
penulis buku.
Acara ini diadakan oleh
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA). Bekerja sama
dengan fameladigest dan SOB.
Tentu banyak ilmu yang
saya dapatkan. Apa lagi webinernya gratis. Sangat membantu dompet yang mulai
lesu. Hehehe…
Selain ilmu, saya juga
mendapatkan semangat. Saya ingin menjadi content creator sukses. Di
medsos, blog, bahkan youtbe. Semoga ya.
Menjadi
Pemuda Kreatif Bukan Konsumtif
Sekarang kita sudah
memasuki era digital. Semuanya sudah serba digital. Menurut laporan detik.com,
64% penduduk Indonesia merasakan akses kedunia maya. Sedang pengguna medsos
sebanyak 160 juta jiwa.
Oleh karenanya, menjadi
pemuda kreatif –sebagaimana di sampaikan Mbak Ani Berta- dalam dunia internet
adalah keharusan.
Jangan sampai menjadi
pemuda mager. Pemuda yang hanya penikmat konten. Aktif di medsos saben jam cuma
scroll-scroll aja. Setelah itu enggak ngapa-ngapain.
Maka, berkaryalah. Isi
kemerdekaan ini dengan karya. Berkarya di internet, seperti di medsos itu
banyak menfaatnya. Kita bisa dapat uang, terkenal, dan lain-lain.
Betapa banyak orang dapat
bayaran hanya dengan memposting foto di Instagram. Betapa banyak orang yang
dapat gaji dari menulis di media. Betapa banyak pula orang kaya karena membuat
konten di youtbe.
Ya… Mereka menjadi content
creator sukses.
Akan tetapi, kata Mbak
Amy Kamila, ada satu hal yang paling urgen: kebermaknaan. Kita berkarya, karena
kita ingin menjadi orang yang bermakna. Kita menjadi content creator,
karena ingin menjadi orang yang berguna.
Tidak masalah menjadi content
creator karena ingin mendapatkan uang atau terkenal. Tetapi, ketika kita
menjadi content creator dengan alasan ingin bermakna, maka uang dan
populiritas akan ikut. Tidak sebaliknya.
Secara psikologis, kita juga
akan bahagia ketika menjadi orang yang dibutuhkan. Kita bahagia ketika dapat
membantu orang lain. Hal ini bisa dimulai dengan aktif di medsos. Memposting
hal-hal positif. Terlebih dengan menjadi content creator kreatif.
Menjadi
Perekat Bukan Peretak Bangsa
Jika kita bermedsos,
tetapi postingan kita negatif, mending diam saja. Sebagaimana kata hadis, “Jika
beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka berkatalah yang baik atau diam
saja.” (HR. Imam Bukhari)
Kenapa demikian? Karena
perkataan tidak baik itu bahaya. Bahaya untuk orang lain dan bahaya untuk diri
kita sendiri. Dulu ada istilah “Mulutmu harimaumu”. Sekarang berubah menjadi
“Jempolmu harimaumu”.
Ya, kita mulai dari diri
kitalah. Kata Mbak Ani Berta, “Kita tidak bisa mengontrol orang lain, tapi kita
bisa menahan diri kita (untuk share hal negatif di medsos)”.
Lalu hal positif apa yang
bisa kita share di internet? Atau kita jadikan content?
Banyak. Misalnya hal-hal
yang memotivasi atau mengedukasi. Kita buat tutorial, share wawasan,
atau refleksi dari tokoh. Terserah kita, pilih yang mana.
Yang jelas, konten yang
bagus itu akan menginpirasi orang yang menikmatinya. Inpirasi itu terus
bergulir menjadi tindakan yang bermenfaat. Tindakan yang bermenfaat itu berguna
untuk dirinya dan orang lain. Kadang menumbuhkan inspirasi baru pada orang
lain.
Bahagilah hidup creator.
Hidupnya penuh makna. Kata Mbak Amy Kamila, “Good conten are inspiring
audiens”.
Tidak kalah penting,
konten yang kita lahirkan adalah menggambarkan diri kita sendiri. Sebabnya,
kita membuat konten yang menjadi keahlian kita. Agar mudah dan menjadi branding
diri kita.
Kang Maman mengamini apa
yang disampaikan oleh Mbak Amy dan Mbak Ani Berta. Karenanya, penting bagi kita
untuk saring sebelum sharing.
Juta kata beliau,
“Jadilah perekat bangsa bukan peretak bangsa”.
Jika kita menerapkan apa
yang mereka sampaikan, kita akan menjadi content creator sukses.
Sekaligus menjadi content creator bermartabat.
Ruh dari konten adalah
kreatifitas. Ingin menjadi content creator sukses dituntut untuk menjadi
orang yang kreatif. Dalam dunia blog ada istilah, “Content is the king”.
Konten itu raja.
Artinya jika ingin
menjadi blogger hebat, ya harus punya konten yang hebat.
Konten yang bagus itu
tidak harus viral. Karena konten yang viral belum tentu bagus. Kata Kang Maman,
jika ingin viral sebenarnya mudah. Cukup lari-lari di Munas dengan telanjang.
Nanti pasti viral.
Yang terpenting dalam
konten itu keren. Kontennya bagus, positif, menginpirasi, penuh edukasi, dan
lain-lain. Jika konten yang keren itu viral, maka bonus. Bukan tujuan utama.
Kata Mbak Amy Kamilah, “Viral
itu bonus, keren itu harus, kreatif itu tantangannya”.
Kang Maman juga memberi
tips agar sukses di abad 21 ini. Kata beliau, agar kita sukses, kita harus
memiliki 4K:
1-Kemampuan komunukasi.
2-Kemampuan Kolaborasi.
3-Kreatifitas.
4-Kritikal Thinking.
Nah, itulah ilmu yang
saya dapatkan dari Mbak Amy Kamila, Mbak Ani Berta, dan Kang Maman. Semoga saja
kita semua menjadi content creator yang sukses dan bermartabat.
Baca juga:
- Motivasi Menulis: Kalau Santri Gak Nulis, Lalu Siapa?
- 7 Cara Menulis Artikel Blog Agar Disukai Pembaca
Apa lagi Islam sangat
menganjurkan umatnya untuk menjadi orang yang produktif. Nabi berdoa,
اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ø£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ الْÙƒَسَÙ„ِ
ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ الْجُبْÙ†ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ الْÙ‡َرَÙ…ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ
الْبُØ®ْÙ„ِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari malas, aku berlindung kepada-Mu sikap pengecut, aku
berlindung kepada-Mu dari kepikunan, dan aku berlindung kepada-Mu dari
kekikiran.” (HR. Imam Bukhari)
Posting Komentar