Terdapatlah seorang laki-laki yang sudah tua. Dia tidak bisa sendiri lagi. Harus ada yang merawatnya. Untungnya dia memiliki empat anak. Dia bisa dirawat oleh mereka.
Suatu hari, salah satu
anaknya berencana merawat sang ayah. Anak itu meminta izin kepada
saudara-saudaranya. Agar diberi izin, anak tersebut rela tidak mendapatkan
harta warisan.
“Saudara-saudaraku,
kalian boleh merawat ayah tapi kalian tidak boleh meminta warisan. Kalau tidak mau,
saya saja yang merawat ayah dan saya rela tidak mendapatkan warisan,” kata anak
tersebut.
Merawat orang tua itu berkah /fr.freefik.com |
Tiga saudaranya memberi izin. Tentu dengan konsekuensi, dia tidak mendapatkan harta warisan.
“Kamu saja yang merawat
ayah dan kamu tidak mendapatkan harta warisan,” kata mereka.
Anak itu pun merawat sang
ayah dengan baik. Dia begitu hormat kepada orang yang pernah membesarkannya itu.
Dia merawat sang ayah hingga sang ayah meninggal dunia.
Dia pun tidak mengambil
sedikit pun harta warisan. Baginya, merawat sang ayah adalah hal yang sangat
membahagiakan.
Suatu malam, anak itu
bermimpi. Dia bertemu dengan ayah tercintanya. Dalam mimpi itu, sang ayah
menyuruhnya mendatangi sebuah tempat. Di tempat itu ada uang 100 dinar.
“Apakah uang 100 dinar
itu berkah?” kata sang anak. Sang ayah tidak menjawab. Sang anak pun terbangun.
Keesokan harinya, dia
menceritakan mimpi itu pada istrinya. Si istri menyarankan agar mendatangi
tempat yang ditunjuk oleh almarhum ayahnya. Tetapi, dia tidak mau. Sebab sang
ayah belum memberi tahu, uang 100 dinar itu berkah atau tidak.
Sang istri mengatakan,
ketika uang 100 dinar itu diambil maka akan berkah. Sebab, ketika uang itu
dipakai untuk kebutuhan hidup, berarti uang itu berkah. Anak itu tetap tidak
mau mengambil uang itu.
Di malam berikutnya, anak
itu bermimpi lagi. Dia bertemu sang ayah tercinta. Lalu si ayah itu mengatakan,
“Tidak.” Artinya uang 100 dinar itu tidak berkah.
Di malam ketiga, anak itu
bermimpi lagi. Dia bertemu sang ayah dan menyuruhnya mendatangi sebuah tempat. Dia
disuruh mengambil uang dengan jumlah lebih kecil dari sebelumnya. Hanya satu
dinar.
“Apakah uang satu dinar
itu berkah?” tanya anak itu.
“Iya,” jawab sang ayah.
Keesokan harinya, tanpa
pikir panjang, anak itu pergi ke tempat yang ditunjuk ayahnya. Ternyata benar,
ada uang satu dinar di tempat itu. Si anak langsung membawanya ke pasar. Buat belanja.
Anak itu membeli dua ikan
yang masih segar. Harganya satu dinar. Uang pemberian ayahnya ludes semua. Tetapi,
tidak mengapa. Yang penting berkah. Ikan itu pun dibawa ke rumahnya.
Ternyata, uang satu dinar
itu benar-benar berkah. Karena di dalam perut ikan itu ada permata. Satu ikan satu
permata. Berarti ada dua permata. Permata itu sangat indah tiada duanya. Belum
pernah ada yang sebagus permata itu.
Beberapa waktu kemudian,
ada seorang raja sedang mencari permata. Banyak penjual yang sudah menawarkan kepadanya.
Tetapi, raja hanya tertarik pada permata anak itu.
Si anak menjual
permatanya mahal sekali. Dia menjualnya dengan emas seberat 30 keledai.
Lalu, si raja membeli
permata satunya. Dengan harga berlipat dari harga yang pertama. Menurut sang
raja, dua permata itu akan lebih indah jika dipajang bersama-sama.
Baca juga:
- Kisah Suami yang Ingin Membalas Kebaikan Istri
- 5 Hadis Ini Mengajarkan agar Kita Menyayangi Hewan, Islam Memang Keren!
Dengan demikian, menjadi
kayalah anak itu. Dia memang tidak mendapatkan warisan, tapi hartanya begitu
banyaknya.
Itulah berkah merawat
orang tua. Allah akan mencukupkan rezekinya. Amin!
*Disarikan dari kitab
Alfu Qishshah Wa Qishshah Min Qashash al-Shalihin Wa Nawadir az-Zahidin, hlm 48
karya Syaikh Hani Al-Haj.
Posting Komentar