Dikisahkan, Imam al-Utbi
berjalan-jalan di jalan Bashrah. Tanpa disengaja, beliau melihat dua orang yang
sedang bercengkerama. Satunya perempuan yang sangat cantik wajahnya, satunya
laki-laki buruk rupa.
Dua orang itu terus bersenda
gurau. Saling cerita, saling melempar kata, dan saling pandang mata.
Kisah Inspirasi/fr.freefik.com |
Perempuan itu tampak manja. Laki-laki itu juga bahagia luar biasa. Ketika laki-laki itu berbicara pada si perempuan, si perempuan mendengarnya dengan seksama. Lalu, laki-laki itu tertawa.
Imam al-Utbi penasaran,
siapa mereka. Imam al-Utbi melangkah menghampiri mereka. Lalu bertanya pada si perempuan
cantik itu.
“Laki-laki ini siapapmu?”
Tanya Imam al-Utbi.
“Ini suamiku,” jawab si
perempuan cantik itu.
Imam al-Utbi takjub luar
biasa. Bagaimana bisa, orang perempuan secantik dia bisa bermesra-mesraan
dengan laki-laki yang sangat buruk rupa.
“Ini benar-benar keajaiban.
Bagaimana kau bisa bercengkerama dengan laki-laki yang buruk rupa, padahal kamu
cantik jelita?” Tanya Imam al-Utbi.
Perempuan cantik itu
mendengarkan baik-baik pertanyaan Imam al-Utbi. Lalu dia jawab dengan tenang
dan santai.
“Gini, mungkin saja
suamiku ini laki-laki yang beruntung karena mendapatkan istri sepertiku, lalu
dia bersyukur. Mungkin saja aku tidak beruntung karena mendapatkan suami
seperti dia, lalu aku bersabar,” kata si perempuan cantik.
“Tentu, orang yang banyak
bersyukur dan bersabar adalah ahli Surga. Akankah aku tidak rela pada apa yang
diberikan Allah kepadaku?” kata si permpuan itu lagi.
Imam al-Utbi tidak
bertanya lagi. Jawaban perempuan cantik itu sangat cukup untuk membuatnya tidak
perlu berdebat. Lalu, Imam Utbi berlalu. Meninggalkan sepasang kekasih yang
lagi bahagia itu.
*Disadur dari kitab Nafahat
al-Imdadiyah Syarh al-Hikam al-Haddadiyah, karya KH. Ahmad Ghazali Muhammad
Fathullah.
Posting Komentar