Siapa yang tidak kenal
pada Sayidina Umar bin Khattab? Tetapi, sepertinya tidak banyak dari kita yang
tahu tentang Karomah Umar bin Khattab ini.
Sayidina Umar bin Khattab
adalah Sahabat Rasulullah yang tegas dan pemberani. Khalifah Rasulullah kedua
yang mampu membebaskan negara-negara tetangga. Seperti Persia dan Mesir.
Bahkan, saat Islam baru
lahir, Sayidina Umarlah yang membuatnya kuat dan mulia. Sehingga orang-orang
kafir mulai tidak memandangnya sebelah mata.
Karomah Sayidina Umar bin Khattab /pinterest.com |
Oleh karenanya, Sayidina
Umar bin Khattab terkenal dengan Al-Faruq. Yakni pemisah antara yang hak dan
yang batil.
Kata Imam Ibnu Hajar
al-Haitami dalam Fath al-Mubinnya, orang-orang Islam sebelum Sayidina Umar
masuk Islam selalu sembunyi-sembunyi, tapi ketika dia masuk Islam mereka menampakkan
diri.
Ternyata, semasa hidup,
banyak karomah yang tampak dari pemimpin yang adil itu. Tulisan ini akan
memaparkan Karomah Umar bin Khattab.
Karomah
Umar bin Khattab; Suaranya Terdengar di Persia
Saat Sayidina Umar
menjadi pemimpin umat Islam, beliau pernah mengirim sebuah tentara. Tujuannya
adalah negeri Persia. Tentara itu berangkat. Lalu, terjadilah pertempuran
dengan musuh.
Akan tetapi, tentara
Islam semakin terpojok. Mereka kalah jumlah. Medan perang juga tidak berpihak
pada mereka. Tentara Islam memiliki rencana untuk lari.
Akan tetapi, suara
Sayidina Umar terdengar. Lantang sekali. Para tentara Islam mendengarnya sangat
jelas.
“Wahai tentara, (pergi)
ke gunung,” bunyi suara itu tiga kali.
Para tentara pun
merengsek ke gunung. Keadaan pun berubah. Awalnya tentara Islam dapat diserang
dari segala arah. Kini fokus hanya dari depan saja. Tentara Islam akhirnya
meraih kemenangan.
Ternyata, di Madinah
sana, Sayidina Umar sedang berkhutbah. Di tengah-tengah khutbahnya, Sayidina
Umar mengatakan, “Wahai tentara, (pergi) ke gunung”. Anehnya, ucapan itu
terdengar oleh tentara Islam di Persia.
Kisah ini dikisahkan oleh
Imam al-Waqidi dan ulama lain. Menurut Ibnu Hajar, sanadnya Hasan.
Itulah, Karomah Umar bin
Khattab yang pertama. Suaranya terdengar di bagian bumi yang sangat jauh.
Menurut Syaikh Hasan bin ‘Ali
al-Mudabighi dalam Hasyiyah ala Fath al-Mubin, cerita di atas termasuk
tanda Allah menundukkan angin kepada Sayidina Umar bin Khattab.
Karomah
Umar bin Khottob; Gempa Bumi Takut pada Sayidina Umar bin Khattab
Karomah Sayidina Umar
berikutnya adalah berkaitan dengan tanah. Hal ini bisa dibilang, Sayidina Umar
dapat menaklukkan tanah. Tentu, Allah-lah yang menundukkan tanah itu pada
Sayidina Umar.
Setelah wabah Ta’aun
Amwas selesai, terjadilah gempa bumi dahsyat. Saking besarnya, gempa itu dapat
menggoncang gunung. Gungun itu pun hampir runtuh dan jatuh.
Mendapati hal itu,
Sayidina Umar memukulkan pecutnya ke tanah. Pecut itu terbuat dari sandal Nabi
Muhammad saw..
“Diamlah, jika aku tidak
adil maka celakalah Umar,” begitu kata Sayidina Umar pada tanah.
Seketika gempa bumi
berhenti. Setelah itu, tak pernah ada gempa bumi lagi yang sebesar itu.
Karomah
Umar bin Khattab; Sungai Nil Meminta Tumbal Seorang Gadis
Karomah Umar bin Khattab
berikutnya adalah mengenai sungai Nil. Sungai yang terkenal di negara Mesir.
Sampai sekarang, sungai itu termasuk sungai yang dibanggakan oleh penduduk
Mesir.
Kala itu, yang menjadi
Gubernur untuk Mesir adalah Sayidina Amer bin ‘Ash. Mesir sebelumnya dikuasai
oleh orang Romawi. Kemudian, umat Islam membebaskannya dan masuk dalam
administrasi pemerintahan Islam.
Ternyata, di Sungai Nil
itu ada kebiasaan buruk. Sungai Nil ‘meminta’ tumbal perempuan yang masih gadis.
Tumbal itu dilemparkan ke dalam sungai besar itu. Jika tidak ada perempuan
gadis yang dilempar, maka airnya semakin surut.
Maka, Amer bin ‘Ash
mengirim surat kepada Sayidina Umar di Madinah, pusat pemerintahan Islam.
Lalu, Sayidina Umar
membalas surat itu. Sayidina Umar bin Khattab mengirim sebuah tulisan. Beliau
memerintah agar tulisan itu dilemparkan ke dalam sungai Nil. Sebagai ganti dari
perempuan yang masih gadis.
Begini isi tulisannya,
من عبدالله أميرالمؤمنين الى نيل مصر:
أما بعد, فان كنت تجري من قبلك فلاتجري. وان كان الواحد القهار يجريك فنسأل الله
الواحد القهار ان يجريك.
“Dari hamba Allah pemimpin orang-orang yang
beriman teruntuk sungai Nil Mesir. Amma bakdu, jika kamu mengalir karena dirimu
maka kamu tidak bisa mengalir. Jika Allah yang membuatmu mengalir, maka kami
akan meminta kepada Allah agar membuatmu mengalir.”
Setelah itu, air sungai
Nil mengalir lagi. Meski tidak meliempar perempuan yang masih gadis. Akhirnya,
kebiasaan buruk melempar gadis tidak ada lagi. Berkah karomah Umar bin Khattab.
Karomah
Umar bin Khattab; Api Pergi karena Selendang Sayidina Umar bin Khattab
Dikisahkan, ada api yang
datang ke Madinah Munawwarah. Api itu datang setiap tahun. Umat Islam pun
mengadu kepada Sayidina Umar bin Khattab.
Mendengar hal itu,
Sayidina Umar memberikan selendangnya pada pembantunya. Sayidina Umar berpesan,
“Ambillah selendang ini.
Jika api datang, bentangkan di wajahmu dan katakanlah, “Wahai api, ini
selendang Umar bin Khattab”. Api itu pasti lari.”
Pembantu itu pun
mengambil selendang Sayidina Umar bin Khattab.
Suatu hari, api itu
datang lagi. Masyarakat muslim bergemuruh. Lalu, pembantu Sayidina umar
bergegas mengambil selendang. Lalu pergi menghadap api. Selendang itu kemudian
di bentangkan di wajahnya.
Pembantu Sayidina Umar
itu berkata,” Wahai api, pergilah! Ini selendang Umar bin Khattab.”
Seketika api itu pergi
dan selamanya tak kembali lagi. Berkah karomah Umar bin Khattab.
Baca juga:
- Kisah Harut dan Marut, Dua Malaikat yang Tergoda oleh Perempuan
- Ubaidah bin Al-Jarrah; Pemimpin yang Miskin
Nah, itulah karomah Umar
bin Khattab. Beliau dapat menguasai empat eleman bumi. Yakni, api, tanah, air,
dan api. Maksudnya, empat elemen bumi itu Allah tundukkan kepada Sayidina Umar.
Eh, kok teringat film
Naruto ya…. Hehehe. Seingat saya, Naruto itu memiliki cakra yang berelemen angin.
Referensi:
·
Al-Jurdani, Muhammad
bin ‘Abdullah ad-Dimyathi, Al-Jawahir al-Lu’lu’iyah fi Syarh al-Arbain
an-Nawawiyah, hlm 29, Maktbah al-Iman, Manshurah.
·
Al-Mudabighi,
Hasan bin Ali, Hasyiyah ala Fath al-Mubin, hlm 113, Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, Lebanon.
Posting Komentar