Belajar memang keharusan.
Terlebih belajar Ilmu agama. Sebab, ilmu itulah yang akan menuntun kita pada
jalan yang benar. Ilmu juga yang membuat kita sukses di dunia dan akhirat.
Begitu banyak dalil yang memotivasi
kita untuk mencari ilmu. Baik Al-Quran maupun hadis. Kebijakan-kebijakan Rasulullah
sebagai kepala negara juga mencerminkan betapa pentingnya sebuah ilmu.
Belajar Islam itu butuh pembimbing /fr.freefik.com |
Misalnya, ketika banyak
tawanan pasca perang Badar, Rasulullah menyerahkan 10 anak pada setiap satu tawanan.
Tawanan itu diberi tugas untuk mengajar menulis. Setelah 10 anak itu mahir,
tawanan bebas.
Namun demikian, dalam
belajar ilmu agama, ternyata banyak syarat dan adab yang harus terpenuhi. Jika
salah satu syarat tersebut hilang, maka ilmu agama tak bisa didapat dengan
sempurna.
Syarat Mencari Ilmu Menurut Syaikh Zarnuji
Dalam kitabnya, Taklim
al-Muta’allim, Syaikh Zarnuji menjelaskan syarat-syarat mencari ilmu.
Setidaknya ada enam hal yang harus dipenuhi oleh seorang pelajar agar
mendapatkan ilmu.
Enam hal tersebut
dirangkum dalam syiir di bawah ini:
الا لا تنال العلم الا
بستة # سأنبيك عن مجموعها ببيان
ذكاء وحرص واصطباروبلغة # وارشاد استاذ وطول زمان
“Ingatlah, engkau tidak
akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara
Aku akan menjelaskan semuanya
dengan sebuah penjelasan
(Yaitu) kecerdasan,
keinginan yang kuat, kesabaran, biaya,
Petunjuk guru, dan waktu
yang lama.”
Syarat-syarat yang
tercantum dalam bait di atas merupakan syarat mutlak. Tidak boleh hilang satu
pun.
Oleh karenanya, ketika
menjelaskan bait di atas, Imam Zarnuji mengatakan, “Ingatlah dan ketahuilah,
sesungguhnya engkau tidak akan mendapatkan ilmu dan tidak akan sampai kepada
ilmu kecuali memenuhi syarat-syarat tersebut!”
Pentingnya Belajar Ilmu Agama pada Seorang Guru
Salah satu syarat mencari
ilmu adalah memiliki guru. Tentunya, guru yang (setidaknya) memang mumpuni
dalam bidangnya. Kalau perlu, guru yang sudah dalam tingkat wali (orang yang
dekat dengan Allah).
Guru inilah yang akan
membimbing seorang pelajar. Sehingga mudah bagi pelajar untuk memahami ilmu.
Kata Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhaj al-‘Abidinnya:
اعلم
أن الأستاذ فاتح ومسهل, والتحصيل معه أسهل وأروح
“Ketahuilah, sesungguhnya guru itu pembuka
dan yang membuat mudah. Belajar ilmu disertai guru itu lebih mudah dan lebih
asyik.”
Selain itu, belajar pada
seorang guru berarti menyambung sanad kelimuan. Yaitu, mata rantai dari seorang
guru ke gurunya, dari gurunya ke gurunya sampai pada baginda Rasulullah saw..
Apakah sanad (mata rantai
keilmuan) ini penting? Sangat penting. Sebab, jika tidak memiliki sanad
keilmuan, maka keilmuan kita patut dipertanyakan. Dari mana kita dapat ilmu?
Oleh karenanya, Imam Ibnu
Mubarak mengatakan,
الإسناد
عندي من الدين لولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
“Sanad itu menurutku
termasuk agama. Tanpa ada sanad maka seseorang akan berkata semaunya.”
Maksudnya, jikalau ilmu
agama Islam itu tidak memiliki sanad, maka siapa pun bisa mengakatan apa yang
dia mau. Lalu dia menegaskan bahwa perkataannya adalah bagian dari Islam. Orang
yang mendengarnya pun akan mudah mempercayainya.
Jika hal itu terjadi,
maka ajaran Islam akan kacau. Tidak diketahui mana yang benar-benar dari Nabi
Muhammad dan mana yang bukan.
Oleh karenanya, adanya
sanad ini merupakan anugerah yang sangat agung dalam Islam. Tidak ada agama
yang memiliki sanad sebaik agama Islam. Kalau dikerucutkan lagi, tidak ada faham
Islam yang memiliki sanad sebaik faham Ahlussunnah Wal Jamaah.
Mengenai hal ini,
Muhammad bin Hatim bin al-Mudhoffar berkata,
أن الله
أكرم هذه الأمة وشرفها وفضلها بالإسناد وليس لأحد من الأمم كلها قديمهم وحديثهم أسناد
وإنما هي صحف في أيديهم وقد خلطوا بكتبهم أخبارهم وليس عندهم تمييز بين ما نزل من التوراة
والإنجيل مما جاءهم به أنبياؤهم وتمييز بين ما ألحقوه بكتبهم من الأخبار التي أخذوا
عن غير الثقات
“Sesungguhnya Allah
memuliakan, mengutamakan, dan memuliakan umat (Islam) ini dengan sanad. Tidak ada
selain umat Islam yang memiliki sanad.
Mereka hanya memegang
mushaf di tangan mereka dan sungguh mereka telah mencampur cerita-cerita mereka
dengan kitab-kitab mereka itu.
Mereka tidak bisa
membedakan antara kitab Taurat dan Injil yang datang dari nabi mereka dan
cerita-cerita dari orang yang tidak bisa dipercaya.”
Para ulama salaf juga
mewanti-wanti agar berguru. Bahkan, mereka juga mewanti-wanti agar hati-hati memilih
guru. Guru adalah orang yang sangat berperan dalam keilmuan dan pemikiran kita,
maka harus dipilah-pilih.
Sebagaimana Imam Ibnu
Sirin, Imam Malik, dan ulama salaf lainnya mengatakan yang dikutip Imam Nawawi
dalam al-Majmû,
هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
“Ilmu ini (ilmu agama)
maka lihatlah dari siapa kalian mempelajarinya.”
Belajar Autodidak Berpotensi Besar Salah Faham
Bagaimana jika belajar
agama tanpa guru, hanya lewat buku-buku misalnya? Atau bahasa mudahnya belajar
autodidak?
Belajar ilmu agama hanya
lewat buku itu memiliki konsekuensi yang sangat berbahaya. Yaitu rawan salah.
Orang belajar ilmu agama tanpa guru bisa salah memahami agama.
Ulama salaf sudah mengingatkan
sejak ratusan tahun yang lalu. Jangan sampai belajar hanya dari buku-buku.
Sebab bisa saja ada kesalahan. Imam Nawawi mengutip dalam kitab al-Majmu’,
ولا تأخذ العلم ممن
كان أخذه له من بطون الكتب من غير قراءة على شيوخ أو شيخ حاذق فمن لم يأخذه إلا من
الكتب يقع في التصحيف ويكثر منه الغلط والتحريف
“Jangan kau pelajari ilmu
(agama) dari orang yang mempelajarinya dari lembaran-lembaran kitab tanpa
membaca (belajar) pada guru-guru tau tanpa belajar pada seorang guru yang dalam
ilmunya.
Barang siapa yang hanya mempelajari
ilmu agama dari kitab (buku), maka terjatuh dalam tashif (perubahan) dan akan
banyak darinya kekeliruan dan tahrif (perubahan).”
Oleh karenanya, tak heran
jika banyak orang salah faham gara-gara hanya belajar sendiri dari buku. Membaca
buku boleh bahkan harus. Jika tidak boleh, maka para ulama tidak akan menulis.
Baca juga:
- 5 Hadis Ini Mengajarkan agar Kita Menyayangi Hewan, Islam Memang Keren!
- Tanggung Jawab Seorang Kakak: Menjadi Kakak yang Menginspirasi
Akan tetapi, tidak boleh
meninggalkan pendidikan dari seorang guru. Sampai memiliki dasar-dasar ilmu.
Tujuannya agar tidak salah faham. Setidaknya bertanya pada ulama atau ustadz
saat ada masalah agama yang sulit difahami.
Posting Komentar