Assalamualaikum
sahabat-sahabat…
Kali ini, kita akan
membahas penjelasan dan tafsir Surat Al-‘Adiyat. Surat yang tergolong pendek.
Ayatnya berjumlah 11 ayat.
Surat Al-Adiyat ini Makkiyah
(ayat yang diturunkan sebelum hijrah). Hal ini sesuai dengan pendapt Imam Ibnu
Katsir.
doc. saif |
Tapi, juga ada yang
mengatakan, Surat Al-Adiyat ini Madaniyah (surat yang diturunkan setelah
Rasulullah hijrah ke Madinah). Oleh karenanya, dalam tafsir Jalalain, Surat
Al-Adiyat ini disebut dengan Makkiyah atau Madaninyah.
Begitulah sekilas
penjelasan tentang Surat Al-Adiyat ini.
Sebab
Turunnya Surat Al-Adiyat
Dalam tulisan “penjelasan
dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini penting kiranya ditulis juga asbab
an-nuzulnya.
Imam Nawawi al-Bantani
dalam kitabnya, Marah Labid, mengutip sebuah hadis yang menjelaskan
sebab turunnya Surat Al-Adiyat ini.
Diriwayatkan,
أنه
صلّى اللّه عليه وسلّم بعث خيلا فمضى شهر لم يأته منهم خبر ، فنزلت هذه الآيات
“Sesungguhnya Rasulullah
saw. mengirim pasukan berkuda. Lalu, lewatlah satu bulan tidak ada kabar
mengenai pasukan berkuda nabi itu. Lalu, turunalah ayat ini (Surat Al-Adiyat).”
Begitulah sebab turunnya
Surat Al-Adiyat dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini.
Surat
Al-‘Adiyat
بسم الله الرحمن الرحيم
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا (1) فَالْمُورِيَاتِ
قَدْحًا (2) فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا (3) فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا (4) فَوَسَطْنَ
بِهِ جَمْعًا (5) إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6)
وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8)
أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ (9) وَحُصِّلَ مَا فِي
الصُّدُورِ (10) إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ (11)
Arti
Surat Al-‘Adiyat
1. Demi kuda perang yang
berlari kencang dengan terengah-engah,
2. dan kuda yang
mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
3. dan kuda yang
menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
4. maka ia menerbangkan
debu,
5. dan menyerbu ke
tengah-tengah kumpulan musuh,
6. sesungguhnya manusia
itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,
7. dan sesungguhnya
manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
8. dan sesungguhnya dia
sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
9. Maka apakah dia tidak
mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
10. dan dilahirkan apa
yang ada di dalam dada,
11. sesungguhnya Tuhan
mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.
Keutamaan
Membaca Surat Al-Adiyat
Keutamaan membaca Surat
Al-Adiyat juga besar sekali. Hal ini sebagaimana dikutip oleh banyak ulama
tafsir. Syaikh Nawawi al-Banteni juga mengutip hadis ini.
Rasulullah bersabda,
«من قرأها أعطي من الأجر بعدد من بات بالمزدلفة
وشهد جمعا»
“Barangsiapa yang membaca
Surat Al-Adiyat, maka akan diberi pahala sesuai hitungan orang yang mabit di
Muzdalifah dan orang yang menghadiri sebuah perang.”
Begitulah keutamaan
membaca Surat Al-Adiyat yang dapat penulis kutip dalam tulisan “penjelasan dan
tafsir Surat Al-Aidyat” ini.
Penjelasan
dan Tafsir Surat Al-Adiyat
Tafsir
Surat Al-Adiyat; Demi Kuda yang Berlari
وَالْعَادِيَاتِ
ضَبْحًا (1)
Demi
kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,
Allah bersumpah dengan
kuda yang berlari cepat dalam perang. Sehingga nafas kuda itu berbunyi.
Menurut Imam As-Shawi,
ayat ini sebagai kinayah untuk memuji dan mengangungkan orang yang berperang.
Ini sumpah yang pertama dalam
tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini.
فَالْمُورِيَاتِ
قَدْحًا
2.
dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
Allah juga bersumpah demi
kuda yang memercikkan api dengan kuku kakinya. Ketika kuda berlari cepat dan
kuku kakinya menginjak batu-batu dan krikil, memerciklah api.
Menurtu Imam Ibnu Katsir
dalam tafsirnya, api dalam ayat ini sama dengan api yang dinyalakn oleh seorang
Arab.
Ceritanya begini, ada
seorang laki-laki orang Arab. Dia ikut dalam pertempuran. Tapi, dia sangat
kikir. Dia tidak mau menyalakan api kecuali orang-orang sudah tertidur.
Jika mereka terbangun,
maka api itu dipadamkan. Agar teman-temannya tidak merasakan menfaat api itu.
Lalu, Allah menyamakan
api yang menyala dari kaki kuda dengan api yang dinyalakan oleh laki-laki Arab
itu. Kesamaannya adalah sama-sama tidak bermenfaat.
Begitulah penjelasan ayat
kedua dalam penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat ini.
فَالْمُغِيرَاتِ
صُبْحًا
3.
dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
Ini sumpah yang ketiga. Allah
bersumpah demi kuda yang menyerang tiba-tiba. Serangan itu dilakukan saat pagi
agar musuh tidak memiliki persiapan yang matang.
فَأَثَرْنَ
بِهِ نَقْعًا
4.
maka ia menerbangkan debu,
Lalu, setelah kuda itu
menyerang, maka bertebaranlah debu-debu karena gerakannya yang dahsyat. Debu
itu berterbangan di tempat musuh.
Juga bisa dikatakan, debu
itu berterbangan di waktu pagi.
فَوَسَطْنَ
بِهِ جَمْعًا
5.
dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,
Kuda-kuda itu menyerbu
musuh sehingga tiba di tengah-tengah mereka. Lalu musuh itu terpecah-pecah.
Kekuatannya hancur.
Lalu, kenapa Allah
bersumpah dengan kuda-kuda yang memiliki kriteria di atas? Menurut Syaikh
Al-Maraghi dalam tafsirnya, Allah memiliki beberapa tujuan tertentu untuk hal
itu.
Pertama,
agar menjadi inspirasi bagi orang-orang yang beriman sehingga mereka menjadi
orang yang sungguh-sungguh dan bersemangat.
Kedua,
agar orang yang beriman melatih kuda untuk berlari.
Ketiga,
agar orang yang beriman berlatih menunggang kuda sehingga siap bertempur ketika
terpaksa berperang.
Keempat,
orang yang beriman wajib memiliki kuda dengan tujuan di atas yang mana
menfaatnya sangat banyak. Bukan untuk sombong-sombongan atau hanya hiasan.
Untuk zaman sekarang,
bisa jadi yang lebih relevan bukanlah kuda. Tapi, alat-alat perang yang lain.
Misalnya pesawat tempur, tank, dan lain-lain. Karena kuda sudah tidak lagi
digunakan dalam pertempuran.
Intinya, umat Islam juga
harus siap bertempur. Umat Islam harus memiliki kekuatan agar tidak
diinjak-injak oleh musuh.
Tentu, kekuatan tersebut
tidak hanya senjata perang. Bisa juga kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan
seterusnya.
Tafsir
Surat Al-Adiyat; Sungguh Manusia Itu Tidak Bersyukur
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
6.
sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,
Sungguh manusia itu tidak
tahu berterimakasih. Yang dimaksud manusia dalam ayat ini adalah orang kafir.
Berarti maksudnya, orang kafir itu sungguh tidak bersyukur kepada Allah.
Menurut Syaikh Shawi
dalam tafsirnya, ada ulama tafsir yang mengatakan bahwa yang dimaksud manusia
dalam ayat ini jenis. Artinya semua manusia itu memiliki potensi besar untuk
tidak bersyukur dan tidak tunduk kepada Tuhannya.
Mereka yang bersyukur
kepada tuhannya adalah mereka yang mendapatkan pertolongan dari Allah. Yaitu
mereka yang melatih dirinya untuk melakukan hal-hal yang terpuji dan
meninggalkan hal-hal yang tercela.
Adapun arti kanud
(كَنُودٌ) dalam ayat di atas adalah kufur nikmat
atau tidak mensyukuri nikmat.
Hal ini sesuai dengan
sebuah hadis,
الكنود
الذي يأكل وحده ، ويضرب عبده ، ويمنع رفده
“Al-Kanud adalah orang
yang hanya makan sendirian, memukul budaknya, dan mencegah untuk memberi (tidak
bersedekah)”
Maksud hadis ini adalah ada
orang yang tidak memberikan (bersedekah) sedikit pun dari nikmat yang
diberikan Allah kepadanya. Dia juga tidak memiliki rasa kasih sayang sama
sekali kepada hambanya. Orang seperti ini disebut kanud.
Orang seperti ini adalah orang
yang tidak bersyukur kepada Allah. Dia kufur nikmat.
Begitulah kata Syaikh
Al-Maraghi ketika menjelaskan tafsir Surat Al-Adiyat ayat enam ini.
Lebih lanjut Syaikh
Al-Marghi mengatakan, seseorang bisa memiliki karakter di atas disebabkan melupakan
dua hal; masa lalu dan masa depan. Dia hanya fokus pada apa yang di depan mata.
Dia lupa masa lalunya
yang penuh perjuangan, tangisan, dan doa yang dipanjatkan. Dia juga lupa pada
masa depan sesungguhnya, yaitu akhirat.
Ada juga yang mengatakan,
yang dimaksud al-kanud dalam ayat ini adalah orang yang hanya menghitung
musibah dan lupa pada nikmat yang diberikan Allah.
Menurut Imam Fudail bin
Iyad sebagaimana dikutip oleh Imam al-Khazin dalam tafsirnya, yang dimaksud al-kanud
adalah orang yang melupakan ribuan kebaikan hanya karena satu keburukan.
Kebalikan dari al-kanud
ini adalah syakur. Yakni, orang yang banyak bersyukur kepada Allah swt..
Begitulah penjelasan dan
tafsir Surat Al-Adiyat ayat enam ini. Lanjut ya…
وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ
7. dan sesungguhnya
manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
Sungguh Allah menyaksikan
atas semua itu. Allah tahu pada orang-orang yang tidak bersyukur atas
nikmat-nikmat yang diberikan oleh-Nya.
Ayat ini juga bisa
diartikan bahwa manusia itu sendiri yang bersaksi atas kelakuannya. Yakni,
pekerjaan dan perbuatannya di dunia menunjukkan bahwa dia orang yang tidak
bersyukur.
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
8. dan sesungguhnya dia
sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
Menurut Imam Ibnu Katsir
dalam tafsirnya, ayat ini memiliki dua makna. Pertama, manusia sangat mencintai
harta. Kedua, manusia sangat kikir disebabkan mencintai harta. Dua makna ini
sama-sama benar.
Syaikh al-Maraghi juga
mengatakan ketika menjelaskan tafsir Surat Al-Adiyat ayat 8 tersebut bahwa
manusia sangat mencintai harta sehingga kikir luar biasa.
Tafsir
Surat Al-Adiyat; Ketika Isi Hati Tak Bisa Ditutupi
Setelah menjelaskan manusia
yang memiliki kondisi seperti di atas, Allah menunjukkan bagaimana seharusnya
seorang manusia.
Allah memberi petunjuk
agar manusia senang akhirat, tidak terlalu cinta dunia, dan mengingat masa
depan yang sesungguhnya. Yakni akhirat.
Kita lanjut ke penjelasan
tafsir Surat Al-Adiyat ayat berikutnya ya…
Allah berfirman,
أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي
الْقُبُورِ
9.
Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam
kubur,
Ayat ini bertanya, apakah
manusia yang tidak bersyukur di atas tidak tahu bahwa kelak mereka akan
dibangkitkan dari kubur?
Ya, semua manusia akan
dibangkitkan dari kubur. Lalu, mereka akan dihisab dan dibalaslah semua
perbuatannya.
وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ
10.
dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
Ayat ini menjelaskan,
kelak isi hati akan diungkapkan. Apa yang disimpan dalam hati akan ditampakkan.
Tidak bisa disembunyikan lagi. Entah itu keburukan atau kebaikan.
Lalu, kenapa Allah
menyebut isi hati secara khusus dalam Surat Al-‘Adiyat ini?
Menurut Imam Khazin dalam
tafsirnya, anggota tubuh itu ikut hati. Anggota tubuh tidak bisa melakukan
apa-apa kecuali ada keinginan yang menggerakkan. Keinginan ini tempatnya dalam
hati.
Benarlah kata Rasulullah,
jika hati ini baik, maka biak pulalah semua jasad kita. Termasuk amal perbuatan
yang dilakukan oleh jasa kita.
Begitulah penjelasan
tafsir Surat Al-Adiyat ayat 10 ini.
إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ
11.
sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.
Ayat ini menjelaskan bahwa
Allah mengetahui kondisi umat manusia kala itu. Yakni, di hari kiamat.
Apakah di selain hari
kiamat Allah tidak mentetahui? Ya mengetahui juga. Hanya saja ayat ini menegaskan
bahwa Allah akan membalas semua perbuatan manusia di waktu itu.
Menurut Sayid Thontowi
dalam tafsirnya, Al-Wasith, tiga ayat terakhir dalam Surat Al-Adiyat ini
mengajarkan tiga hal.
Pertama,
memberi peringatan kepada kita yang tidak bersyukur. Kedua, memotivasi
kita untuk bertafakkur dan i’tibar (merenung). Ketiga, mengingat
kedahsyatan hari kiamat.
Itulah penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat. Semoga kita bisa merenungi dan mengamalkannya. Amin!
Referensi:
Tafsir Hasyiyah as-Shawi
Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Al-Maraghi
Tafsir Al-Wasith
Tafsir Marah Labid
Tafsir Al-Khazin
Posting Komentar