Kenapa harus menulis?
Kenapa harus berkarya?
Saya sengaja memulai
tulisan ini dengan dua pertanyaan di atas. Bagi saya dua pertanyaan ini sangat
penting. Karena sebagai pompa untuk selalu berkarya. Kata seorang motivator, “Temukan
jawaban dari kata “Why” di setiap aktivitasmu!”.
fr.freefik.com |
Artinya, kita memang
harus mengetahui apa alasan dari semua aktivitas kita. Kita menulis, apa
alasannya? Kita berkarya, apa alasannya? Kita membuat konten video, apa
alasannya?
Alasan itulah yang akan
membuat kita bertahan saat lelah. Ketika kita ingin berhenti, kita bisa mengingat
kembali alasan kita memulai. Lalu, kita semangat lagi.
Menanamkan
Habit Berkarya di Bulan Ramadan
Nah, kemaren ada acara bincang-bincang
bareng. Acara ini diadakan oleh FLP Surabaya. Pematerinya Mas Zayyin Ahmad. Ketua
FLP 2017-2018. Tema perbincangan kita, “Berkarya Selama Bulan Ramadan”.
Saya sebagai moderator. Sayangnya,
signal sepertinya tidak terlalu normal. Siaran pun terpaksa putus di tengah
jalan. Tapi, tak apa. Kata Mas Zayyin, semoga bermenfaat meski sedikit.
Saya ingin menuliskan
pemaparan Mas Zayyin. Mungkin tidak lengkap. Tapi, Insyaallah sangat penting
dan bermenfaat. Terutama, bagi kita yang ingin berkecimpung di dunia
tulis-menulis.
Kata Mas Zayyin kurang
lebih, Al-Quran sebenarnya sangat serat dengan perintah literasi. Misalnya, ayat
pertama yang turun adalah “Iqra”. Bacalah.
Al-Quran turun dari Lauh
al-Mahfudz ke Sama’ ad-Dunya (langit dunia) pada bulan Ramadan.
Biasanya kita memperingatinya di tanggal 17 Ramadan. Meski sebenarnya ulama
masih berbeda pendapat mengenai tanggal turunnya Al-Quran tersebut.
Dengan demikian, bulan
Ramadan adalah momentum yang tepat untuk berkarya. Apa lagi, sekarang kita
sedang di rumah aja. Tidak hanya berkarya satu atau dua tulisan. Tapi, sampai
menciptakan kebiasaan (habit).
Kebiasaan akan membuat
kita terus berkarya. Meskipun Ramadan sudah tiada. Jika sudah biasa berkarya,
lalu suatu waktu tidak berkarya, akan tidak nyaman rasanya. Bahkan, akan rindu
untuk berkarya.
Berkarya
agar Tak Mati Ditelan Masa
Menurut Mas Zayyin, karya
tidak harus tulisan. Jika karyanya berupa tulisan, tidak harus dibukukan. Meski
demikian, orang yang memiliki buku itu pasti lebih keren.
Misalnya ada dua dosen,
satunya sudah memiliki buku, satunya belum. Dosen yang memiliki buku ini
memiliki nilai lebih.
Lagi pula, tulisan itu
sebenarnya akar dari sebuah karya. Karya apa saja. Misalnya, karya yang berupa
konten video. Pasti video itu berawal dari tulisan. Jadi, tulisan itu tetap
dibutuhkan dalam segala bidang.
Lalu, kenapa kita harus
berkarya? Kenapa kita harus menulis?
Setidaknya, ada dua
alasan besar kenapa kita harus berkarya. Pertama, menjadi orang
yang abadi.
Abadi maksudnya bukan
tidak mati-mati. Akan tetapi, raga kita boleh saja mati, tapi amal kita tetap
hidup. Tubuh kita sudah lama pergi, tapi tulisan kita selalu dibaca dan dikaji.
Itulah maksudnya kita
abadi. Contohnya, seperti ulama-ulama salaf. Mereka sudah lama meninggal, tapi
karya mereka masih bisa dibaca sekarang. Ada Imam Nawawi yang memiliki banyak
karya. Diantara karya beliau Hadis Arbain Nawawi. Kitab kecil yang terus dikaji
sampai saat ini
Betapa banyak pahala yang
beliau dapatkan dari karya-karya itu. Nah, ketika kita memiliki karya, maka
kita memiliki pahala jariyah. Pahala, yang kita harapkan terus mengalir meski
kita sudah tiada.
Kedua,
kita bisa survive sepanjang hayat. Kita sudah tahu, hidup di zaman
sekarang ini tantangannya berat. Bahkan, bisa dikatakan jahat. Kenapa? Karena
sedikit saja kita teledor, kita bisa tersikat.
Maklumlah, kecepatan
informasi sungguh luar biasa. Kompetitor juga begitu banyaknya. Jika kita tidak
bisa bertahan, kita pasti tertendang. Diganti oleh orang yang lebih mapan.
Bagaimana caranya agar
kita bisa bertahan? Ya, berkarya. Karya akan memberikan nilai lebih untuk diri
kita. Setiap ada karya yang lahir, nilai lebih itu ikut bertambah. Kita pun
akan terus bertahan. Bahkan tidak tergantikan.
Tapi, jika kita tidak
berkarya, kita tetap segitu-gitu aja. Kita akan tertelan oleh masa.
Jadi teringat pada sebuah
konsep dalam ilmu sosial, orang yang bisa bertahan bukan mereka yang paling
kuat, tapi mereka yang bisa beradaptasi.
2
Modal Kesuksesan dalam Karir
Oea, mau nanya neh, ada
nggak yang mau sukses dalam karir? Jawabannya pasti ada kan. Siapa? Ya, kamu dan
semua orang. Juga, saya dong.
Namun, sudah tahu nggak
modal sukses itu apa saja? Pasti banyak. Seperti semangat, istikamah, dan
seterusnya.
Akan tetapi, dua hal yang
sangat berperan dalam kesuksesan kita. Yaitu, keterampilan menulis dan keterampilan
berbicara. Keterangan ini pernah saya baca. Entah di mana.
Dua keterampilan tersebut
sebuah alat untuk mengungkapkan ide-ide cemerlang kita. Juga, sebagai alat
komunikasi dengan orang lain dan publik.
Orang tidak bisa
mengetahui apa yang ada di dalam hati kita kecuali setelah kita berbicara.
Orang juga tidak tahu apa yang ada di dalam otak kita kecuali setelah mendengar
perkataan kita.
Jika bukan pembicaraan
atau perkataan kita, mereka bisa tahu dari tulisan-tulisan kita.
Lebih keren lagi, jika
kita terampil dalam berbicara, juga terampil dalam tulis-menulis. Tapi ada yang
bilang, orang yang memiliki keterampilan menulis, lebih berpotensi terampil
dalam berbicara.
Sebab, orang yang bisa
menulis itu sudah terlatih dalam menyusun kalimat, ide, dan mempermudah orang
lain untuk faham. Katanya sih. Tapi, sepengalaman saya memang begitu.
Baca juga:
Ketika harus berbicara di
depan orang banyak, maka saya buat oret-oretan. Isinya apa saja yang akan
disampaikan. Juga, bagian mana yang disampaikan duluan, bagian mana yang akan
disampaikan belakangan.
Nah, itulah beberapa ilmu
yang saya dapatkan dari Mas Zayyin Ahmad. Semoga, alasan-alasan di atas membuat
kita semakin produktif. Sehingga semakin membuat kita sukses. Yuk berteriak
pada dunia, KITA ADA!
Salam… Semoga bermenfaat.
Selamat berkarya.
Posting Komentar