Kali ini, kita akan
mencoba mengurai Penjelasan Surat Al-Ashr. Kata Imam Syafi’i, andaikan kita memahami
kandungan Surat Al-Ashr, sungguh sudah sangat cukup untuk bahan renungan.
Dalam Tafsir al-Jalalain
disebtukan, Surat Al-Ashr ini adalah Makkiyah atau Madaniyah. Hal ini
dimaksudkan, ada perbedaan pendapat di antara ulama. Menurut Ibnu Katsir
sebagaimana disebutkan dalam tafsirnya, ayat ini Makkiyah.
Surat Al-Ashr ini
terbilang surat yang minimalis. Yakni, surat yang pendek. Hanya terdiri dari
tiga ayat. Syaikh Shawi menyebutkan dalam tafsir Hasyiyah as-Shawinya,
meski ayat ini sedikit lafaznya, tapi kandungannya sangat luas. Bahkan tidak
terbatas.
Pula diriwayatkan oleh
Imam Thabrani, sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Katsir bahwa Surat Al-Ashr
ini sangat istimewa bagi sahabat nabi.
Menurut riwayat tersebut,
jika ada dua sahabat Rasulullah bertemu, mereka tidak akan berpisah kecuali
setelah membacakan Surat Al-Ashr ini.
Oleh karenanya, sangat
perlu bagi kita untuk memahami tafsir dan penjelasan Surat Al-Ashr ini.
Surat
Al-Ashr dan Artinya
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
(2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ (3(
“1. Demi masa. 2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Tafsir
dan Penjelasan Surat Al-Ashr
Tafsir dan penjelasan Surat
Al-Ashr ini diambil dari beberapa kita tafsir muktabar. Seperti Tafsir Ibnu
Katsir. Akan tetapi, tafsir utamanya adalah Hasyiyah al-‘Allamah as-Shawi
‘Ala Tafsir al-Jalalain.
Penjelasan
Surat Al-Ashr; Waktu yang Pergi, Tidak Akan Kembali
وَالْعَصْرِ
(1)
“1.
Demi masa”
Ayat pertama dalam Surat
Al-Ashr ini adalah lafaz Wal-Ahsr. Ulama berbeda pendapat mengenai arti
kata Al-Ashr ini.
Pendapat pertama
mengatakan, yang dimaksud Al-Ashr adalah ad-Dahr. Artinya masa
atau waktu. Dalam banyak terjemah Al-Quran, kata Al-‘Ashr ini memang diartikan
dengan “masa”. Demi masa.
Dengan demikian, masa
atau waktu adalah sesuatu yang agung. Juga mahal. Karena sesuatu yang dijadikan
sumpah oleh Allah adalah pasti sesuatu yang memang luar biasa.
Lalu, apa rahasianya
sehingga Allah menjadikan waktu sebagai sumpah?
Menurut Syaikh Shawi,
waktu adalah dasar-dasar dari segala kenikmatan. Pun pula, waktu tidak bisa
ditukar dengan apapun. Waktu itu sangat berharga. Jika waktu pergi, maka tidak
akan kembali.
Selain itu, waktu juga
menyimpan kebahagiaan sekaligus kesusahan. Menyimpan sehat sekaligus sakit.
Menyimpan kaya sekaligus miskin.
Hal senada juga ditulis
oleh Syaikh Al-Maraghi dalam tafsirnya. Menurut beliau, waktu memiliki banyak
peristiwa dan pelajaran hidup.
Dalam waktu ada
pergantian malam dan siang. Ada bahagia, ada nestapa. Juga, ada kemudahan
hidup, ada kesulitan hidup.
Semua yang terjadi dalam
waktu menunjukkan bahwa dunia ini ada yang mengaturnya. Juga menunjukkan,
betapa bijaksana Penciptanya.
Intinya, waktu itu sangat
berharga. Pula, waktu mengandung banyak pelajaran dan peristiwa; baik yang
membahagiakan atau menyakitkan. Misalnya, waktu kamu dipinang olehnya. Atau
waktu kamu ditinggal saat sayang-sayangnya. Hehehe..
Oleh karenanya, Allah
menjadikan waktu sebagai sumpah dalam Surat Al-Ashr ini.
Namun demikian, ada juga
ulama yang berpendapat. Menurut pendapat ini, yang dimaksud kata Al-Ashr
adalah Salat Asar. Karena memang Salat Asar adalah salat yang istimewa.
Ada juga yang mengatakan,
kata Al-Ashr memiliki arti, “Waktu asar sampai terbitnya mata hari”.
Itulah penjelasan kata Al-Ashr
dalam tafsir dan penjelasan Surat Al-Ashr ini. Lanjut ke penjelasan Surat
Al-Ashr ayat yang kedua ya...
Penjelasan
Surat Al-Ashr; Semua Manusia Itu Merugi
إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2)
“2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,”
Ayat ini menjelaskan
sungguh manusia itu berada dalam kerugian. Menurtu ulama tafsir, yang dimaksud al-Insan
(manusia) dalam ayat ini adalah jenis. Artinya jenis manusia. Semua manusia
tercakup dalam ayat ini. Baik yang kafir atau yang muslim.
Adapun yang dimkasud
dengan kata “Khusr” adalah rugi. Ada juga yang mengartikan, kehancuran.
Ada juga yang mengatakan, siksaan. Ada juga yang mengatakan, keburukan.
Semua arti ini memiliki maksud
berdekatan. Bahkan sama.
Dengan demikian, arti
ayat kedua Surat Al-Ashr ini adalah semua jenis manusia itu rugi, hancur, atau
berada dalam keburukan.
Kerguian manusia ini
terjadi ketika mereka menyia-nyiakan waktu. Atau menggunakan waktu tidak
sebaik-baiknya.
Waktu atau masa setiap
detik pasti berlalu. Nah, dalam perjalanan waktu tersebut, seseorang bisa saja
sedang maksiat kepada Allah. Jika demikian, orang tersebut dalam kerugian yang
nyata.
Atau sedang melakukan
ketaatan dan kebaikan, hanya saja kebaikan tersebut bukanlah yang terbaik. Padahal
dia bisa melakukan yang lebih baik dari yang baik. Maka, orang tersebut juga
rugi.
Atau pula, seseorang
lebih semangat mengejar dunia. Di waktu yang sama, dia melupakan akhiratnya.
Padahal akhirat adalah rumah abadinya. Maka, dia termasuk orang rugi dalam
Surat Al-Ashr ini.
Begitulah penjelasan Surat
Al-Ashr ayat dua ini. Lanjut…
Penjelasan
Surat Al-Ashr; 4 Kriteria Orang yang Tidak Merugi
إِلَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ (3
3.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.”
Lalu, siapa yang tidak
rugi?
Penjelasan Surat Al-Ashr
ayat tiga ini menjelaskan orang-orang yang tidak rugi. Ya, ada empat kriteria
orang-orang yang tidak merugi.
Pertama,
orang yang beriman.
Yakni, orang yang
mempercayai bahwa jagad raya ini ada Penciptanya. Orang yang meyakini, Allah
adalah Tuhannya dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.
Tentu, juga percaya pada
ajaran-ajaran yang dibawa oleh nabi-Nya.
Kedua,
orang yang beramal saleh (baik).
Syaikh Shawi menafsiri
amal saleh di sini dengan melakukan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Menurut Syaikh Wahbah
az-Zuhaili dalam al-Wasithnya, amal saleh di sini adalah melaksanakan
kewajiban, melakukan kebaikan, meninggalkan larangan-larangan, serta membaca
dzikir.
Ketiga, orang
yang saling berwasiat untuk melakukan haq (kebenaran).
Menurut ulama tafsir
sebagaimana disampaikan Imam Ibnu Katsir, maksud al-Haq dalam ayat ini
adalah ketaatan dan larangan.
Artinya, orang yang tidak
merugi adalah mereka yang saling berwasiat untuk taat kepada Allah. Juga,
mereka yang saling memotivasi untuk meninggalkan larangan Allah.
Menurut Imam Zamakhsyari,
yang dimaksud al-haq dalam Surat Al-Ashr ini adalah semua kebaikan.
Mencakup mentauhidkan Allah, taat kepada-Nya, mengikuti rasul-Nya, serta zuhud
di dunia, dan lain sebagainya.
Keempat, orang
yang saling memotivasi untuk sabar. Sabar di sini mencakup tiga hal; sabar
melaksanakan kewajiban; sabar meninggalkan larangan; dan sabar atas musibah yang
membuat kita dirundung kesedihan.
Tentu, wasiat dan
motivasi ini tidak akan diterima oleh orang lain kecuali kita sudah
melakukannya lebih dulu. Kita memotivasi orang lain agar taat, misalnya. Mereka
akan menerima motivasi kita jika kita termasuk orang taat.
Atau kita memotivasi
orang lain agar sukses. Motivasi itu akan berguna jika kita sudah sukses. Jika
belum sukses, orang lain akan bilang, “Kamu aja belum sukses”.
Nah, itulah kriteria
orang yang tidak merugi menurut Surat Al-Ashr. Empat kriteria ini menurut
Syaikh Shawi jika dilakukan dengan baik, menfaatnya akan kembali kepada
individu pelaku juga bisa dirasakan oleh orang banyak.
Jadi, penjelasan Surat
Al-Ashr ini mengajarkan kepada kita agar menggunakan waktu sebaik mungkin. Jika
tidak, maka kita menjadi orang yang merugi.
Maka, ketika kamu
ditinggal saat sayang-sayangnya, lalu kamu berlaurt-larut dalam kesedihan dan
nestapa, maka kamu rugi serugi-ruginya. Waktumu kamu habiskan untuk sesuatu
yang tidak produkutif. (^_^)
Begitulah penjelasan Surat
Al-Ashr. Semoga bermenfaat. Oea, jika ada rekomendasi ayat atau surat Al-Quran
untuk dikaji, bisa direkomendasikan di komentar ya…
Salam, sahabatmu!
8 komentar