Jika ingin menikah tapi
masih bingung mau menikahi peremuan gadis atau janda, hadis berikut bisa
dijadikan patokan. Hadis ini seperti menjadi penunjuk jalan antara menikahi gadis
atau janda.
fr.freefik.com |
Berikut hadisnya:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ هَلَكَ أَبِي وَتَرَكَ
سَبْعَ بَنَاتٍ أَوْ تِسْعَ بَنَاتٍ فَتَزَوَّجْتُ امْرَأَةً ثَيِّبًا فَقَالَ لِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجْتَ يَا جَابِرُ
فَقُلْتُ نَعَمْ فَقَالَ بِكْرًا أَمْ ثَيِّبًا قُلْتُ بَلْ ثَيِّبًا قَالَ
فَهَلَّا جَارِيَةً تُلَاعِبُهَا وَتُلَاعِبُكَ وَتُضَاحِكُهَا وَتُضَاحِكُكَ
قَالَ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ هَلَكَ وَتَرَكَ بَنَاتٍ وَإِنِّي
كَرِهْتُ أَنْ أَجِيئَهُنَّ بِمِثْلِهِنَّ فَتَزَوَّجْتُ امْرَأَةً تَقُومُ
عَلَيْهِنَّ وَتُصْلِحُهُنَّ فَقَالَ بَارَكَ اللَّهُ لَكَ أَوْ قَالَ خَيْرًا
“Sahabat Jabir berkata,
“Aayahku wafat dan meninggalkan tujuh atau sembilan anak perempuan. Lalu aku
menikahi perempuan janda.” Lalu Rasululllah bertanya kepadaku, “Kamu menikah
wahai Jabir?” Aku menjawab, “Iya.”
Lalu, Rasulullah bertanya
lagi, “Gadis atau janda?” Aku menjawab, “Janda.” Rasulullah berkata lagi,
“Kenapa tidak menikahi gadis saja? Engkau saling bermain dengannya dan dia
saling bermain denganmu. Engaku saling tertawa dengannya dan dia saling tertawa
denganmu.
Maka, aku (sahabat Jabir)
berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya, Abdullah (ayah sahabat Jabir)
meninggal dunia dan meninggalkan banyak anak perempuan. Aku tidak ingin
mendatangkan perempuan yang seumuran dengan mereka. Lalu aku menikahi perempuan
yang bisa merawat mereka dan memperbaiki mereka.”
Rasulullah berkata,
“Semoga Allah memberkahimu.” Atau beliau berkata, “(Apa yang kamu lakukan) itu baik.””
Hadis di atas
diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Menikahi
Gadis; Cintanya Lebih Sempurna
Dalam hadis di atas,
sahabat Jabir menikahi perempuan janda. Rasulullah bertanya, kenapa menikahi
janda? Kenapa bukan gadis saja? Jika menikahi gadis, sahabat Jabir dan istrinya
itu bisa saling bermain-main, saling tertawa, dan saling bermnja-ria.
Maksud dari perkataan
Rasulullah ini adalah perempuan gadis itu lebih sempurna cintanya. Juga, lebih
sempurna kebahagiaannya. Kenapa bisa begitu? Karena bagi perempuan gadis, kitalah
orang pertama yang dicintainya.
Beda dengan perempuan
janda. Kadang, hatinya masih teringat pada suami sebelumnya. Maka, cintanya
kepada suami kedua tidak begitu sempurna.
Penjelasan ini
sebagaimana dikemukakan oleh Imam al-Munawi dalam kitabnya, Fayd al-Qadir.
Seirama dengan pendapat tersebut
adalah apa yang ditulis Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin. Menurut beliau,
jika mau menikah, opsi pertama adalah perempuan gadis. Dalil dari stutment
Imam Al-Ghazali ini adalah hadis sahabat Jabir di atas.
Selain itu, ada tiga
kelebihan dari menikahi perempuan gadis. Pertama, perempuan gadis akan
mencinati suami secinta-cintanya. Karena cinta pertama itu pasti lebih dalam
dan lebih menusuk dada.
Adapun perempuan yang
pernah mencintai laki-laki lain (sebagai suaminya) dan sudah hidup bersama
dengan suami tersebut, dia akan membanding-bandingkan.
Bisa jadi, suami kedua
memiliki karakter yang tidak sama dengan karakter suami pertama. Sialnya,
kadang istri janda ini tidak menyukai karakter tersebut.
Kedua, suami
juga lebih sempurna mencintai istri yang gadis. Sebab, secara fitrah, manusia
tidak suka pada perempuan yang pernah disentuh oleh orang lain.
Ketiga,
perempuan janda tidak mencintai suaminya. Sebab biasanya cinta yang luar biasa
dalamnya itu cinta yang terjalin dengan kekasih pertama. Bukan kedua, ketiga,
dan seterusnya.
Menikahi
Perempuan Janda; Lebih Dewasa
Meski demikian, perempuan
janda bukan berarti tidak boleh dinikahi. Atau bukan berarti menikahi perempuan
janda itu negatif. Menikahi perempuan janda itu boleh bahkan lebih baik dalam
kondisi tertentu.
Buktinya, sahabat Jabir
di atas oleh Rasulullah didoakan berakah. Artinya, Rasulullah setuju dengan apa
yang dilakukan sahabat Jabir. Atau Rasulullah mengatakan, apa yang dilakukan
sahabat Jabir di atas adalah baik.
Imam al-Munawi menulis
dalam kitab Fayd al-Qadirnya, dalam kondisi tertentu menikahi janda itu
lebih utama. Misalnya, ketika tidak mampu menembus kegadisan.
Atau ketika memiliki
keluarga yang masih kecil dan butuh perempuan dewasa untuk menemaninya.
Perempuan janda pasti lebih berpengalaman dan lebih dewasa menghadapi anak-anak
itu.
Loh, apakah istri memang berkewajiban
merawat saudaranya suami atau anak suami dari perempuan lain? Menuru Imam Ibnu
Bathal tidak wajib. Tapi, membantu mengurusinya termasuk memperlakukan suami
dengan baik. Juga, menjadi kebiasaan dan tanda istri shalehah.
Namun demikian, menurut
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari, suami juga tidak masalah
menikahi perempuan dengan tujuan agar mendapat bantuan darinya. Misalnya
membantu mengurus adiknya.
Akhiran, jika kita ingin
menikah, lihat dulu situasi kita. Lebih butuh pada perempuan gadis atau
perempuan janda. Lalu memilihnya sesuai situasi dan kondisi kita. Yang jelas,
perempuan gadis lebih mencinta dan manja, perempuan janda lebih dewasa. Tapi,
kebahagiaan itu tergantung nasib kita.
Posting Komentar