Biografi
Singkat Sahabat Zubair bin Awwam
Biografi Zubair bin Awwam
ini berisi tentang nama, nasab, dan karakter Sayidina Zubair bin Awwam.
Dia adalah Zubair bin ‘Awwam
bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushoi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
bin Luay al-Qurasyi al-Asadi. Ibunya adalah Shafiyah binti ‘Abdul Muthallib bin
Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoi.
Dengan demikian, nasab
Sahabat Zubiar bin ‘Awwam bertemu dengan nabi dari jalur ibu dan ayah.
goodnewsfromindonesia.id |
Dari jalur ayah bertemu
dengan nasab nabi di buyut yang bernama Qushoi bin Kilab. Dari jalur ibu
bertemu di kakek yang bernama ‘Abdul Muthollib.
Ibu Zubair bin Awwam
adalah bibi Rasulullah. Dengan demikian, Sahabat Zubair bin Awwam adalah sepupu
Rasulullah sekaligus keponakan Sayidah Khadijah, istri Rasulullah saw..
Sahabat Zubair bin Awwam
memiliki nama kun’yah Abu ‘Abdullah. Dinisbatkan pada putranya yang bernama ‘Abdullah.
Sedangkan laqabnya adalah Hawari Rasulullah, pembela Rasulullah.
Laqab ini melekat pada
Sahabat Zubair bin Awwam di masa hidup sampai dia meninggal dunia.
Demikianlah Biografi
Zubair bin Awwam. Sahabat Zubair bin Awwam adalah salah satu sahabat Rasulullah
yang mendapatkan kabar pasti masuk surga.
Ketika
Iman Mendapatkan Cobaan
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini bercerita tentang perjuangan Sahabat Zubair bin
Awwam saat masuk Islam. Sungguh perjuangan luar biasa.
Sahabat Zubair bin Awwam
masuk Islam sejak kecil. Ada yang
mengatakan beliau masuk Islam di usia 8 tahun.
Ada yang mengatakan, 12 tahun. Ada juga yang mengatakan 15 tahun.
Masuk Islamnya Sahabat
Zubair bin ‘Awwam tak lama setalah Sayidina Abu Bakar. Dia orang yang nomer 4
atau nomer 5 pertama yang masuk Islam. Dengan demikian, dia termasuk Sabiqinal
Awwalin. Orang yang sangat pertama masuk Islam.
Sebagaimana para sahabat
yang lain, keislaman Sahabat Zubair bin Awwam juga mengalami cobaan. Keislamannya
membuatnya disiksa oleh pamannya sendiri. Yakni Naufal bin Khuwailid.
Waktu itu, Naufal tidak
rela keponakannya memeluk Islam. Untuk itu, Naufal membelenggu Zubair dalam
penjara. Naufal juga menghidupkan api di dekat Sahabat Zubair bin Awwam. Asap
mengepul. Sahabat Zubair terkena asap itu.
Akan tetapi, Sahabat Zubair
bin Awwam tetap dalam pendiriannya. Walaupun pamannya memaksa, dia tidak mau
kembali kafir. “Aku tidak akan kafir selamanya,” kata Zubair bin Awwam tegas[1].
Ada
Ibu Hebat di Belakang Anak Hebat
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini bercerita tentang pendidikan Sahabat Zubair bin
Awwam dari sang ibu.
Alangkah malang nasib Sahabat
Zubair bin Awwam. Dia kehilangan kasih sayang sang ayah sejak masih kecil. Dia
yatim. Untunglah ibunya masih hidup. Pamannya dari ayah, Naufal bin Khuwailid
juga masih sudi mengurusinya. Dari merekalah Zubair bin Awwam kecil mendapat
kehangatan kasih sayang dan pendidikan.
Namun demikian, orang
yang paling berperan dalam membentuk kerakter Sahabat Zubair bin Awwam adalah
ibu tercinta. Apa lagi dalam masalah keberaniannya. Dia menjadi ‘macan’ karena
didikan sang ibu tersebut.
Konon, dalam mendidik
Zubair bin Awwam kecil, sang ibu begitu tegas. Bahkan, sang ibu tidak
segan-segan memukul Zubair bin Awwam. Sehingga suatu ketika, sang ibu mendapat
teguran dari Naufal bin Khuailid.
“Bukan begitu cara
memukul anak kecil. Kau memukulnya karena marah,” kata Naufal bin Khuwailid
pada Shafiyah, ibu Zubair.
Mendengar teguran itu,
Ibu Zubair langsung menjawab, “Orang yang mengatakan saya marah pada Zubair
sungguh bohong. Aku memukulnya, hanya karena ingin anakku menjadi pintar dan mampu
mempimpin segelepar tentara.[2]”
Ternyata, didikan Sayidah
Shafiyah tidak sia-sia. Anak kandungnya benar-benar menjadi “macan “. Sahabat Zubair
bin Awwam menjadi orang yang begitu berani. Dia menjadi lawan yang tangguh di
medan tempur.
Bahkan, ketika berumur 8
tahun-an, dia sudah berani menantang paman sendiri, Naufal bin Khuwailid. Hal
itu terjadi ketika Zubair masuk Islam dan pamannya itu tidak terima.
Orang
Pertama yang Menghunus Pedang
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini bercerita tentang Sahabat Zubair bin Awwam yang tidak
terima Rasulullah ditangkap.
Kira-kira sudah empat
tahun yang lalu Sahabat Zubair bin Awwam memeluk Islam. Sekarang, umur Sahabat Zubair
bin Awwam sudah menginjak duabelas tahun. Umur yang relative muda.
Tapi, kecintaannya pada
Baginda Nabi begitu mendalam. Dia tidak ingin Rasulullah saw. disakiti oleh
Kuffar Quraisy. Jika mereka berani menyakiti nabi, berarti mereka menabuh
gendrang perang dengan Sahabat Zubair bin Awwam.
Suatu ketika, Sahabat Zubair
bin Awwam mendengar kabar tak sedap. Rasulullah saw. ditangkap oleh orang
Quraisy, katanya. Sahabat Zubair bin Awwam marah. Bisa-bisanya mereka menangkap
Rasulullah saw..
Maka, Sahabat Zubair bin
Awwam langsung menghampiri pedangnya. Beliau hunus pedang itu. Lalu, pergi.
Ketika berpapasan dengan
orang-orang tak dikenal, mereka takjub keheranan. “Anak kecil membawa pedang.”
Gumam mereka.
Sahabat Zubair bin Awwam tak
menghiraukan. Dia terus melangkah dan melangkah. Tujuannya adalah melepaskan
Rasulullah saw.. Jika perlu, dia juga akan menyabet orang-orang yang kurang
ajar itu.
Tak lama kemudian,
Sahabat Zubair bin Awwam sampai di sisi nabi. Betapa bahagianya ketika melihat
Rasulullah sehat wal afiat. Dia melihat Rasulullah saw. bebas. Tak tertangkap
seperti berita yang tersebar.
Di sisi lain, baginda
nabi merasa heran. Apa yang dilakukan sahabat Zubair bin ‘Awwam?
Apa lagi Sahabat
Zubair bin Awwam kecil membawa pedang yang terhunus.
“Zubair, ada apa?” Tanya
Rasulullah saw..
Mendengar pertanyaan itu,
Sahabat Zubair bin Awwam langsung menjawab, “Saya mendengar bahwa Engkau ditangkap.”
“Lalu, apa yang akan kamu
lakukan?” Tanya lagi Rasulullah saw..
“Saya akan menyabet orang
yang menangkapmu,” Jawab Sahabat Zubair bin Awwam.
Lalu, Rasulullah saw.
mendoakan Sahabat Zubair bin Awwam dan pedangnya. Menurut ulama sejarawan, pedang
Sahabat Zubair bin Awwam itu adalah pedang pertama yang dihunus dalam Islam.[3]
Sahabat Zubair bin Awwam juga orang pertama kali yang menghunus pedang.
***
Dalam riwayat lain,
ketika berada di Makkah, Sahabat Zubair bin Awwam mendengar bisikan. Rasulullah
saw. terbunuh. Sahabat Zubair bin Awwam langsung mengayunkan kakinya
cepat-cepat.
Saking terburu-burunya,
beliau tak sempat mengambil baju. Beliau telanjang dada. Pedang berkilau
terhunus di tangan beliau. Siap menikam siapapun yang berani bermcam-macam.
Di tengah jalan, beliau
bertemu baginda nabi. “Ada apa wahai Zubair?” Tanya Rasulullah saw..
“Saya mendengar engkau
terbunuh.” Jawab Sahabat Zubair.
“Terus, apa yang engkau
lakukan.”
“Demi Allah, saya ingin
membunuh penduduk Makkah sehingga tak tersisa. Dan mengalirkan darah mereka
sepeti aliran sungai,” jawab Sahabat Zubair.
Mendengar jawaban itu,
Rasulullah saw. tertawa. Lalu, Rasulullah saw. melepas selendangnya dan
dipakaikan pada Sahabat Zubair.
Lalu, turunlah Jibril dan
berkata, “Sesungguhnya, Allah membacakan salam untukmu. Allah juga berfirman,
“Bacakanlah salam untuk Zubair. Dan bahagiakanlah dia bahwa Allah akan
memberinya pahala setiap orang yang menghunus pedang di jalan Allah swt. mulai
anda diutus hingga hari kiamat. Tak kurang sedikitpun. Karena dia adalah orang
yang pertama kali yang menghunus pedang di jalan Allah Azza Wa Jalla.”[4]
Menghadiri
Pertempuran Raja Najasyi Sendirian
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini menjelaskan tentang pengorbanan Sahabat Zubair
bin Awwam untuk teman-temannya.
Orang-orang Quraisy
memang berhati batu. Sama sekali tidak punya rasa kasihan dan iba. Mereka tak
henti-henti menyakiti bahkan menyiksa sahabat-sahabat Rasulullah saw.. Oleh
karena itu, Rasulullah saw. memerintahkan mereka untuk hijrah ke Habsyah.
Kala itu, Habsyah
dipimpin seorang raja yang adil. Di kemudian hari, raja yang memilki nama Najasyi
itu masuk Islam. Bahkan ketika wafat, Rasulullah salat ghaib untuknya.
Di negeri Habsyah,
sahabat-sahabat Rasulullah saw. mendapat perlindungan. Mereka hidup tentram.
Raja Najasyi memang raja yang baik. Ketika ada utusan dari Pembesar Quraisy
agar mengembalikan sahabat-sahabat Rasulullah, raja yang masih beragama Nasrani
itu menolak dengan tegas.
Hal itu stelah Jakfar bin
Abi Thalib menjelaskan perihal Islam dan kenapa Muslimin harus hijrah.
Di kemudian hari, ketentraman
muslimin terusik. Bukan karena raja Najasyi ingin mengusir mereka, tapi karena
ada kabar bahawa ada seseorang yang akan menyerang Najasyi. Orang itu ingin
merebut tahta.
Mereka takut kalau-kalau Najasyi
kalah dalam pertempuran. Kehawatiran terus mengganggu akal fikiran. Mereka
susah. Gelisah.
Seumpama raja Najasyi
kalah, belum tentu raja yang baru mau mengerti keadaan mereka. Bisa jadi raja
itu malah mengusir msulimin.
Untuk memadamkan api
pemberontakan, Najasyi keluar untuk
menghadapi orang itu. Muslimin semakin hawatir. Hati mereka getar-getir.
Yang semakin membuat
mereka gelisah adalah begitu sulitnya mendapat informasi. Mereka tidak tahu
siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah. Oleh karena itu, para sahabat
mengumumkan. Apakah di antara mereka ada yang berani menghadiri perang.
“Siapakah yang akan
menghadiri pertempuran Raja Najasyi sehingga kita nanti mendapat kabar?” Tanya para
sahabat Rasulullah saw..
Tanpa ragu, Sahabat Zubair
bin Awwam menyanggunpinya. “Aku!” Kata sahabat Zubair bin Awwam dengan suara
lentang.
Tampak sekali bahwa Sahabat
Zubair bin Awwam seorang pemberani. Padahal, kala itu dia termasuk sahabaat
Rasulullah termuda yang ada di Habsyah. Konon, ketika berangkat ke Habsyah
beliau berumur 18 tahun.
Maka, para sahabat meniup
Girba untuk alat renang. Lalu, Sahabat Zubair bin Awwam mencebur ke Sungai Nil dan
meletakkan Girba itu di dada. Dengan alat itu dia mengapung dan berenang di Sungai
Nil. Tujuan Sahabat Zubair bin Awwama adalah medan perang.
Para sahabat yang lain
memandang dari jauh dengan hati harap. Ketika sudah berada di tepi sungai,
sahabat Zubair bangkit dan melangkah menuju tempat pertempuran. Para sahabat
gelisah. Mereka takut Najasyi kalah. Mereka pun berdo’a bersama. Semuga Allah
swt. memenangkan dan menjayakan raja Najasyi.
Meski telah berdo’a, para
sahabat tetap tidak merasa tenang. Pikiran mereka dihantui rasa was-was.
Tiba-tiba Sahabat Zubair bin Awwam muncul. Para Sahabat bangkit.
Ada gelegat ingin tahu di
wajah mereka. Mereka menunggu gerangan kabar apa yang dibawa Sahabat Zubair;
kemenangan Najasyi atau malah sebaliknya? Entahlah.
“Bahagilah kalian. Najasyi
menang dalam pertempuran. Allah menghancurkan musuhnya,” kata Sahabat Zubair bin
Awwam sambil memberi isyarah dengan bajunya. Bahgialah para sahabat.
Kini harapan mereka telah tercapai. Sungguh beruntung
mereka memilki Sahabat Zubair bin Awwam. Seorang yang sangat pemberani. Setelah
kejadian itu, muslimin hidup di Habsyah dengan aman dan tenang.[5]
Tiada
Ragu Mengejar Kafir Makkah
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini menceritakan kesanggupannya terhadap permintaan
Rasulullah.
Keberanian Sahabat Zubair
juga tampak dari kehadirannya dalam semua peperangan. Setiap Rasulullah keluar
untuk berperang, dia pasti ikut[6]. Dalam perang
Badar, dia menjadi pemimpin tentara sayap kanan.
Konon, dalam perang itu,
pasukan muslimin yang berkuda hanya dua orang, yaitu sahabat Miqdad dan Sahabat
Zubair bin Awwam.
Sahabat Zubair bin Awwam
juga menghadiri perang Uhud. Dalam perang Uhud ini muslimin mengalami
kekalahan. Ketika Orang-orang Quraisy pulang, Rasulullah takut mereka akan
kembali lagi dan menyerang Madinah.
Maka, Rasulullah saw. menyuruh
para sahabat untuk membuntuti orang-orang Quraisy.
“Siapa yang berani membnututi
orang-orang Quraisy dari belakang sehingga mereka tahu bahwa kita masih punya
kekuatan?” kata Rasulullah saw..
Maka Sayyidina Abu Bakar
dan Zubair bin Awwam langsung bangkit bersama 70 pasukan. Ketika pasukan
Quraisy mendengar keberangkatan muslimin, mereka segera pulang.[7]
Menaiki
Benteng untuk Menaklukkan Mesir
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini menceritakan keberanian Sahabat Zubair bin Awwam.
Bukan hanya itu, pada
masa Khalifah Syyidina Umar, Sahabat Zubair bin Awwam juga menampakkan ke
beraniannya yang tiada tanding.
Waktu itu, pasukan
Muslimin yang dipimpin Sahabat Amer bin Ash mengepung Mesir. Maka, dengan
berani Sahabat Zubair bin Awwam menaiki benteng. Dia tidak takut jika penduduk
yang berlindung di dalam benteng menghujaninya dengan anak panah.
Setelah pasukan melihat aksi
Sahabat Zubair bin Awwam, mereka juga ikut naik. Pasukan muslimin pun
berhamburan masuk ke dalam benteng.
Hal itu membuat nyali
penduduk mesir ciut. Mereka lari terbirit-birit menuju gerbang yang dikepung
Shabat Amer bin Ash. Lalu, mereka mengadakan perdamaian.
Sedangkan, Sahabat Zubair
bin Awwam terus melangkah sehingga akhirnya dia sampai pada pintu yang dikepung
Amer bin Ash. Dengan demikian, terbukalah negri Mesir di tangan muslimin[8].
Begitulah, secuil kisah
keberanian Sahabat Zubair bin Awwam. Tentang keberanian Sahabat Zubair,
Sayyidina Ali pernah ditanya, “Wahai Abal Hasan, siapakah yang paling berani?”
“Itu dia, orang yang
marah seperti marahnya macan dan melompat seperti lompatan singa,” kata
Sayyidina Ali sambil menunjuk Sahabat Zubair bin Awwam.[9]
Sahabat
Zubair bin Awwam Pembela Rasulullah saw.
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini bercerita tentang Sahabat Zubair yang menjadi
Hawari Rasulullah.
Ketika keeksisan muslimin
semakin tampak di Madinah, orang-orang Yahudi semakin merasa jengkel. Mereka
tidak terima. Namun, untuk menyerang sendiri mereka tidak berani.
Lalu, mereka melakukan
makar untuk menumbangkan kekuasan Islam di Madinah. Maka, pergilah 20 orang
dari pemimpin Yahudi ke Makkah. Tujuan mereka untuk memprovokasi orang-orang
Quraisy agar menyerang Madinah. Mereka berjanji akan membantu.
Orang-orang Quraisy pun
dengan senang hati mengiakan. Setelah itu, orang-orang Yahudi itu bergegas
menuju suku Ghatfan. Di sana, mereka mengajak untuk memerangi Rasulullah saw..
Suku Ghatfan pun menerima ajakan itu.
Dengan demikian,
berhasillah makar Yahudi. Orang-orang kafir bersatu untuk menghancurkan
Madinah.
Setelah Rasulullah saw.
mendengar berita terbentuknya pasukan sekutu itu, Rasulullah saw. mengadakan
musyawarah tingkat tinggi bersama para sahabat. Beliau berdiskusi bagaimana
cara menghadapi pasukan musuh yang begitu besar.
Salah satu sahabat
Rasulullah, Salman al-Farisi mengusulkan agar muslimin menggali parit.
Hal itu
berdasar pengalaman Sahabat Salman ketika berada di Negrinya, Persia.
Dulu, ketika Sahabat Salman
ada di Persia dan dikepung musuh, maka orang Persia menggali parit. Akhirnya,
usulan Sahabat Salman ini diterima oleh Rasulullah saw..
Setelah menimbang-nimbang
kondisi Madinah, Rasulullah saw. bertekad untuk menggali Parit di Utara
Madinah.
Sebab, Madinah
dikelilingi kebun kurma, gunung-gunug dan bukit bebatuan. Jadi tentara besar
tidak gampang menyerang Madinah. Hanya di utaralah jalan yang bisa dilewati
untuk menyerang Madinah. Rasulullah saw. menggali parit di arah Utara.
Ketika pasukan sekutu
sampai di perbatasan Madinah, mereka kaget. Mereka tidak bisa menyerang. Mereka
terhalang oleh parit. Untuk menyebrang mereka juga tidak bisa.
Sebab, pasukan Muslimin
siap siaga. Menjag gerak-gerik mereka. Setiap ada orang mendekat untuk
menyebrang parit, anak panah akan segera melesat ke arah orang itu.
Jadi, mereka tidak
berani. Keputusan terakhir yang mereka ambil adalah mengepung Madinah. Padahal,
sebelumnya mereka tidak pernah berpikir untuk mengepung Madinah.
Di tengah situasi yang
sangat mencekam itu, Yahudi Bani Quraizah melanggar perjanjian. Penghianatan
ini menambah beban yang sangat berat pada muslimin.
Sebab, sewaktu-waktu
Yahudi Bani Qurizah bisa menikam muslimin dari belakang. Perkampungan mereka
tidak begitu jauh dari Madinah. Apa lagi, anak-anak dan wanita ditinggalkan di
Madinah[10].
Pada perang inilah,
Sahabat Zubair bin Awwam mendapat keistimewaan. Sebab, Rasulullah saw. menyebutnya
sebagai Hawariy (penolong/pembela) Rasulullah saw..
Waktu itu, Rasulullah
saw. mendapat kabar tentang pengkhianatan Yahudi Bani Quraidzah. Lalu beliau bersabda,
“Siapakah yang dapat memberi kabar tentang Yahudi?”
Mendengar kata-kata itu,
Sahabat Zubair bin Awwam langsung berdiri dan berangkat menuju perkampungan
Yahudi Bani Quraizah. Hal ini terjadi sebanyak tiga kali.
Pada kali yang terakhir,
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap nabi itu memiliki penolong, sedangkan
penolongku adalah Zubair.”[11]
Kehebatan
Ibu Sahabat Zubair bin Awwam
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini bercerita tentang kehebatan ibu Sahabat Zubair
bin Awwam.
Sebagaimana disebutkan di
atas, kehebatan dan keberanian Sahabat Zubair bin Awwam tidak terlepas dari
pendidikan ibunya. Sang Ibulah yang mencetak karakter pemberani tersebut.
Ternyata, ibu Sahabat
Zubair bin Awwam juga memiliki keberanian yang luar biasa. Keberanian ibu
Sahabat Zubair terlihat di saat terjadinya Perang Khandaq. Perang yang juga
dikenal dengan perang Ahzab.
Dalam perang ini Ibunda
Sahabat Zubair bin Awwam, Shafiyah binti Abdul Muthallib memiliki andil besar memperkuat
pertahanan muslimin di Madinah. Khususnya di benteng bagian perempuan.
Ketika Yahudi Bani
Quraidzah melanggar perjanjian, mereka juga berpartipasi dalam perang ini.
Salah satu mereka datang ke Madinah. Dia berputar-putar mengelilingi benteng
yang dihuni para wanita dan anak-anak. Entah apa maunya.
Kelakuan Yahudi itu
diketahui oleh Shafiyah, bibi Rasulullah saw.. Shafiyah menaruh curiga pada
laki-laki pengkhianat itu. Shafiyah takut dia akan melapor pada komplotannya
bahwa para wanita tidak dijaga tentara. Rasulullah dan para sahabat sedang
sibuk-sibuknya menghadapi pasukan sekutu.
Shafiyah berkata pada
Hassan bin Tsabit, seorang yang diperintah menjaga benteng, “Wahai Hassan,
sebagaimana yang engkau lihat, Yahudi ini mengelilingi benteng. Demi Allah, aku
hawatir dia akan mengabarkan kelemahan kita pada komplotannya dari belakang.
Rasulullah dan para sahabat sibuk menghadapi musuh. Turunlah! Bunuh dia!”
Namun, Hassan tidak mengabulkan
permintaan Shafiyah. Hassan tidak punya keberanian sedikit pun.
“Semuga Allah
mengampunimu wahai Putri Abdul Muthallib. Demi Allah sebagaimana yang engkau
tahu, aku tak bisa,” kata Hassan.
Ketika mengetahui ketidak
beranian Hasan, Shafiyah bertekad turun tangan sendiri. Shafiyah mengambil
potongan tiang lalu turun dari benteng. Setelah sampai di hadapan Yahudi,
Shafiyah memukul Yahudi itu sehingga meninggal. Lalu, Shafiyah kembali lagi ke
dalam benteng.
“Wahai Hasan, turunlah.
Ambillah barang Yahudi itu. Karena sesungguhnya tidak ada yang mencegahku untuk
mengambil hartanya kecuali karena dia laki-laki,” kata Shafiyah pada Hasan.
“Aku tidak butuh wahai
putri Abdul Muthallib,” jawab Hasan[12].
Berkat keberanian
Shafiyah itu, orang-orang Yahudi tidak berani mendekati benteng para wanita.
Mereka mengira benteng di Madinah dijaga ketat oleh tentara. Sehingga jika ada
musuh mendekat, maka tentara itu akan melumatnya.
Malaikat
Turun Menyerupai Sahabat Zubair bin Awwam
Sub judul dalam tulisan
Biografi Zubair bin Awwam ini menceritakan pertolongan Allah di Perang Uhud.
Keitstimewaan lain yang
dimiliki Sahabat Zubair adalah disukai malaikat. Bahkan, makhluk yang tercipta
dari cahaya itu pernah meniru pakaian Zubair. Hal itu terjadi pada perang
Badar.
Pada perang itu, pasukan
Muslimin hanya kurang-lebih 313, sedangkan tentara musuh sebanyak 1000. Tentu,
tanpa pertolongan Allah saw, pasukan sesedikit itu bisa menjadi bulan-bulanan. Mereka
bisa dibantai habis-habisa.
Namun, Allah saw.
mengirim pasukan-Nya untuk membantu muslimin. Sehingga muslimin bisa unggul dan
menang dalam pertempuran.
Pada perang itu, Sahabat
Zubair menjadi pemimpin pasukan Sayap kanan. Beliau memakai sorban berwarna
kuning yang dililitkan. Beliau bertempur dengan gagah berani. Menumpas musuh.
Pada perang ini tampaklah
keistimewaan beliau. Malaikat yang datang untuk membantu muslimin memakai
pakaian persis pakaian yang dikenakan Sahabat Zubair; sorban kuning.
Rasulullah pun
membenarkan keistimewaan itu. Kata Rasulullah, “Sesungguhnya Malaikat turun
dengan tanda-tanda (menyerupai) Zubair.[13]”
Begitulah biografi dan
kisah hidup Sahabat Zubair bin Awwam. Sahabat yang sangat pemberani. Seorang
sahabat yang mendapatkan julukan Hawari Rasulullah, pembela Rasulullah sampai
wafat.
[10]
Rahiqul-Makhtum
[11] صحيح
البخاري ـ م م (4/ 27) ,فتح الباري - ابن
حجر (7/ 406), مرقاة المفاتيح شرح مشكاة
المصابيح (17/ 463)
Posting Komentar