@santri_solehah |
Rajutan asmara ini masih
terbang bertaburan
Mencari kesempurnaan
Dalam diam, tawa, dan
setiap kisahku
Hanya pasrah kepada Sang
Pencipta
Tuk menyirami hati yang
terkurung dalam pinta
Ya Allah…
Jika bidadariku biji haus
tetesan air hujan
Hamba mohon katakan ‘kun’
Untuk mengguyur dahaga
keringnya
Ya Allah…
Jika bidadariku dapat
menghiurp udara sejuk
Hamba mohon katakana ‘kun’
Untuk terbang melintasi
awan hitam
Ya Allah…
Jika bidadariku telah
berbunga harum kasturi
Jagalah hatinya hanya
untuk hatiku
Sampai suatu saat,
tanganku memerawani tangan sucinya
Apresiasi dan Perbaikan
Oleh: Mashuri (Balai
Bahasa Jawa Timur)
Sajak terang lainnya
terdapat pada sajak ketiga adalah karya Saif El-Syadiri (Saifuddin Syadiri hehe),
berjudul “Kun”.
Subjudul menunjukkan
bahwa sajak ini memang mengarah pada lawan jenis. Meski demikian, bukan nafsu
yang mengemuka, tetapi doa, agar sang belahan jiwa tetap istiqomah untuk
menunggu arah yang pasti, yang tentu atas perkenan dan sabda Sang Ilahi Robbi: “kun!”
Puisi yang tersaji ini
memang sudah mengalami reparasi. Hal itu karena sajak awalnya terlalu ‘miskin’
untuk disebut sebagai puisi. Padahal secara potensi, sajak ini cukup kaya.
Kiranya, cara mengasah
dan mendayagunakan aspek-aspek puitika yang perlu dilatih sesering mungkin,
sehingga kapasitas teksnya tidak melulu sebagai curahan hati semata, tetap
menggenapi syarat dan rukun sebagai puisi.
Meski demikian, sajak
hasil reparasian ini diusahakan tidak jauh berbeda dari aslinya. Sebagai bahan
pembelajaran, akan disertakan sajak asli, dan sajak reparasiannya yang sudah
masuk bengkel puisi.
Berikut ini sajak hasil
dari bengkel puisi.
Kun
:Bidadariku
Rajutan kasih ini masih
tertatih
Mencari arah
Sempurna
Dalam diam, tawa, dan
setiap lipatan kisah
Hanya pasrah kepada Sang
Maha Cinta
Tuk menyemai hati yang
bergulma
Terkurung pintalan pinta
O, Pengubah air laut
menjadi awan…
Jika bidadariku biji haus
tetes air hujan
Katakana: ‘kun’
Untuk mengguyur dahaga
keringnya
O, Pemberi ruh pada
tumbuh-tumbuhan…
Jika bidadariku ingin
menghirup udara sejuk
Katakan: ‘kun’
Untuk datangkan angin,
menyapu asap hitam
O, Pusar segala rahasia
Jika bidadariku telah
berbunga harum kasturi
Jagalah hatinya hanya
untukku
Katakana: ‘kun’
Hingga kasih kami sampai
Menuju arah pasti
: Mahligai
Berikut sajak asalnya.
‘Kun’ Bidadariku
Rajutan asmara ini masih
terbang bertaburan
Mencari kesempurnaan
Dalam diam, tawa, dan
setiap kisahku
Hanya pasrah kepada Sang
Pencipta
Tuk menyirami hati yang
terkurung dalam pinta
Ya Allah…
Jika bidadariku biji haus
tetesan air hujan
Hamba mohon katakan ‘kun’
Untuk mengguyur dahaga
keringnya
Ya Allah…
Jika bidadariku dapat
menghiurp udara sejuk
Hamba mohon katakana ‘kun’
Untuk terbang melintasi
awan hitam
Ya Allah…
Jika bidadariku telah
berbunga harum kasturi
Jagalah hatinya hanya
untuk hatiku
Sampai suatu saat,
tanganku memerawani tangan sucinya
***
Tak banyak esensi yang berubah. Perubahannya hanya pada hal-ihwal puitika. Misalnya pemenggalan kata dalam tata tipografi yang bisa menimbulkan enjambemen, atau perluasan makna. Pemerhatian unsur rima atau bunyi. Juga tentang diksi yang lebih berkada puisi.
Farase “Ya Allah”
dimaksimalkan menjadi sebuah seruan pada Tuhan, yang terkait dengan isi pada
bait berikutnya, sehingga bangunan puisi lebih hidup dan ciamik.
Sehingga pesan cinta yang
ingin dismapikan kepada si Bidadari, atau Pembaca, bisa berterima dengan lebih
bermakna.
****
Puisi ini saya tulis saat
saya masih duduk di kelas MA Miftahul Ulum.
Dimuat di Majalah Ijtihad
edisi 40 Rabiul Awal Rajab 1435 H. Majalah ini dikelola oleh OMIM (OSIS kalau
di sekolah umum) MA Madrasah Miftahul Ulum PP. Sidogiri.
Oea, ada puisi “Kun
Bidadariku jilid 2”. Besok-besok saya share juga di sini.
Salam. Semoga bermenfaat.
Posting Komentar