Berpuasa Ramadan adalah
kewajiban. Berpuasa juga memiliki pahala yang tak terhitung. Asalkan puasa kita
diterima Allah swt.. Bagaimaan caranya agar puasa diterima Allah?
Berpuasa untuk
menggugurkan kewajiban sebenarnya tidak terlalu sulit. Cukup ikuti panduan
berpuasa dalam fikih. Puasa kita sudah sah. Tentu kewajiban puasa kita juga
sudah gugur.
Panduan puasa ini sudah
saya tulis dalam artikel yang berjudul, “Cara dan Pandun Puasa Ramadan Lengkapdan Mudah”. Silahkan diklik saja jika ingin menambah wawasan.
Namun demikian, agar puasa
diterima Allah itu sulit. Karena kita tidak hanya puasa dari makanan, tapi juga
berpuasa dari banyak hal yang sulit kita tinggalkan.
Cara agar puasa diterima
Allah sudah dijelaksan panjang lebar oleh Imam al-Ghazali. Cara ini beliau
cantumkan dalam kitab fenomenalnya, Ihya’ Ulumiddin.
Tiga
Tingkatan Puasa
Imam al-Ghazali
menjelaskan, puasa itu memiliki tiga tingkatan. Yaitu, puasa yang umum, puasa
yang khusus, dan puasa yang paling khusus.
Puasa yang umum maksudnya
adalah puasa yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Ciri-ciri puasa ini adalah
mencegah perut dan farji dari syahwatnya (keinginannya). Seperti tidak makan,
tidak minum, dan seterusnya.
Penjelasannya bisa dibaca
di “Cara dan Panduan Puasa Ramadan Lengkap dan Mudah” ini.
Adapun puasa khusus
adalah puasa yang dilakukan oleh orang-orang khusus. Puasa ini tidak hanya mencegah
dari makan dan minum, tapi juga menjaga mata, tangan, lisan, dan semua anggota
tubuh dari dosa-dosa.
Tingkatan yang terakhir
adalah puasa yang paling khusus (khusus al-khusus). Puasa ini dilaksanakan
oleh orang yang sangat khusus. Puasa ini merupakan puasa yang tertinggi
Puasa yang paling khusus
ini adalah puasanya hati dari keinginan-keinginan hina, pikiran-pikiran
duniawi, dan mencegah hati dari selain Allah. Puasa paling khusus ini batal
jika hati memikirkan selain Allah.
Oleh karenanya, orang
yang paling khusus ini mengaggap dosa jika kita saat siang hari masih
memikirkan bagaimana cara mendapatkan buku puasa di sore hari.
Sebab hal itu menujukkan
tidak percaya kepada anugerah Allah. Juga, tidak terlalu yakin pada janji Allah
bahwa Allah pasti memberi rezeki kepada makhluk-Nya.
Puasa yang paling khusus
ini puasanya orang yang memiliki derajat tinggi di sisi Allah. Seperti para
nabi, as-siddiqin, dan al-Muqarribin (orang-orang yang dekat kepada Allah).
Cara
Orang Saleh Berpuasa Agar Diterima Allah
Kalau dipikir-pikir,
sepertinya kita sangat sulit untuk berpuasa seperti puasanya orang-orang yang
paling khusus. Bahkan, tidak mungkin.
Bagaimana dengan puasa
khusus? Nah, ini yang akan dibahas lebih lanjut.
Puasa khusus (shaum
al-khusus) adalah berada di tingkat kedua versi Al-Ghazali. Puasa ini adalah
cara puasa orang-orang yang saleh. Cara puasa ini sebenarnya cara yang sangat
dasar agar puasa diterima Allah.
Menurut Imam al-Ghazali,
cara puasa orang saleh ini adalah menjaga anggota tubuh dari dosa-dosa. Hal ini
bisa sempurna dengan melakukan 6 hal berikut:
1. Menjaga Mata
Pertama, kita menjaga
mata dan tidak membiarkannya dengan mudah melihat sesuatu yang dicela dan
dibenci syariat. Juga, mencegahnya dari melihat sesuatu yang bisa melupakan
diri dari ingat Allah.
Rasulullah saw. bersabda,
النظرة سهم مسموم من سهام إبليس لعنه الله فمن تركها
خوفا من الله آتاه الله عز وجل إيمانا يجد حلاوته في قلبه
“Pengelihatan adalah anak
panah beracun dari anak panah Iblis –semoga Allah melaknatnya. Barangsiapa yang
meninggalkannya karena takut dari Allah, maka Allah akan memberinya iman yang
terasa manisnya dalam hati.”
Rasulullah juga bersabda,
خمس يفطرن الصائم الكذب والغيبة والنميمة واليمين
الكاذبة والنظر بشهوة
“Lima hal yang bisa membatalkan
puasanya orang yang berpuasa yaitu bohong, ghibah, adu domba, sumpah bohong,
dan melihat dengan syahawat.”
2. Menjaga Lisan
Cara agar puasa diterima
Allah yang kedua adalah menjaga lisan. Lisan terjaga dari hal-hal yang tidak
bermenfaat, bohong, ghibah, adu domba, keburukan, permusuhan, dan seterusnya.
Lisan hanya disibukkan
dengan dzikir kepada Allah dan membaca Al-Quran. Maka semua ini disebut sebagai
puasanya lisan.
Rasulullah bersabda,
إنما الصوم جنة فإذا كان أحدكم صائما فلا يرفث ولا
يجهل وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل إني صائم
“Sesungguhnya puasa
adalah perisai. Jika kalian berpuasa maka jangan berkata buruk dan berkata
jelek. Jika ada orang yang mengajak bertengkar (ada yang mengartikan dengan “melaknat”)
atau mencaci, maka katakanlah “Aku berpuasa”.”
Hadis ini menjelaskan,
puasa itu perisai yang akan melindungi kita. Melindungi dari apa?
Menurut az-Zabidi dalam Ittihaf
as-Sadat Wa al-Muttaqin Sayarah Ihya Ulumiddin, puasa bisa menjadi
perisai kita dari dosa. Tapi, ada juga ulama yang mengatakan, puasa menjadi
perisai dari neraka.
Syaikh al-Hafidz al-Iraqi
mengatakan, puasa bisa menjaga kita dari neraka. Karena puasa bisa menjaga kita
dari syahwat. Syahwat merupakan salah satu penyebab kita masuk neraka.
Selanjutnya, hadis di
atas juga mengatakan, tidak boleh berkata buruk. Jikapun ada orang yang
mencaci, kita balas dengan ucapan, “Aku berpuasa”.
Ucapan ini dikatakan
dalam hati. Tapi juga ada ulama yang mengatakan, diucapkan dengan lisan.
Ada juga yang mengatakan,
jika berpuasa sunah maka ucapkan dalam hati. Tapi, jika sedang berpuasa wajib
seperti Ramadan, maka ucapkan dengan lisan. Hal ini sebagaimana diceritakan
oleh Imam ar-Ruyani.
3. Menjaga Pendengaran
Cara agar puasa diterima
Allah selanjutnya adalah menjaga pendengaran. Pendengar dijaga dari hal-hal
yang dibenci Syariat. Terlebih yang diharamkan oleh Syariat.
Maka, selain tidak boleh
ghibah, kita juga tidak boleh mendengarkan ghibah. Karena orang yang ghibah dan
yang mendengarkannya sama-sama berdosa.
4. Menjaga Anggota Tubuh yang Lain
Selain itu, cara agar
puasa diterima Allah adalah menjaga anggota tubuh yang lain. Kita menjaga
tangan, kaki, dan anggota lainnya.
Kita juga menjaga perut
dari makanan syubhat saat berbuka puasa. Terlebih dari makanan yang haram.
Karena jika kita berbuka
dengan makanan yang tidak halal, maka tidak ada gunanya kita berpuasa. Kita seperti
orang yang membangun gedung, tapi merobohkan kota.
Mengenai cara agar puasa
diterima Allah yang keempat ini, Rasulullah bersabda,
كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع والعطش
“Betapa banyak orang yang
berpuasa yang hanya mendapatkannya lapar dan haus.”
Siapa orang yang dimaksud
dalam hadis tersebut?
Ada ulama yang
mengatakan, mereka yang berbuka puasa dengan makanan haram. Ada juga ulama yang
mengatakan, orang yang tidak makan tapi ghibah.
Ada juga ulama yang
mengatakan, mereka adalah yang tidak menjaga anggota tubuhnya dari perkara
haram.
5. Tidak Banyak Makan Saat Berbuka Puasa
Cara puasa orang saleh
berikutnya adalah tidak banyak makan dari makanan halal saat berbuka puasa. Makanan
halal saja tidak boleh banyak-banyak apa lagi makanan haram.
Sebab, ruh dan rahasia
puasa adalah melemahkan kekuatan. Kekutan ini merupakan media setan untuk
menggoda kita.
Nah, ketika kekuatan itu
melemah, maka setan tidak memiliki jalan untuk menggoda. Kita pun tidak bisa melakukan
keburukan-keburukan durjana.
Tentu, hal ini tidak
mungkin kita dapatkan kecuali dengan menyedikitkan makanan saat berbuka puasa.
Jika kita tidak makan
dari siang, lalu makan sebanyak-banyaknya saat berbuka puasa, tentu puasa kita
tidak ada gunanya. Terlebih jika makanan kita malah lebih berwarna dari
biasanya.
Bukan hikhmah dan menfaat
puasa yang akan kita dapatkan. Malah, syahwat akan semakin besar. Setan pun
semakin mudah untuk menggoda dan merayu kita.
Bukankah setan dibelenggu
pada Bulan Ramadan? Benarkah? Kenapa masih ada orang bermaksiat?
Jika ingin tahu lebih
dalam, silahkan dibaca artikel ini, “Setan Dibelenggu pada Bulan Ramadan, tapi Kok Masih Banyak Maksiat?”
Begitu juga, termasuk
dari adab (tetakrama) puasa adalah tidak banyak tidur di waktu siang. Tujuannya
agar merasakan lapar dan haus. Pula, agar merasakan lemah yang semakin mendera.
Hati pun menjadi bening.
Hal ini berlanjut sampai
malam. Sehingga menjadi mudah salat tahajjud dan membaca wirid (beribadah).
Jika demikian, diharapkan
setan tak lagi meliputi hati. Sehingga bisa melihat kekuasaan Allah swt. (malakut).
Maka, menjadi mudah juga melihat Lailatul Qadar. Karena Lailatul Qadar adalah
sebuah bentuk dari terbukanya sebagian dari malakut (kerjaan/kekusaan
Allah) ini.
6. Hati Cemas di Antara Takut dan Harapan Saat Berbuka
Cara selanjutnya agar
puasa diterima Allah adalah berada di antara cemas dan harap saat berbuka
puasa. Maksudnya?
Begini, ketika kita
berbuka puasa, kita takut puasa kita tidak diterima oleh Allah. Sebab, Jika puasa
kita benar-benar tidak diterima, kita menjadi orang yang dimurka.
Di sisi lain, ketika kita
berbuka puasa, kita juga berharap puasa kita diterima oleh Allah. Jika puasa
kita benar-benar diterima, maka kita menjadi orang dekat pada Allah.
Yang jelas, kita tidak
tahu pasti puasa kita diterima atau tidak. Oleh karenanya, kita perlu untuk
takut. Takut tidak diterima. Karenanya, kita tidak mudah untuk ketawa-ketawa.
Kita juga perlu berharap
puasa kita diterima Allah. Agar tidak putus asa dan selalu memperbaiki puasa
kita.
Sebenarnya, takut tidak
diterima sekaligus berharap diterima ini juga berlaku dalam ibadah-ibadah yang
lain. Tidak hanya puasa.
Mungkin juga berlaku saat
ingin meminang si penyejuk hati. Takut tidak diterima agar tidak terlalu PD.
Berharap diterima agar tidak putus asa. Hehehehe…
Nah, itulah cara agar
puasa diterima Allah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali. Semoga
kita bisa menjalaninya sehingga puasa kita diterima. Jika tidak bisa dilakukan
semua, jangan ditinggalkan semua. Amin.
Referensi:
* Ihya’ Ulumiddin,
Juz 1 hlm 221-223, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, karya Imam al-Ghazali.
* Ittihaf as-Sadah
al-Muttaqin Bisyarh Ihya’ Ulumiddin, karya Syaikh Muhammad
bin Muhammad bin al-Husaini az-Zabidi
Posting Komentar