fr.freefik.com |
Dalam kehidupan ini,
kadangkala Allah menurunkan musibah. Allah menurunkan bencana, dan yang sedang
kita alamai adalah wabah Corona.
Bencana sekecil apapun
dan sebesar apa pun pasti atas izin Allah. Allah yang menghendaki. Jika Allah
tidak menghendaki, apapun tidak akan terjadi.
Allah berfirman:
Kewajiban
Manusia dalam Menjalani Hidup
Ayat di atas menegaskan
kepada kita, musibah itu datang dengan izin Allah. Sahabat Ibnu ‘Abbas
menafsiri dengan “perintah Allah”. Artinya, musibah-musibah yang menimpa kita
itu karena takdir dan kehendak Allah.
Sekuat apapun penyakit
Corona menyerang, jika Allah tidak berkehendak, kita tidak akan terkena. Sekuat
apapun kita lari dari musibah Corona, tapi Allah berkehendak, kita pasti
tertimpa.
Jadi, semuanya terserah kehendak
Allah. Allah mau menurukan musibah atau tidak.
Namun demikian, Allah
menimpakan musibah disertai dengan sebab-sebabnya. Allah menciptakan longsor,
karena pohon ditebang. Allah ciptakan banjir karena sampah dibuang sembarangan.
Dan seterusnya.
Ada penjabaran sangat
mengena dari Syaikh al-Maraghi tentang ayat di atas. Kata beliau dalam
tafsirnya, dalam menjalani hidup ini manusia memiliki dua kewajiban.
Pertama,
berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kebaikan dan menolak sesuatu yang membahayakan.
Maka, jika ingin sukses,
berusahalah. Jika ingin selamat, hati-hatilah. Jika tidak ingin terjangkit
Corona, tetaplah di rumah!
Kedua, tawakkal
kepada Allah. Setelah kita melakukan yang terbaik untuk kehidupan kita,
selanjutnya adalah pasrah kepada Allah.
Misalnya Allah memberikan
kebahagiaan kepada kita, Alhamdulillah. Kita bersyukur kepada-Nya.
Jika sebaliknya, Allah
malah memberikan kesusahan atau menurunkan musibah, Innalillah. Kita bersabar.
Kita pasrahkan kepada Allah.
Rasulullah bersabda:
عجبا
للمؤمن، لا يقضي الله له قضاء إلا كان خيرا له، إن أصابته ضراء صبر فكان خيرا له، وإن
أصابته سراء شكر فكان خيرا له، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن
Artinya: Takjub bagi
orang yang beriman. Setiap keputusan Allah untuknya adalah baik baginya. Jika
dia sedang susah nestapa, dia bersabar. Maka hal itu baik baginya.
Jika dia sedang bahagia,
dia bersyukur (kepada Allah). Maka hal itu baik baginya. Dan semua itu tidak
dimiliki kecuali oleh orang yang beriman.
Alasan
Allah Menurunkan Musibah
Ketika Allah menurunkan
musibah pada orang Islam, maka musibah menjadi hidayah. Maksudnya?
Sebagaimana ayat di atas
mengajarkan, ketika orang yang beriman tertimpa musibah, maka Allah memberi
petunjuk pada hatinya. Yahdi Qalbah.
Menurut Imam Ibnu Katsir,
maksud “memberi petunjuk pada hati” ini adalah hatinya menyadari bahwa musibah
itu datang dari Allah. Lalu dia bersabar dan menyerahkan semunya kepada Allah.
Itulah maksud musibah
menjadi hidayah. Allah menurunkan musibah di tubuh dan dunianya, kemudian Allah
memberi hidayah dalam hatinya.
Bahkan, -masih pendapat
Imam Ibnu Katsir- kadangkala Allah mengganti apa-apa yang hilang dari kita
dengan sesamanya. Kadang pula Allah menggantinya dengan hal yang lebih baik.
Menurut Sahabat ‘Ikrimah,
Allah menurunkan musibah itu memiliki alasan tersendiri.
Allah menurukan musibah
pada orang yang beriman itu mungkin karena dia banyak dosa. Allah ingin
mengampuni dosanya. Makanya diberi musibah.
Atau dia tidak memiliki
banyak dosa, tapi Allah ingin mengangkat derajatnya. Lalu Allah menurukan
musibah kepadanya.
Kata beliau yang dikutip Imam
al-Baghawi dalam tafsirnya,
ما
من نكبة أصابت عبدًا فما فوقها إلا بذنب لم يكن الله ليغفر له إلا بها، أو درجة لم
يكن الله ليبلغها إلا بها.
Artinya: Tidak ada suatu
musibah pun yang menimpa seorang hamba kecuali disebabkan dosa yang tidak bisa
diampuni kecuali dengan musibah itu.
Atau disebabkan derajat
yang tidak bisa dicapai kecuali setelah menjalani musibah tersebut.
Ya, mungkin saja Allah
menurunkan musibah Corona ini karena kita terlalu banyak dosa. Allah ingin
mengampuni kita. Atau karena Allah ingin memberikan kita pahala atau derajat
tinggi setelah menjalaninya.
Siksa
yang Allah Turunkan di Bumi Tidak akan Dia Turunkan Lagi di Akhirat Nanti
Imam ar-Razi juga
mengatakan, kadangkala musibah itu karena dosa-dosa kita. Kata beliau, dosa
orang yang beriman itu dibagi menjadi dua.
Pertama, dosa
yang diampuni oleh Allah melalui musibah-musibah yang Allah turunkan di dunia.
Kedua, dosa
yang diampuni oleh Allah di dunia dengan cuma-cuma. Jadi, tidak diberi musibah,
tapi diampuni oleh Allah.
Nah, musibah-musibah yang
diberikan di dunia itu, tidak akan lagi Allah berikan di akhirat. Dosa-dosa
yang diampuni di dunia, tidak akan Allah tagih lagi nanti di akhirat.
Itulah sunnatullah
(peraturan yang berlaku) terhadap orang-orang yang beriman.
Sedangkan untuk
orang-orang yang tidak beriman, Allah tidak menyiksa mereka di dunia. Allah akan
menyiksa mereka kelak di akhirat.
Baca juga:
Jadi, musibah itu dari
Allah. Jika Allah berkehendak menimpakan Corona kepada kita, ya pasti kita
tertimpa. Begitu juga sebaliknya. Jika Allah tidak berkehendak, kita tidak akan
terkena.
Namun, Kita harus berikhitar.
Berusaha menjauhi penolaran Corona. Setelah itu bertawakkal. Sembari meminta
ampun dan berdoa agar diselamatkan dari wabah ini. Amin!
Posting Komentar