Allah menciptakan laki-laki dan perempuan bukan
untuk lawan yang saling bertengkar. Tapi, lawan untuk saling memadu kelebihan.
Allah tidak lebih mengutamakan salah satunya.
Keutamaan dan kelebihan menurut Allah hanya dengan takwa.
Kadang, ada saja yang menuduh Islam itu
diskriminatif kepada perempuan. Islam lebih mengunggulkan laki-laki.
Tuduhan seperti ini bisa saja dikarenakan belum
menyelami syariat Islam. Atau mungkin karena terpengaruh pemikiran barat yang
memang perempuan di sana memiliki sejarah kelam.
Nah, berikut ini hadits tentang keharusan
memuliakan perempuan.
Surga
Ada dalam Rido Seorang Ibu
جاء رجل
إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم - يعني جاهمة - فقال : يا رسول الله ، أردت أن
أغزو فجئتك أستشيرك ، فقال : « هل لك من أم ؟ » قال : نعم ، قال : « فالزمها ، فإن
الجنة تحت رجليها
“Seorang laki-laki mendatangi baginda Rasulullah
saw.. Nama dari Laki-laki itu adalah Jahimah. Lalu si laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah,
aku ingin berperang (berjihad di jalan Allah), aku datang ingin meminta arahanmu.”
Kemudian Baginda Nabi bertanya kepada laki-laki
itu, “Apakah ibumu masih ada?” Si laki-laki menjawabnya, “Iya.” Rasulullah pun memberinya
wejangan, “Maka, tetap tinggallah membersamai ibumu, karena sesungguhnya
surga berada di bawah kedua kakinya.” (HR. Imam Baihaqi)
Hadis tentang keharusan memuliakan perempuan yang
pertama ini berbicara tentang seorang ibu. Bahwa ibu itu derjatanya sangat
mulia. Ibu memiliki jasa yang tak terhingga kepada kita.
Maka, kewajiban seorang anak adalah berbakti
kepadanya. Ketika kita berbakti, maka ibu akan rida dan sayang kepada kita. Dengan
demikian, kita akan mendapatkan surga.
Itulah kenapa kemudian Baginda Nabi Muhammad
mengatakan “Surga ada di bawah kaki ibu”.
Bagaimana dengan bapak? Sebenarnya sama saja.
Tidak ada bedanya. Kita juga wajib berbakti kepadanya.
Hanya saja, berbakti kepada ibu itu lebih diutamakan.
Mendatapkan rida ibu juga lebih diutamakan. Ibu dulu baru bapak. Kenapa? Karena
ibu adalah perempuan.
Ya, perempuan yang mengandung kita, melahrikan
kita, menyusui kita, merawat kita, dan seterusnya. Al-Quran membahasakannya
dengan “Wahnan ‘Ala Wahnin”. Derita di atas derita.
Penjelasan hadits tentang keharusan memulikan
perempuan ini bisa ditengok dalam kitab Mirqat Al-Mafataih, karya Syaikh
‘Ali al-Qari. Juga bisa dilihat dalam Hasyiyah as-Sanadi ala Ibn Majah, karya
Muhamad bin ‘Abdul Hadi as-Sanadi.
Hanya
Laki-Laki Mulia yang Memuliakan Perempuan
خيركم
خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلى ما أكرم النساء إلا كريم ولا أهانهن إلا لئيم
“Paling baiknya kalian ialah paling baiknya
kalian kepada keluarganya. Dan aku paling baiknya kalian pada keluargaku. Tidak
memuliakan perempuan kecuali laki-laki yang mulia. Tidak menghinakan perempuan
kecuali laki-laki hina.” (HR. Imam Hakim)
Hadits tentang keharusan memuliakan perempuan yang
kedua ini berbicara tentang perempuan yang menjadi istri.
Dalam hadits ini Rasulullah menjelaskan, bahwa
laki-laki terbaik adalah laki-laki yang paling baik kepada keluarganya. Tentu,
dalam hal ini Rasulullahlah yang paling baik pada keluarganya.
Rasulullah kemudian melanjutkan, jika ada
laki-laki (suami) yang memuliakan perempuan (istri), maka dia laki-laki mulia.
Sebaliknya, jika dia menghinakan perempuan, berarti di laki-laki hina.
Sebenarnya, sangat banyak hadits-hadits tentang
keharusan memuliakan perempuan. Terutama bagaimana nabi memperlakukan
istri-istrinya.
Misalnya, nabi selalu memperhatikan keadaan
istri-istrinya. Nabi juga pernah meminum dari gelas yang masih ada bekas
minumnya Sayidah ‘Aisyah.
Ada pernyataan menarik dari Imam Ibnu al-‘Iraq
yang dikutip Imam al-Munawi dalam kitab Fayd al-Qadir.
Kutipan yang sebenarnya dari Imam Malik ini
dijabarkan ketika menjelaskan hadits tentang keharusan memuliakan perempuan
ini.
Bunyi kutipannya:
يجب على الرجل
أن يتجنب إلى أهل داره حتى يكون أحب الناس إليهم
“Wajib bagi seorang laki-laki (suami) berhubungan badan dengan istrinya. Sehingga si suami menjadi orang yang sangat dicintai olehnya.”
Jika Kau
Mencintai Kelebihannya, Kau Harus Menerima Kekurangannya
لا
يفرك مؤمن مؤمنة إن كره منها خلقا رضي منها آخر أو قال غيره
“Tidak boleh orang laki-laki yang beriman
membenci perempuan yang beriman. (Karena) apa bila dia membenci suatu budi pekerti
darinya (perempuan yang beriman itu), dia (pasti) meridai (menyukai) budi
pekerti yang lain….” (HR. Imam Muslim)
Hadits tentang keharusan memuliakan perempuan
yang ketiga ini menjelaskan tidak ada orang perempuan yang sempurna. Juga tidak
ada perempuan yang 100% penuh kekurangan.
Mereka pasti memiliki dua sisi; kelebihan dan
kekurangan.
Imam Nawawi menulis saat menjelaskan hadits
tentang keharusan memuliakan perempuan ini, bahwa tidak seharusnya laki-laki
(suami) membenci istrinya lantaran menemukan akhlak buruk pada dirinya.
Sebab, selain memiliki akhlak buruk, sang istri
juga pasti memiliki akhlak yang baik. Misalnya, dia besar mulut, tapi dia iffah
(setia dan menjaga diri dari jemahan orang lain).
Hal yang serupa juga untuk laki-laki (suami).
Tidak ada suami yang sempurna. Pasti demikan adanya!
Oea, ada tulisan bagus neh dari Syaikh ‘Ali
al-Qari ketika mensyarahi hadits tentang keharusan memuliakan perempuan ini.
Kata beliau:
فإن
أراد الشخص بريئا من العيب يبقى بلا صاحب
“Jika
kamu ingin teman (pasangan) yang tidak memiliki kekurangan, maka kamu akan
men-jomblo selama-lamanya.” wkwkwkwk
Anak
Perempuan adalah Penyejuk Jiwa
لا
تكرهوا البنات فإنهن المؤنسات الغاليات
“Janganlah
engkau membenci anak perempuan. Karena sesungguhnya mereka adalah sumber
bahagia yang mahal harganya.” (Imam Ahmad bin Hambal)
Mungkin kita pernah mendengar bagaimana nasib
anak perempuan dalam masyarakat Arab sebelum Islam datang. Punya anak perempuan
itu seperti punya aib. Makanya, kemudian anak perempuan ada yang dikubur
hidup-hiudp.
Ketika Islam datang, mindset itu ditolak
mentah-mentah. Malah Rasulullah mengungkapkan hadist tentang keharusan
memuliakan perempuan di atas.
Kata Rasulullah, perempuan itu permata yang
tiada tara harganya. Anak perempuan itu sumber tawa dan bahagia.
Sayidina Muawiyah pernah mengatakan yang
dikutip al-Munawi dalm Fayd al-Qadir, bahwa tidak ada satupun yang mampu
meringankan kesedihan dari pada anak perempuan.
Pahala untuk
Orang yang Merawat Anak Perempuan
من
عال ثلاث بنات فأدبهن وزوجهن وأحسن إليهن فله الجنة
“Barang siapa yang menanggung nafkah untuk tiga
anak perempuan, lalu dia mendidik mereka, menikahkan mereka, dan berbuat baik
kepada mereka, maka baginya adalah surga.” (HR. Imam Ahmad bin Hambal)
Hadits tentang memuliakan perempuan ini
menjelaskan ganjaran untuk siapapun yang menanggung kebutuhan hidup anak
perempuan.
Jika dia mendidiknya dengan baik,
menikahkannya, dan berbuat sebaik-baiknya kepadanya, maka Allah menjanjikan
surga untuknya.
Pahala
untuk Orang yang Memberi Nafkah untuk Saudari
ليس أحد من
أمتي يعول ثلاث بنات أو ثلاث أخوات فيحسن إليهن إلا كن له سترا من النار
“Tidak ada seorang pun dari umatku yang
menanggung nafkah tiga anak perempuan atau tiga suadari perempuan, lalu dia laku
baik kepada mereka kecuali mereka akan menjadi perisai baginya dari api
neraka.” (HR. Imam Suyuthi)
Hadits tentang keharusan memuliakan perempuan yang
terakhir ini untuk saudara laki-laki.
Jika mereka menanggung nafkah untuk tiga
suadarinya, maka Allah akan mencatat kebaikan-kebaikan ini. Kelak di akhirat,
kebaikan-kebaikan itu akan menjadi perisai baginya dari apa neraka.
Dengan kata lain, dia akan selamat dari api
neraka. (al-Jami as-Shaghir: 2/250)
Nah, itulah kawan, hadits tentang keharusan
memuliakan perempuan. Mulai dari perempuan sebagai ibu, istri, anak, dan
saudara.
Astaghfirullah minal qaul wa qablal amal….
*Tulisan serupa pernah dimuat di IDN Times dengan judul "Buat Cowok, 6 Hadis Ini Mengajarimu untuk Memuliakan Perempuan". Namun, di blog ini tulisannya lebih lengkap.
Posting Komentar