Berkesempatan pulang
kampung, saya tengok koleksi-koleksi buku di lemari. Lumayan banyak. Sepertinya
harus beli lemari lagi ini. Tapi, sebenarnya masih kurang sih untuk dijadikan
perpustakaan pribadi.
Saya cari buku-buku
biografi ulama Nusantara. Sepertinya saya punya. Ketemulah, buku yang berjudul “Syaichona
Cholil Bangkalan: Riwayat Hidup dan Karya Tulis”.
Seingat saya, buku ini saya
beli di toko Basmalah, salah satu toko di pesantren. Kalau gak salah, waktu itu
ada obral buku gitu. Hehe
Saya cari lagi. Ketemu lagi
buku berjudul, “Ulama Besar Indonesia”. Berisi biografi ulama-ulama Indonesia.
Seperti Syaikh Yasin dari Padang, Syaikh
Nawawi dari Banten, Syaikh Syamsuddin As-Sumatrani, dan lain-lain.
Buku ini hadiah dari guru
saya saat saya duduk di kelas satu MTS. Guru saya ini penulis. Beliau guru
pelajaran sejarah.
Saya baca biografi
Syaichona Cholil Bangkalan. Mulai dari belajar, sampai karomah-karomahnya. Banyaklah
inspirasi-inspirasi dari kisah hidup beliau. Mulai dari ketekunannya belajar sampai
mujahadah beliau beribadah.
Doa dan Azimat Syaichona Cholil Bangkalan
Ada juga cerita beliau yang
lucu. Saya tertarik untuk menuliskannya kembali di sini. Tulisan ini saya tentang kisah , "Doa dan Azimat Syaichona Cholil Bangkalan".
Layaknya seorang kiai,
banyak orang yang sowan kepada beliau. Orang-orang itu memiliki
keperluan yang berbeda. Orang-orang yang datang pun berbeda-beda. Ada orang
asli Bangkalan, dari Jawa, bahkan ada orang Belanda dan Cina.
Nah, orang yang datang kali
ini adalah orang Tionghoa (Cina). Dia orang yang tidak terlalu beruntung. Dia
miskin. Namanya, Koh Bun Fat. Orang Cina ini minta pada Syaichona Cholil untuk
didoakan. Dengan senang hati, Syaichona Cholil mendoakannya.
Berikut doa beliau:
“Saatu Lisantan.
Howang-howang, howing howing. Pak uang huwang huwang. Tur kecetur salang
kecetur. Sugih, sugih, sugih!”
Entah apa maksud dan arti
dari doa ini. Tapi membaca kalimatnya, membuat saya tersenyum. “Howang howang”
kok bisa jadi doa ya? Hehe.. Itulah kiai yang sudah sampai (wali). Kata yang
biasa-biasa saja, bisa mandih (manjur).
Apa bisa diamalkan? Cobak
aja. Siapa tahu mandih juga. Tapi yang perlu kita sadari, kita bukanlah
Syaichona Cholil ya. Beliau mah hatinya sudah nyambung ke Allah. Kalau
kita nyambungnya ke hutang. Hehe.
Ada lagi cerita tentang doa
dan azimat Syaichona Cholil yang lucu, tapi manjur. Ceritanya begini, kala itu
datanglah para petani pada Syaichona Cholil Bangkalan. Para petani mentimun itu
mengeluh karena banyak maling yang mencuri mentimun mereka.
Mendengar keluhan mereka,
Syaichona Cholil menulis “Qama Zaidun” di sebuah kertas. Lalu memberikannya
pada para petani. Arti “Qama Zaidun” ini adalah “Zaid berdiri”.
Ternyata, azimat ini sangat
manjur. Terbukti, di pagi harinya, saat para petani mendatangi kebun
mentimunnya, mereka mendapati seseorang sedang berdiri. Dia tidak bisa bergerak,
apa lagi duduk. Orang itu baru bisa bergerak setelah dilaporkan ke pada
Syaichona Cholil Bangkalan.
Ternyata, dialah maling
mentimunnya. Dia tidak bisa lari karena berkat azimat “Qama Zaidun” dari
Syaichona Cholil.
Itulah cerita tentang doa dan azimat Syaichona Cholil Bangkalan? Luar biasa bukan? SALAM!
Posting Komentar