Ingin hidup minimalis? Kalimat
“Hidup minimalis” sepertinya lagi ngetrend. Banyak orang yang
memperbincangkannya. Banyak pula yang menginginkan.
Saya juga ingin
membahasnya. Karena tema ODOPISB hari ini adalah “Gaya Hidup Minimalis”. Hehehe..
Sebelumnya saya memang
pernah membaca kalimat “Hidup minimalis” ini. Teman saya yang menulis di
medsosnya. Katanya, dia ingin hidup minimalis.
Ada yang bilang, hidup
minimalis itu hidup dengan gaya sederhana. Sesuai kebtuhan. Tidak berlebihan. Dan
seterusnya.
Gaya hidup menimalis ini
sebenarnya bisa dikembangkan tidak hanya dalam masalah finansial atau
barang-barang yang kasat mata. Tapi, juga bisa dikembangkan lagi sampai ke masalah
jiwa (hati).
Tidak hanya gaya hidup yang
minimalis, tapi hati juga minimalis. Cara berfikir juga minimalis. Tujuannya agar
bahagia. Seperti apa pun keadaannya, hati tetap bahagia.
Bagaimana caranya? Berikut penjelasannya.
1. Menerima dan legowo apa saja yang diberikan oleh
Allah kepada kita
Cara yang pertama ini gaya
hidup minimalis yang berkaitan dengan hati. Ya, hati. Hati kita menerima apa
saja yang diberikan Allah kepada kita. Entah itu banyak, sedikit, memuaskan,
tidak memuaskan, dan seterusnya.
Hal ini bisa dilakukan
dengan cara, “Bersyukur dan bersabar”. Bersyukur jika membahagiakan hati,
bersabar jika mengecewakan hati.
Gaya hidup minimalis seperti
ini adalah gaya hidup orang yang beriman. Sebagaimana dalam sebuah hadis:
“… Jika dia (orang yang
beriman) mendapatkan kebahagiaan, dia bersyukur. Hal itu baik baginya. Jika dia
tertimpa kesedihan, dia bersabar. Hal itu baik baginya.”
(HR. Imam Muslim)
2. Pengeluaran disesuaikan dengan pemasukan
Nah, cara hidup minimalis
yang kedua adalah bisa mengatur keuangan dengan benar. Hal ini bisa dengan
menghitung-hitung pemasukan. Lalu, pemasukan itu dijadikan patokan pengeluaran.
Baca juga:
Jika pemasukannya 4 juta
dalam satu bulan, pengeluarannya di bawah pemasukan itu. Sisanya ditabung.
(Padahal saya sendiri
kadang tidak sempat nabung. Karena ada kebutuhan lain.) Hehehe. Astaghfirullah.
3. Membeli barang yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan
Ini juga penting. Kita pasti memiliki
keinginan-keinginan. Ingin ini dan itu. Tapi, apa yang kita inginkan belum
tentu sangat dibutuhkan. Makanya, gaya hidup minimalis itu hanya berbelanja
jika butuh.
Bagaimana kalau
kebutuhannya banyak? Bisa dimulai dari yang paling dibutuhkan. Lalu yang di
bawahnya dan seterusnya. Tentunya melihat keuangan juga.
Ndak masalah bilang, “Beli
besok-besok aja kalau ada uang.” Hehe… Dasar misikin!.
4. Terlalu ngirit akan bikin rumit
Ngirit memang penting. Bahkan
harus. Tapi, terlalu ngirit juga rumit. Sedang-sedang sajalah. Setiap sesuatu
yang sedang-sedang, Insyaallah baik. Jika memang butuh dan uang ada, ya beli.
Baca juga:
Terlalu ngirit malah bikin
rumit. Terlalu ngirit sampai makannya tidak stabil, malah bikin sakit.
Jika memang uang itu
waktunya habis, ya pasti habis. Pasti ada saja yang mengharuskan kita
mengeluarkannya. Tapi bukan berarti tidak perlu mengaturnya.
Ada seseorang bilang ke
saya, “Memegang uang itu seperti memegang merpati. Tidak boleh terlalu longkar,
nanti bisa lari. Tidak boleh terlalu erat, nanti bisa mati.”
Itulah gaya hidup minimalis
dalam jiwa dan raga. Jiwa bahagia karena legowo dan menerima (qanaah)
pada pemberian Allah. Raga juga bahagia karena kehidupan berjalan sesuai
keuangan dan kebutuhan. Salam!
1 komentar