Tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah saw. adalah makhluk
yang sempurna. Baik secara fisik atau akhlak. Secara fisik beliau adalah
ciptaan Allah yang memiliki ketampanan luar biasa.
Tidak seorangpun yang mampu menandingi ketampanan beliau.
Sahabat Barra’ mengakatan, “beliau adalah manusia yang wajahnya paling tampan,
ciptaannya paling sempurna….” (HR. Muslim)
Lalu, kenapa tidak satu wanitapun yang terlena oleh
ketampanan Rasulullah? Padahal dalam al-Quran disebutkan banyak wanita yang
terlena oleh ketampanan Nabi Yusuf As., sehingga tanpa terasa, mereka melukai
jari-jari mereka.
Saking takjubnya pada ketampanan Nabi
Yusuf, mereka mengatakan, "……Maha sempurna Allah, ini bukanlah
manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia."
(QS. Yusuf: 31)
Apakah memang benar Nabi Yusuf lebih tampan dari Rasulullah
saw..?
Jawabannya, makhluk paling tampan di dunia adalah Rasulullah saw.. Dalam kitabnya, Muhammad Al-Insan Al-Kamil, Sayyid Muhammad al-Maliki mengatakan bahwa Allah swt. memberikan seluruh ketampanan kepada Rasulullah saw.. Sedangkan Nabi Yusuf hanya separuh ketampanan saja.
Jawabannya, makhluk paling tampan di dunia adalah Rasulullah saw.. Dalam kitabnya, Muhammad Al-Insan Al-Kamil, Sayyid Muhammad al-Maliki mengatakan bahwa Allah swt. memberikan seluruh ketampanan kepada Rasulullah saw.. Sedangkan Nabi Yusuf hanya separuh ketampanan saja.
Lantas, kenapa ketampanan Rasulullah saw. tidak membuat para
wanita melukai jari?
Setidaknya ada dua penyebab kenapa ketampanan Rasulullah saw. tidak menjerat para wanita.
Setidaknya ada dua penyebab kenapa ketampanan Rasulullah saw. tidak menjerat para wanita.
Pertama, wibawa keagungan. Rasulullah
saw. memiliki kewibawaan yang begitu agung, sehingga ketampanan beliau
tertutupi oleh kewibawaan itu. Begitu banyak hadis yang menjelaskan hal ini.
Sayyidina Ali mengatakan, “Barangsiapa yang melihat
Rasulullah secara sepontan, dia merasakan takut.” (HR. At-Turmudzi)
Abi Mas’ud Al-Badri juga menceritakan, bahwa suatu ketika dia memukul budaknya. Syahdan, dia mendengar suara dari belakang. “Ketahuilah wahai Abu Mas’ud!” begitulah suara itu berbunyi. Namun, Abu Mas’ud tidak menoleh. Rasa marah benar-benar merasuki akal jernihnya. Orang yang di belakang itupun datang.
Abi Mas’ud Al-Badri juga menceritakan, bahwa suatu ketika dia memukul budaknya. Syahdan, dia mendengar suara dari belakang. “Ketahuilah wahai Abu Mas’ud!” begitulah suara itu berbunyi. Namun, Abu Mas’ud tidak menoleh. Rasa marah benar-benar merasuki akal jernihnya. Orang yang di belakang itupun datang.
Ternyata, dia adalah Rasulullah saw.. Ketika Abu Mas’ud
melihat Rasulullah saw., pecut yang ada di tangannya terjatuh karena haibah Rasulullah
saw.. “Demi Allah, Allah lebih kuasa terhadapmu dari pada kamu pada budakmu
ini,” kata Rasulullah saw.. “Dami Allah Ya Rasulullah, saya tidak akan memukul
budak lagi selamanya.”
Senada juga pernah dialami oleh sahabat Qoylah binti Makhramah. Suatu ketika dia melihat Rasulullah saw. sedang duduk dengan khusyuk. Rasulullah duduk dengan bertinggung.
Senada juga pernah dialami oleh sahabat Qoylah binti Makhramah. Suatu ketika dia melihat Rasulullah saw. sedang duduk dengan khusyuk. Rasulullah duduk dengan bertinggung.
Seketika, dia dibuat gemetar karena takut. Lalu seorang
laki-laki bilang kepada Rasulullah bahwa Qoylah gemetar. “Wahai miskinah,
tenanglah!” kata Rasulullah tanpa melihat pada Qoylah. Setelah itu, Qoylah
tidak merasa takut lagi.
Ibnu Abi Halah juga mengatakan, “jika Rasulullah bicara maka
sahabat-sahabat diam seakan di kepala mereka ada burung.”
Begitulah haibah Rasulullah saw.. Orang yang bertemu Rasulullah akan merasakan sungkan, sehingga dia tidak berani melihat wajah beliau lekat-lekat. Sahabat Amer bin Ash mengatakan, “Andai saya diminta untuk menyifati Rasulullah saw., saya tidak akan bisa. Sebab, saya tidak pernah melihat beliau lekat-lekat.”
Begitulah haibah Rasulullah saw.. Orang yang bertemu Rasulullah akan merasakan sungkan, sehingga dia tidak berani melihat wajah beliau lekat-lekat. Sahabat Amer bin Ash mengatakan, “Andai saya diminta untuk menyifati Rasulullah saw., saya tidak akan bisa. Sebab, saya tidak pernah melihat beliau lekat-lekat.”
Oleh karena itu, Rasulullah bersikap lembut pada
sahabat-sahabat, mencandai mereka, dan menenangkan mereka, agar ketakutan dan
gemetar di hati mereka menghilang.
Kedua, cahaya yang bersinar. Ketampanan Rasulullah saw. tidak membuat wanita-wanita terjerat karena tertutupi oleh cahaya. Hal ini berdasarkan nas al-Qur’an dan Hadis.
Kedua, cahaya yang bersinar. Ketampanan Rasulullah saw. tidak membuat wanita-wanita terjerat karena tertutupi oleh cahaya. Hal ini berdasarkan nas al-Qur’an dan Hadis.
Dalam al-Quran Allah berfirman,
Ù‚َدْ جَاءَÙƒُÙ…ْ Ù…ِÙ†َ اللَّÙ‡ِ Ù†ُورٌ ÙˆَÙƒِتَابٌ Ù…ُبِينٌ
Ù‚َدْ جَاءَÙƒُÙ…ْ Ù…ِÙ†َ اللَّÙ‡ِ Ù†ُورٌ ÙˆَÙƒِتَابٌ Ù…ُبِينٌ
Artinya: Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (QS.
Al-Ma’idah [05]: 15).
Para mufassir
menafsiri lafal Nûr (cahaya) dengan Nabi Muhammad saw.
Selain itu, Imam Ali Zainal Abidin juga meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Aku adalah cahaya di hadapan tuhanku.” Pun pula Imam Thobroni meriwayatkan, “kita melihat seakan-akan cahaya keluar dari mulut Rasulullah saw..”
Lantas, apa yang dimaksud dengan Nabi Muhammad adalah Nur (cahaya)? Apakah badan beliau bersinar seperti lampu?
Selain itu, Imam Ali Zainal Abidin juga meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Aku adalah cahaya di hadapan tuhanku.” Pun pula Imam Thobroni meriwayatkan, “kita melihat seakan-akan cahaya keluar dari mulut Rasulullah saw..”
Lantas, apa yang dimaksud dengan Nabi Muhammad adalah Nur (cahaya)? Apakah badan beliau bersinar seperti lampu?
Tidak. Nabi
Muhammad lebih mulia dan lebih agung untuk disamakan dengan lampu. Lalu, seperti
apa? Wallahu ‘Alam. Allah yang Maha Tahu.
Meski demikian, pada waktu tertentu, boleh jadi badan Rasulullah bersinar seperti lampu sebagai bentuk mukjizat. Hal demikian juga pernah dialami oleh seorang yang derajatnya di bawah Rasulullah, yaitu sahabat Thufail bin Amer.
Meski demikian, pada waktu tertentu, boleh jadi badan Rasulullah bersinar seperti lampu sebagai bentuk mukjizat. Hal demikian juga pernah dialami oleh seorang yang derajatnya di bawah Rasulullah, yaitu sahabat Thufail bin Amer.
Suatu ketika,
sahabat Thufail datang kepada Rasulullah sebagai utusan. Ketika ingin pulang,
dia berkata kepada Rasulullah, “Jadikanlah tanda untukku!” Nabi pun berdo’a,
“Ya Allah, berilah dia cahaya!” Maka, bercahayalah diantara kedua mata Thufail.
Mendapati hal
itu, sahabat Tufail berdoa, “Ya Allah, saya takut mereka mengatakan bahwa ini
hukuman.” Cahaya itu pun pindah pada ujung pecutnya. Ujung pecut itu bercahaya
pada waktu malam.
Jadi, Nabi Muhammad adalah makhluk Allah paling tampan. Hanya saja ketampanan beliau tertutupi oleh cahaya dan kewibawaan.
Jadi, Nabi Muhammad adalah makhluk Allah paling tampan. Hanya saja ketampanan beliau tertutupi oleh cahaya dan kewibawaan.
Imam Qurthubi
mengatakan, “ketampanan Rasulullah saw. tidak tampak pada kita dengan sempurna.
Sebab, andai ketampanan Rasulullah saw. ditampakkan dengan sempurna, mata kita
tidak akan mampu melihat beliau.”
Bahkan, sebagian
ulama mengatakan, andai saja wanita yang melihat Nabi Yusuf itu melihat Nabi
Muhammad saw., mereka tidak akan melukai jari, tapi merobek hati.
Wallahu A’lamu Bi As-Showab…
Wallahu A’lamu Bi As-Showab…
Posting Komentar