وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى
شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ
يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
***
Di masa Nabi Muhammad
tinggal di Madinah, ada sekelompok orang yang menampakkan beriman. Akan tetapi
sebenarnya mereka tidak beriman. Hati mereka tetap ingkar pada Rasulullan dan ajaran
Rasulullah saw..
Kelompok orang ini disebut
munafik. Menurut para ulama, munafik itu ada dua macam.
Ada yang munafik dalam
keyakinan. Munafik ini berarti bukan muslim. Karena keyakinan mereka tidak
beriman hanya saja menampakkan beriman. Orang munafik ini sebagaimana yang ada
di zaman Rasulullah.
Ada munafik fil ‘amal.
Munafik dalam perilaku. Seperti orang yang berdusta, tidak menepati janji, dan
tidak amanah. Mereka disebut munafik, tapi tetap muslim.
Nah, ayat di atas
menjelaskan kelakukan orang-orang munafik di masa Rasulullah ketika bertemu
muslim.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ
آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ
إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14)
“Dan bila mereka berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah
beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka
mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok."” (QS. Al-Baqarah: 14)
Ayat ini menjelaskan,
ketika orang-orang munafik itu bertemu orang yang beriman, mereka menampakkan
keimanan. Kata mereka, “Kami juga beriman”. Kelakuan mereka juga sangat
bersahabat. Layaknya orang yang benar-benar muslim.
Imam Baidlowi
menjelentrehkan bagaimana sikap mereka ketika bertemu para sahabat. Diceritakan,
ketika orang-orang munafik itu bertemu Sayidina Abu Bakar, mereka langsung
menyalaminya.
Mereka juga berkata-kata manis
di hadapan Sayidina Abu Bakar as-Siddiq. Begitu juga ketika bertemu dengan
Sayidina Umar dan Sayidina ‘Ali. Kelebihan-kelebihan dua sahabat itu mereka
sebutkan.
Akan tetapi, ketika mereka
kembali pada ‘setan-setan’ mereka, mereka mengatakan, “Kami bersama kalian. Kami
hanya mengolok-olok mereka (orang-orang yang beriman)”.
Yang dimaksud ‘setan-setan’
dalam ayat ini adalah pembesar-pembesar orang munafik. Tokoh-tokoh mereka. Ada juga
yang mengatakan, ‘setan-setan’ di sini adalah mereka yang menampakkan
kekufurannya.
Intinya, ketika mereka
kembali bersama komplotannya, mereka menampakkan kekufurannya. Akan tetapi
ketika bertemu dengan muslim, mereka menampakkan keislamannya.
Mereka mengira, apa yang
mereka lakukan itu untuk mengolok-olok Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Akan tetapi, sejatinya
yang terkena olok-olok adalah mereka sendiri. Allah berfirman:
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ
بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Allah akan (membalas)
olok-olokan mereka.” (QS. Al-Baqarah: 15)
Sebenarnya, Allahlah yang
mengolok-olok mereka. Kata Imam Baidawi, Allah akan mengolok-olok orang munafik
ini di dunia dan di akhirat.
Di dunia dengan dibiarkan
tetap dalam kesesatan. Jadi, mereka hidup di dunia tetap dalam kemunafikannya. Tidak
sadar-sadar. Di sisi lain, fasilitas yang dirasakan oleh muslim juga dirasakan
oleh mereka. Karena mereka menampakkan keislaman.
Adapun di akhirat, mereka
diolok-olok dengan dibukanya pintu surga. Ketika mereka mau masuk, pintu itu
ditutup.
Baca juga:
Diceritakan dalam Tafsir Ibnu
Abi Zamanin, kelak di akhirat pintu surga dibuka. Lalu orang munafik dipanggil
agar memasukinya. Akan tetapi ketika mereka mau masuk, pintu itu ditutup.
Pemanggilan orang-orang
munafik untuk masuk surga itu terjadi berulang kali. Sehingga mereka putus asa
dan tidak datang lagi saat dipanggil.
Posting Komentar