Selesai ke walimah salah satu anggota PC HMASS Surabaya, saya diajak ngopi. Ngopi di jembatan kebanggaan orang Madura, Suramadu.
.
Saya mengiakan. Saya mampir dulu di masjid pinggir jalan raya. Shalat Ashar lalu meluncur.
.
Perjalanan dari Tanah Merah (Na Mira) ke Suramadu cukup lancar. Tapi sedikit menakutkan. Jalan yang tidak terlalu lebar, ditambah jalur dua arah menjadikannya rawan kecelakaan.
.
Saya kadang berpikir, kapan ada jalan tol. Atau setidaknya jalannya dilebarkan. Biar tidak macet kalau lagi hari "pasaran".
.
Sesampainya di Suramadu, kita beli minuman. Lalu ngobrol ngalor-ngidul. Tapi tetap bermakna. Setidaknya untuk saya peribadi.
.
Kita berlima. Semuanya sudah berkeluarga kecuali saya 😁. Jadi yang diobrolkan tidak jauh-jauh dari masalah keluarga dan dunia kerja.
.
Saya banyak mendengarkan. Teman-teman saya banyak ngobrol perkembangan zaman yang begitu pesat. Sehingga berpengaruh pada cara mencari uang (nafkah).
.
Jualan online seperti Buka Lapak, Lazada, Shopee dan lain-lain tidak luput dari pembicaraan. Termasuk Youtuber juga sempat disinggung.
.
"Sekarang kalau tidak bisa mengikuti zaman bisa kelindes," kata salah satu diantara kita.
.
Ya, jika kita tidak bisa adaptasi, kita akan kalah. Nokia dan BBM itu contohnya.
.
Saya percaya. Saya tahu, teman-teman saya ini memang praktisi adaptasi. Mereka jualan di dunia maya, jualan online. Jadi sudah mengerti seluk beluknya.
.
Saya jadi teringat sebuah makalah:
.
"Yang mampu bertahan bukanlah mereka yang kuat. Akan tetapi merka yang mampu beradaptasi"
.
Setelah waktu Maghrib berkumandang, obrolan kita selesai. Kita bubar dan pulang ke rumah masing-masing.
.
Saya mencari masjid untuk shalat maghrib. Enaknya di Surabaya banyak masjid di pinggir jalan. Meski kalau bukan waktunya shalat kadang dikunci. Takut ada maling lewat 😁.
.
Selesai shalat maghrib, saya nulis tulisan ini sambil menunggu isyak. Semoga menginspirasi.
#BlogGram
.
Saya mengiakan. Saya mampir dulu di masjid pinggir jalan raya. Shalat Ashar lalu meluncur.
.
Perjalanan dari Tanah Merah (Na Mira) ke Suramadu cukup lancar. Tapi sedikit menakutkan. Jalan yang tidak terlalu lebar, ditambah jalur dua arah menjadikannya rawan kecelakaan.
.
Saya kadang berpikir, kapan ada jalan tol. Atau setidaknya jalannya dilebarkan. Biar tidak macet kalau lagi hari "pasaran".
.
Jembatan Suramadu |
Sesampainya di Suramadu, kita beli minuman. Lalu ngobrol ngalor-ngidul. Tapi tetap bermakna. Setidaknya untuk saya peribadi.
.
Kita berlima. Semuanya sudah berkeluarga kecuali saya 😁. Jadi yang diobrolkan tidak jauh-jauh dari masalah keluarga dan dunia kerja.
.
Saya banyak mendengarkan. Teman-teman saya banyak ngobrol perkembangan zaman yang begitu pesat. Sehingga berpengaruh pada cara mencari uang (nafkah).
.
Jualan online seperti Buka Lapak, Lazada, Shopee dan lain-lain tidak luput dari pembicaraan. Termasuk Youtuber juga sempat disinggung.
.
"Sekarang kalau tidak bisa mengikuti zaman bisa kelindes," kata salah satu diantara kita.
.
Ya, jika kita tidak bisa adaptasi, kita akan kalah. Nokia dan BBM itu contohnya.
.
Saya percaya. Saya tahu, teman-teman saya ini memang praktisi adaptasi. Mereka jualan di dunia maya, jualan online. Jadi sudah mengerti seluk beluknya.
.
Saya jadi teringat sebuah makalah:
.
"Yang mampu bertahan bukanlah mereka yang kuat. Akan tetapi merka yang mampu beradaptasi"
.
Setelah waktu Maghrib berkumandang, obrolan kita selesai. Kita bubar dan pulang ke rumah masing-masing.
.
Saya mencari masjid untuk shalat maghrib. Enaknya di Surabaya banyak masjid di pinggir jalan. Meski kalau bukan waktunya shalat kadang dikunci. Takut ada maling lewat 😁.
.
Selesai shalat maghrib, saya nulis tulisan ini sambil menunggu isyak. Semoga menginspirasi.
#BlogGram
Posting Komentar