Saat membaca judul tulisan
ini, mungkin sahabat-sahabat penasaran. Kok bisa gak boleh bekerja sesuai passion?
Padahal banyak orang ingin bekerja sesuai passion. Betulkan?
Saya juga berpikir gitu
juga kaleek. Saya berpikir, cari kerja itu yang sesuai kesukaan. Sesuai Passion.
Saya juga pernah keluar dari pekerjaan dengan alasan tidak sesuai passion.
Sekarang menyesal. Dikit.
Kalau kita baca di
media-media, bekerja sesuai passion itu keren. Bikin bahagia. Bekerja
bukan karena tekanan. Tidak setres. Pokoknya asyik deh. Siapa yang tidak ingin
bekerja seperti itu?
Sewaktu bekerja sebagai wartawan dadakan +_- |
Sebagaimana kata Rene dalam bukunya “Your Journey To Be The Ultimate” yang dikutip Eka Pratiwi dalam artikel “Bekerja karena Kebutuhan atau karena Passion?”:
“Bekerja dengan passion
adalah ketika bekerja dengan seru dan asyik. Perjalanan untuk menjadikan diri
sendiri yang terbaik. Pekerjaan bukanlah destinasi tapi journey.”
Terus kenapa tidak boleh
bekerja sesuai passion? Sebenarnya, bekerja sesuai passion bukan
tidak boleh. Boleh kok. Tapi, passion tidak boleh mengekang. Maksudnya? Jangan
sampai gak mau bekerja kalau bukan passion. Itu intinya.
Lagian, passion itu
tidak mudah kita temukan. Passion bukan seperti cari barang di
supermarket. Keliling langsung dapat. Tidak. Ada banyak tahapan yang perlu kita
lalui.
Sebab, passion itu
sebuah aktivitas. Aktivitas yang disenangi, itulah passion. Karena itulah,
sebelum ada aktivitas, kita belum bisa mengatakan ini passion ini bukan.
Saya semakin terbelalak
ketika membaca sebuah artikel di Mojok. Judul artikelnya, “Kerja Sesuai Minat
Bukan Jaminan Happy Ending”.
Dalam artikel ini ada
penjelasan, orang yang bekerja sesuai passion bakal lebih tidak sukses dibanding
orang yang bekerja tidak sesuai passion. Kaget? Saya juga kaget.
Mengutip hasil penelitian
CNBC, Stanford University bahwa orang yang bekerja sesuai passion justru
lebih tidak sukses. Kenapa? Karena orang yang bekerja sesuai passion itu
mempersempit fokus.
Menurut penelitian ini, bekerja
sesuai passion membikin seseorang mempersempit potensi dirinya. Juga,
mengabaikan potensinya di bidang yang lain. Akhirnya, dia gitu-gitu aja. Tidak
memiliki ragam kemampuan. Disebabkan, “pandangan ello terlalu sempit
bro”.
Saya jadi berpikir begini,
saya tidak suka pada sesuatu pekerjaan itu karena pikiran saya. Saya berpikir
ini bukan passion saya. Bukan minat saya. Andaikan saya berpikir, saya
bisa bekerja apapun saja, tentu saya bisa.
Seperti kata James Allen, “As
a man thinketh in his heart, so is he.” Kita adalah apa yang kita pikirkan.
Pepatah Jawa juga
mengatakan, “Witing Tresno Soko Kulino”. Cinta karena terbiasa. Ya, jika
dihubungkan dengan pekerjaan, minat itu karena terbiasa. Passion itu
karena terbiasa.
Jadi, mulai sekarang, saya
percaya, bekerja tidak harus sesuai passion. Bekerja saja dulu. Gak usah
milih-milih. Lambat laun juga jadi passion. Insyaallah. Pepatah bijak
mengakatakn, “Do What You Love anda Love What You Do!”
Baca juga:
Namun demikian, sepertinya
dalam bekerja, ajaran Islam perlu kita jadikan pijakan. Islam mengajarkan, jika
bahagia, bersyukur. Jika tidak bahagia, bersabar. Jika bekerja sesuai passion,
bersyukur. Jika bekerja tidak sesuai passion, bersabar.
Kata nabi, dua sisi ini
sama baiknya bagi orang yang beriman. Keduanya sama-sama membuat senyuman
berbunga. Insyallah. Wallahu A’lam.
Posting Komentar