Pada
Bulan Ramadan, selain berpuasa, umat Islam juga diwajibkan membayar Zakat
Fitrah. Dalam bahasa lain disebut juga dengan Zakat Badan dan Zakat Ramadan.
Menurut
keterangan sejarah, Zakat Fitrah diwajibkan pada tahun kedua setelah hijrah. Berbarengan
dengan diwajibkannya puasa Ramadan.
Sumber: https://unsplash.com/@benwhitephotography |
Arti
kata Zakat adalah bersih. Karena memang tujuan dari zakat adalah untuk
membersihkan. Zakat harta berarti untuk membersihkan harta yang dizakati. Zakat
Badan berarti bertujuan membersihkan badan dan ruh yang dizakati.
Hikmah
Zakat Fitrah
Tentu,
ada hikmah dibalik diwajibkannya Zakat Fitrah ini. Karena setiap syariat atau
ajaran yang diwajibkan kepada umat, pasti ada nilai kebaikan yang kembali
kepada mereka.
Adapun
hikmah Zakat Fitrah atau Zakat Badan ini setidaknya ada empat. Penulis jelaskan
sebagaimana berikut:
1.
Menyempurnakan
puasa Ramadan
Sayid
Muhammad bin Ahmad as-Syathiri menulis dalam kitab Syarh al-Yaqut an-Nafis,
bahwa Zakat Fitrah itu diwajibkan guna menyempurnakan puasa Ramadan.
Puasa
Ramadan tidak sempurna pahalanya bagi seseorang kecuali jika orang itu sudah
mengeluarkan Zakat Fitrah. Ulama yang berpendapat demikian ini, memiliki
landasan sebuah hadis.
Hadis
itu sebagaimana berikut:
ان الصوم معلق بين السماء والأرض, لايرفع الا
باخراج زكاة الفطر
Artinya:
sesungguhnya puasa itu digantung diantara langit dan bumi. Tidak diangkat
kecuali dengan mengeluarkan Zakat Fitrah.
2.
Menyucikan
diri dari dosa-dosa
Puasa
adalah ibadah yang wajib dilaksanakan pada Bulan Ramadan. Puasa ini jika
dilakukan dengan benar, akan menjauhkan kita dari perkara yang diharamkan.
Juga,
menjadikan kita bergelut dalam kebaikan-kebaikan yang tidak ada putus-putusnya.
Tak
heran, jika puasa pada Bulan Ramadan ini dapat membersihkan jiwa dari dosa.
Membersihkan hati dari segala penyakit syaithoni yang durjana.
Nah,
agar kesucian itu menjadi sangat sempurna, maka disyariatkanlah kewajiban Zakat
Fitrah. Dalam kondisi seperti ini, pahala yang akan didapatkan akan lebih
besar.
Hikmah
Zakat Fitrah ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi
dalam kitab Hikmah at-Tasyri’ Wa Filsafatuhu.
3.
Bersyukur
kepada Allah atas segala nikmat-Nya.
Saat
kita menjalankan ibadah puasa Ramadan, kita akan merasakan lapar yang luar
biasa. Lapar yang melilit ini akan menyadarkan kita pada orang-orang fakir dan
miskin.
Kita
akan menyadari, banyak orang yang merasakan lapar karena memang tidak punya
makanan.
Nah, kita
membayar Zakat Fitrah karena bersyukur atas limpahan nikmat Allah kepada kita.
Allah telah memberi kecukupan rezeki. Sehingga kita bisa makan sampai kenyang. Bisa
minum sampai haus hilang.
Itulah
hikmah Zakat Fitrah yang ketiga. Keterangan ini juga dijelaskan oleh Syaikh Ali
Ahmad Al-Jurjawi, guru besar Al-Azhar University.
4.
Menghilangkan
kesedihan orang tak mampu
Lebaran
atau Idul Fitri itu hari bahagia. Hari kemenangan seluruh umat Islam. Maka
semua umat Islam tidak boleh ada yang bersedih. Apa lagi kesedihan itu hanya
karena keduniaan.
Maka,
Allah men-syariatkan Zakat Fitrah. Zakat Fitrah diberikan diantaranya kepada
fakir miskin atau orang tak mampu. Agar mereka bisa tersenyum, bahagia, dan
tertawa bersama-sama.
Sungguh
sedih, jika pada hari raya, orang-orang semuanya berbahagia, makan makanan
enak, memakai pakaian baru, tapi di sudut yang lain masih ada orang tak mampu
yang tidak bisa makan.
Baca juga:
Dari
sini sudah sangat jelas, hikmah Zakat Fitrah itu untuk berbagi senyuman. Agar kita
semua, umat Islam sedunia bisa sama-sama bahagia.
Oleh
karenanya, Zakat Fitrah itu lebih baik diberikan dua hari sebelum hari raya. Tapi
yang lebih utama sebelum salat Idul Fitri.
Andai
membayar setelah salat Idul Fitri masih mencukupi asal jangan sampai waktu
maghrib. Ada yang mengatakan makruh. Jika sudah maghrib, maka dia berdosa.
Kalau
membayar Zakat Fitrah di tanggal 20 Ramadan? Boleh. Mengeluarkan Zakat Fitrah
dari tanggal satu Ramadan juga boleh.
Itulah
empat hikmah Zakat Fitrah yang dikemukakan para ulama. Garis besar dari hikmah
zakat fitrah ini adalah bahwa Islam menginginkan keadilan sosial.
Islam
ingin umat ini harus saling bahu membahu untuk meraih kebahagiaan dunia dan
kebahagiaan akhirat.
Baca juga:
Imam
Ar-Razi menulis dalam tafsirnya, bahwa ketaan dalam Islam itu hanya mengacu
pada dua hal. Pertama, mengagungkan perintah Allah. Kedua, memiliki syafaqah
(kasih sayang) pada sesama manusia.
Oleh
karenanya, iman seseorang belum sempurna, jika dia hanya rajin beribdah kepada
Allah, tapi tidak peduli pada sosial di sekitarnya.
Wallahu
A’lamu Bis-Showab… SALAM!
Posting Komentar