Kampanye
Akbar Prabowo di GBK, Ahad (07/04) kemaren menyisakan persoalan. Netizen
mempertanyakan kenapa jamaah Perempaun satu baris dengan laki-laki saat shalat
subuh berjemaah.
Kampanye
Akbar Prabowo kali ini memang luar biasa dan istimewa. Jemaah tumpah ruwah
sampai di luar GBK. Kampanya juga berjalan lancar dan aman. Wartawan menulis di
media bahwa kampanye akbar Prabowo dinilai sukses.
Sumber foto: http://beritadunia.net |
Kampanye
Prabowo kali ini dihiasi dengan doa kepada Allah. Juga berdizikir bersama,
bersholawat bersama, juga sholat subuh bersama. Ada yang mengatakan, kampanye
seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Nah,
dalam sholat subuh berjemaah itu ternyata barisan laki-laki dan perempuan tidak
diatur seperti yang tertera dalam kitab fikih.
Lalu,
bagaimanakah hukumnya shalat dengan shaff seperti itu? Apakah sah atau
bagaimana?
Saya
kira, orang yang menyalahkan bahkan tidak meng-sahkan shalat subuh berjemaah di
atas dikarenakan belum mendalami ilmu fikih. Atau mungkin karena politik. Mencari-cari
kesalahan lawan. Kampanye Pak Prabowo sukses, dicari deh kesalahannya.
Sebab,
masalah seperti di atas bukan hanya di GBK yang ada dan bukan hanya sekarang
saja. Dari dulu sudah ada. Bahkan kejadiannya di masjid-masjid dan musholla.
Kalau
tidak percaya, cobalah main-main ke masjid-masjid dan mushollah (misalnya di
Surabaya), masih banyak masjid yang menempatkan jemaah perempuan di samping
jemaah laki-laki. Biasanya disekat dengan kain.
Tapi
kok cuma jemaah di GBK yang viral ya?
Mengenai
hukum shalat berjemaah seperti kasus di atas, penulis uraikan sebagaimana
berikut:
1 1.
Pada dasarnya dalam
sholat berjemaah, jika jemaahnya terdiri dari laki-laki dewasa, anak-anak, dan
perempuan, maka laki-laki dewasa berada di shaf paling depan, lalu anak-anak,
dan yang terakhir perempuan.
3.
Ada sebagian ulama berpendapat,
shalat berjemaah dengan shaf yang tidak teratur (jemaah perempuan ada di
samping jemaah laki-laki), shalatnya sah dan tetap mendapatkan pahala berjemaah
yang 27/25 derajat.
Namun,
shalat seperti ini membuatnya tidak mendapatkan fadilah shaf. Jadi, menurut
pendapat ini, yang hilang itu bukan pahala fadilah berjemaahnya, tapi pahala
barisan shafnya.
Coba
baca takbir berikut :
المنهاج القويم
* (ص: 71)
"ولو حضر" ابتداء معًا
أو مرتبًا "ذكران" ولو بالغًا وصبيًا "صفا خلفه وكذا" إذا حضرت
"المرأة" وحدها "أو النسوة" وحدهن فإنها تقوم أو يقمن خلفه لا
عن يمينه ولا عن يساره للاتباع "ويقف" ندبًا فيما إذا تعددت أصناف المأمومين
"خلفه الرجال" صفًّا "ثم" بعد الرجال إن كمل صفهم "الصبيان"
صفًّا ثانيًا وإن تميزوا عن البالغين بعلم ونحوه هذا "إن لم يسبقوا" أي الصبيان
"إلى الصف الأول فإن سبقوا" إليه "فهم أحق به" من الرجال فلا ينحون
عنه لهم لأنهم من الجنس بخلاف الخناثى والنساء ثم بعد الصبيان وإن لم يكمل صفهم
الخناثى "ثم" بعدهم وإن لم يكمل صفهم "النساء" للخبر الصحيح:
"ليليني منكم أولو الأحلام والنهي" أي البالغون العاقلون "ثم الذين
يلونهم ثلاثًا", ومتى خولف الترتيب المذكور كره، وكذا كل مندوب يتعلق بالموقف
فإنه يكره مخالفته وتفوت به فضيلة الجماعة
إعانة الطالبين (2/
25)
( قوله تفوت فضيلة الجماعة ) أي التي هي سبع وعشرون
درجة أو خمس وعشرون ولا تغفل عما سبق لك من
أن المراد فوات ذلك الجزء الذي حصل فيه ذلك المكروه لا في كل الصلاة
إعانة الطالبين (2/
24)
قوله وكره لمأموم انفراد إلخ ) أي ابتداء ودواما كما
في ح ل وتفوت به فضيلة الجماعة قال م ر في شرحه وحجر
وسم إن الصفوف المتقطعة تفوت عليهم فضيلة الجماعة
اه وقال م ر في الفتاوي
تبعا للشرف المناوي إن الفائت عليهم فضيلة الصفوف لا فضيلة الجماعة ومال ع ش إلى ما في
شرح الرملي لأنه إذا تعارض ما فيه وغيره قدم ما في الشرح اه بجيرمي
Dengan
demikian, shalat berjemaah subuh di GBK dengan kasus yang sudah dijelaskan di
atas tidak patut dipermasalahkan. Apa lagi, kasus seperti ini juga terjadi di
tengah masyarakat kita dan sudah sering dibahas di LBM.
Baca juga:
Ini
lagi, shalat subuh di GBK itu memakai qunut. Artinya? Ya artikan sendiri. Saya
hawatir, jemaah perempuan yang shalat di samping laki-laki di GBK itu karena
terbiasa shalat seperti itu di masjid yang shalatnya memakai qunut. Hehehe…
bercanda. Salam persaudaraan!
Posting Komentar