Baru-baru
ini, Pak Mahfud MD menjadi buah bibir netizen di medsos. Hal ini berkaitan
dengan posisi beliau yang membela KPU. Kata beliau, mustahil KPU itu curang
dengan sistematis. “Tidak mungkin ada rekayasa tersetruktur,” kata beliau.
Yang
lebih menghebohkan, ungkapan beliau bahwa Capres-Cawapres 02 menang di provinsi
yang beraliran keras dalam beragama. Alias Islam Garis Keras. Beliau menyebutkan
Aceh, Sulawesi Selatan, Sumbar, dan Jabar.
Twitter/@mohmadfudmd |
Pernyataan
beliau ini memantik kecaman yang luar biasa. Mulai dari elit politik, tokoh,
sampai netizen berkelas teri. Bahkan sudah banyak artikel yang membahas
pernyataan beliau ini.
Sebenarnya,
dalam potongan video yang viral di Twitter itu Pak Mahfud berharap agar bangsa
Indonesia kembali bersatu. Bangsa Indonesia melakukan rekonsiliasi. Jangan ada
lagi kelompok 02 atau kelompok 01. Kita Bangsa Indonesia.
Sayangnya,
beliau malah menuduh pendukung Prabowo dengan Islam Garis Keras. Tuduhan yang tentu
sangat menyakitkan. Namun, sepertinya Pak Mahfud MD menanggapi keributan ini
dengan santai-santai saja. Beliau menjawab sekdedarnya. Lihat saja di twitter
beliau.
Sebagai
orang Madura, penulis bangga kepada Pak Mahfud. Beliau mengatakan apa saja yang
menurut beliau benar. Beliau bela siapa pun yang memang harus dibela.
Tercatat
beliau sering membela kepolisian, KPK, dan seterusnya. Bahkan beliau juga
pernah membela Pak Prabowo pada saat heboh masalah mahar politik. Dan tidak
sekali dua kali beliau membela Pak Jokowi. Beliau memang pemberani.
Sepertinya,
beliau memang bersih. Tidak punya masalah atau kasus yang bisa dibuat
membungkam beliau. Beliau apa adanya. Beliau memiliki prinsip yang kuat. Semoga
2024 nanti, beliau CAPRES. hehehe
Namun
demikian, dalam pernyataan beliau yang mengatakan pendukung 02 beraliran garis
keras dalam beragama alias Islam Garis Keras perlu juga dikritisi.
Ada
beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam pernyataan beliau ini. Pertama,
istilah Islam garis keras sudah menjadi tuduhan negative sejak sebelum pilpers.
Masyarakat sering bertengkar dengan labeling seperti ini.
Berkaitan
dengan hal ini, kemduian muncul orang yang berlabel Pancasilais dan label-label
lainnya. Oleh karenanya, labeling dengan Islam garis keras pada
pendukung Prabowo adalah hal yang menyakitkan.
Sekarang
terbukti, labeling seperti ini justru tidak membuahkan rekonsiliasi. Bahkan membuat
sekat malah semakin lebar. Semakin banyak komentar, bahwa Islam garis keras ini
memang selalu bermasalah.
Nanti
bakal ada tuduhan balik, pendukung Bapak Jokowi adalah mereka yang belairan
PKI. Nah, semakin runyam kan?
Kedua,
sepertinya Pak
Mahfud MD tidak memiliki kreteria baku dan konsisten tentang Islam Garis Keras
ini. Sama seperti orang Indonesia lainnya, saya kira. Selama ini tidak ada
devinisi yang kita sepakati bersama, apa sebenarnya yang dimaksud Islam Garis
Keras?
Oleh
karenanya, masyarakat dengan serampangan melabeli orang lain dengan Islam Garis
Keras. Melabeli orang sesuka udeli dewe. HTI itu Islam Garis keras
karena tidak mau pada demokrasi, tapi orang-orang seperti PKS juga dianggap orang
yang berliran Islam Garis Keras karena memperjuangkan Islam walaupun ikut
terjun dalam demokrasi.
Para
ulama yang demo di 212 dituduh Islam Garis Keras, tapi ada sebagian masyarakat
yang mempersekusi Ustad cerdas dan lucu itu tidak dituduh demikain. Dan banyak
lagi. Tuduhan Islam Garis Keras seperti ini pasti hanya membuat bangsa pecah.
Ketidak
konesitenan dan Pak Mafhud dalam masalah Term Islam Garis Keras ini tergambar
dalam twit beliau. Beliau mengkonfirmasi, bahwa yang dimaksud dengan Islam
Garis Keras adalah mereka yang berpegang teguh kepada Islam. Orang fanatik kepada
Islam.
Beliau
mencontohkan, seperti orang Madura. Orang Madura kebanyakan fanatik sekali
kepada agama, sehingga tidak mudah ditaklukkan.
Dalam
twitt ini sepertinya beliau ingin mengatakan, bahwa Islam Garis Keras itu tidak
apa-apa. Tidak masalah. Karena yang dimaksud Islam Geris Keras adalah mereka
yang islamnya baik.
Tentu,
pengertian beliau mengenai Islam Garis Keras ini tidak sesuai dengan realita. Karena
dalam masyakarat, Islam Garis Keras itu terlanjur negative. Islam Garis Keras
itu identik dengan ISIS, identic dengan bom, identik dengan intoleran, dan
kekerasan lainnya.
Islam
Garis Keras sering dihadapkan dengan Islam Moderat. Sayangnya, term Islam
Moderat juga tidak memiliki kereteria baku dan disepakati bersama. Paling-paling
merujuk kepda Islam Ahlussunah Wal Jamaah. Sayangnya, FPI yang Ahlussunnah Wal
Jamaah pun disebut Islam Garis Keras.
Baca juga:
Anehnya,
dalam twit selanjutnya, Pak Mafhud MD malah mengatakan, latar belakang beliau
menyebut provinsi-provinsi lumbung suara Prabowo sebagai Garis Keras.
Menurut
beliau, karena dahulu terjadi pemberontakan-pemberontakan di provinsi itu.
Sebut saja Aceh terkenal denan GAM-nya. Jabar dengan DI/TII Kartosuwryo-nya.
Sumbar dengan PRRI-nya. Dan, Sulsel dengan DI/TII Kahar Muzakkar-nya.
Nah,
kan tidak sinkron dengan twit sebelumnya. Sebelumnya mengatakan, Islam Garis
Keras itu seakan tidak apa-apa. Twit setelahnya, mengaitkan Islam Garis Keras
dengan pemberontak, alias aksi kekerasan.
Baca juga:
Itu
saja unek-unek dalam hati saya. Kurang lebihnya, saya yang tidak tahu apa-apa
ini minta maaf. Semoga kita semua secepatnya bisa rekonsiliasi. Seperti harapan
Pak Mahfud MD. Wallahu A’lam Bis-Showab.
Salam
sittung dhere!
Posting Komentar