Pada
kesempatan kali ini, penulis akan berbagi tentang Tafsir surat Al-Baqarah ayat
1 sampai 5. Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang yang bertakwa kepada
Allah. Arti takwa dan ciri-ciri orang yang bertakwa dijelaskan oleh ayat-ayat
ini.
Sebelum
kita mengkaji tafsirnya, kit abaca terlebih dahulu ayat-ayatnya sebagaimana
berikut:
الم (1) ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى
لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4)
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5) }
[البقرة: 1 – 5
****
sumber: https://unsplash.com/@ashkfor121 |
الم
Arti kalimat ini hanya Allah yang tahu maksudnya.
Dalam Tafsir Jalalain keterangannya begitu. Syaikh Nawawi Banten menulis,
lafadz tersebut dan lafadz-lafadz yang terdapat di awal surat merupakan ayat mutasyabih.
Maknanya hanya Allah yang tahu.
Kita mengimani, Alif Lam-Mim (الم) ini dari Allah swt. Kita juga tafwid
(memasrahkan) kepada Allah mengenai arti yang sebenarnya.
Menurut Syaikh Al-Maraghi, arti dari lafdz Alif
Lam-Mim (الم) ini
untuk mengingatkan (Tanbih). Sama dengan lafadz (ألا) yang artinya “ingatlah” atau (يا) yang artinya “wahai”.
Itinya menurut beliau, Alif Lam-Mim (الم) ini berafaedah mengingatkan pendengar agar
fokus pada kalimat yang akan dibaca setalah Alif Lam-Mim (الم).
****
ذَلِكَ الْكِتَابُ
لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
Yang dimaksud al-Kitab dalam ayat ini adalah
Al-Quran. Jadi Al-Quran ini benar-benar dari Allah. al-Qruan yang dibacakan
oleh Nabi Muhammad saw itu bukan karyanya beliau.
Tidak ada keraguan sama sekali, bahwa al-Quran
benar-benar dari Allah swt.. Entah itu petunjuk dan ajaran yang ada di
dalamnya. Entah itu susunan dan keindahan katanya. Semuanya dari Allah.
Tidak mungkin ada seorang pun yang bisa membuat
kitab seperti Al-Quran. Tidak mungkin bisa. Sampai kapanpun.
Al-Quran adalah petunjuk bagi muttaqin,
orang yang bertakwa. Kata muttaqin berasal dari kata ittiqa’. Arti asalnya
adalah sekat diantara dua sesuatu.
Dengan demikian, arti muttaqin adalah orang-orang
membuat sekat, penghalang, atau tameng antara dirinya dan siksaan Allah.
Sehingga dia tidak terkena oleh siksaan Allah itu.
Siksaan (‘Iqâb) Allah ada dua. Ada yang di
dunia, ada yang di akhirat. Siksaan Allah ini bisa kita hindari dengan
menghindari sebab-sebannya.
Cara menghindari siksaan di dunia dengan cara
mengetahui dan menjalankan sunnatullah di muka bumi.
Misalnya, kalau ingin tidak banjir, maka
perbanyaklah sungai. Jika ingin tidak longsor, janganlah pohon-pohon ditebang.
Jika tidak ingin kalah perang, maka lengkapilah diri dengan keahlian perang.
Jika ingin banyak uang, ya berusaha.
Cara menghindari siksaan di akhirat adalah beriman
kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan beramal sholeh.
****
الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib
Beriman artinya membenarkan disertai kepercayaan
dan kemantapan hati serta ditandai dengan tunduknya diri kepada ajaran yang
diimani. Arti yang Ghaib adalah hal yang tidak bisa diindra.
Dengan demikian arti dari ayat ini adalah beriman
kepada apa-apa yang tidak bisa diindra tapi dijelaskan oleh Al-Quran, hadis
Rasulullah saw. atau perasaan (akal) yang sehat. Misalnya seperti Malaikat,
Akhirat, Shirat, dan lain sebagainya.
****
وَيُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ
Artinya: yang mendirikan shalat
Maksud dari ayat ini adalah tidak hanya
melaksanakan sholat. Tapi, mengerjakan sholat dengan tata cara yang diajarkan
oleh Rasulullah saw.. Juga disertai dengan kekhusyukan saat shalat.
Jadi, mulai dari takbir sampai salam terus khusyuk.
Tidak ingat kecuali kepada Allah. Melaksanakan sholat seakan-akan melihat
Allah. Atau melaksanakan sholat seakan-akan dilihat oleh Allah. Jika tidak
demikian, maka tidak masuk dalam kategori ayat di atas.
****
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ (3)
Artinya: dan menafkahkan sebahagian rezki yang
Kami anugerahkan kepada mereka.
Nah, orang yang betakwa itu menyedekahkan sebagian
rezeki yang dia dapatkan. Arti rezeki adalah setiap sesuatu yang bisa kita
ambil menfaatnya baik yang halal atau yang haram.
Ada segolongan ulama mengatakan, yang dimaksud
rezeki itu jika halal. Jika tidak halal, bukan rezeki.
Menyedekahkan atau menginfakkan dalam ayat ini
mencakup nafkah wajib, seperti yang diberikan kepada istri. Juga, mencakup
nafkah yang sunah, seperti bersedekah.
Artinya, orang yang bertakwa akan memberikan nafkah
yang diwajibkan dan sedekah yang disunahkan kepadanya. Berarti, orang yang suka
memberi karena ingin rida Allah dan bersyukur atas rezeki yang diberikan
kepadanya, maka dia orang yang bertakwa.
****
وَالَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ
هُمْ يُوقِنُونَ (4)
Artinya: dan mereka yang beriman kepada Kitab
(Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Adalah mereka yang beriman pada apa yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. yaitu Al-Quran. Menurut Ibnu Jarir yang dimaksud ayat
ini adalah Ahlu Kitab yang beriman kepada Nabi Muhammad saw dan kepada
Al-Quran.
Mereka juga beriman kepada kitab-kitab yang
diturunkan sebelum Nabi Muhammad. Seperti kitab Injil, Zabur, dan Taurat. Juga,
mereka meyakini bahwa kelak masih ada akhirat. Yaitu hari pembelasan dan
hal-hal yang berkaitan dengannya.
****
أُولئِكَ عَلى هُدىً مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ (5(
Artinya: Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Mereka yang sudah disebutkan di atas adalah
orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah. Menurut Syaikh Nawawi Banten,
arti petunjuk di sini adalah karamah (kemuliaan) dari Allah.
Mereka juga adalah orang-orang yang beruntung (muflihin).
Kata dasar dari muflihin adalah falah. Artinya membelah atau memtong. Makanya
petani disebut fallah. Karena mereka mencocok tanam dengan membelah tanah.
Sehingga muflihin bisa diartikan adalah orang-orang
yang mendapatkan apa yang diinginkan setelah melewati usaha dan pengorbanan
yang luar biasa. Jadi, untuk menjadi beruntung itu tidak bimsalabim. Tapi harus
ada usaha.
Baca juga:
Jadi ciri-ciri orang yang bertakwa (muttaqin) itu
ada tiga. Pertama, beriman; beriman kepada Allah; beriman kepada hari akhri;
dan seterusnya. Kedua, melaksankan shalat. Atau juga bisa dibahasakan dengan
beribadah dan bermunajat kepada Allah. Ketiga, berinfak. Peduli pada orang
lain. Tidak acuh pada masalah sosial di sekitar.
Ya, orang yang bertakwa adalah orang yang beruntung
dan sukses. Orang yang bertakwa memiliki tiga ciri-ciri: beriman, melaksanakan
sholat, dan peduli sesama.
Dari sini kemudian ada sebagian ulama berkomentar,
“Dalam iman itu ada keselamatan. Dalam shalat ada munajat. Dalam infak
(menafkahkan harta) ada tambahnya derajat”.
Baca juga:
Ada sebagian lagi mengatakan, “Dalam Iman ada
bisyarah (kebahagiaan). Dalam sholat ada kaffarah (tebusan kesalahan). Dalam
infak ada thaharah (kesucian).
Wallahu A’lamu Bis-Showab…
Referensi:
Tafsri Marah Labid Li Kasyfi Makna Quran al-Majid, karya Syaikh Nawawi Banten
Tafsir Al-Maraghi, karya Syaikh Ahmad Musthofa Al-Maraghi.
Tafsir Al-Jalalain
Posting Komentar