Mencintaimu
tidak perlu alasan. Aku mencintaimu ya karena aku mencintaimu. Kamu tidak perlu
nanya yang aneh-aneh. Aku mencintaimu. Sudah. Titik.
Mencintai
karena alasan itu rapuh sayang. Cinta yang dilandasi alasan akan hilang ketika
alasan itu hilang. Dan aku tidak mau itu terjadi. Aku ingin mencintaimu,
seperti aku mencintai karyaku.
Jika
pun aku mencintaimu karena sebuah alasan, aku tetap akan mencintaimu meski
alasan itu menghilang. Aku akan mencari alasan lain atas cintaku kepadamu.
Banyak jalan menuju roma. Banyak pula alasan untuk mencintaimu.
Musyawarah Kerja FLP Jatim yang diselenggarakan di Surabaya |
Sekali
lagi, aku tidak suka kamu menanyakan kenapa aku mencintaimu. Biarkan saja cinta
ini berlalu tanpa harus memikirkan jawaban-jawaban yang menguras pikiran. Biarkan
dia asyik berlari-lari kecil di pantai samudramu nan biru.
Akan
tetapi, jika kamu memaksa, baiklah. Aku akan utarakan alasan-alasan cintaku
kepadamu. Bukan berarti aku luluh memegang prinsip cinta, tapi jika kamu yang
meminta, aku tidak bisa menolaknya. Buat kamu, apa sih yang enggak? (*_*)
Semoga
alasan-alasan ini membuat hatimu berbunga. Juga, membuat para juri melirik
tulisan ini sebagai karya yang lahir dari rintik-rintik cinta yang tanpa ‘karena’.
Jika pun harus ada ‘karena’, ‘karena’ itu menyatu dengan ketikan huruf demi
huruf dalam karyaku.
Baiklah,
inilah 5 alasan kenapa aku mencintamu, FLP (Forum Lingkar Pena). Khusunya FLP
Cabang Surabaya.
1. Aku
ingin membalas tawa yang kau ukir di sudut ceritaku
Aku
mencintaimu karena banyak hal yang telah kau berikan kepadaku. Utamanya tentang
tulis menulis. Mulai dari motvasi, inspirasi, sampai teknik menulis yang baik. Dari
sanalah tawaku lahir. Dari sanalah aku mengembangkan tulisanku.
Bisa
jadi, blog ini semakin eksis saja, karena kamu pernah mengajariku tentang blog.
Juga, karena banyak anak-anakmu yang membuatku tergiur untuk ngeblog.
Karenanya,
aku mencintaimu. Sebagai wujud terimakasihku kepadamu. Hanya ini yang bisa
kuberikan. Cinta lewat lisan. Bukan dengan pengorbanan. Semoga saja,
partisipasiku mengikuti lombamu sebagai tanda cinta ini. Semoga!
Jika
kita memebaca kata mutiara, kebaikan itu memang bisa memikat hati. Seperti kata
Sayidina ‘Ali bin Abi Thalib, Bil Ihsan Tamilikul Qulub. “Dengan
kebaikan, kau dapat memikat hati yang terdalam.”
Apalagi,
aku memang selalu diajari untuk membalas kebaikan yang diberikan orang. Sekecil
apa pun kebaikan itu. Khususnya kebaikan yang berupa ilmu. Maka membalasnya
seakan menjadi kewajiban.
Istilah
Madura mengatakan, “Mabelih Copa”. Mengembalikan ludah. Maksudnya, jika
kita sudah diajari ilmu oleh seseorang, maka kelak kita berkewajiban
mengembalikan ilmu itu. Caranya dengan membantu sang guru mengajari murid-murid
lain.
2. Kita
sering bersama
Sekitar
tiga tahun aku melangkah ditemani kehadiranmu. Kita ngobrol bareng, sharing
bareng, dan banyak aktivitas yang kita laksanakan bareng-bareng. Kebersamaan
akan membuat nyaman. Lalu tidak ingin saling meninggalkan.
Benarlah
kata pepatah Jawa, “Witing Tresno Soko Kulino”. Cinta tumbuh karena
terbiasa. Ya, karena terbiasa bersama, akhirnya aku mencintaimu. Tidak percaya?
Belahlah dadaku. (*_*)
3. Senasib
dan seperjuangan
Seseorang
akan senang jika bersama orang yang memiliki fisi yang sama. Suka berkumpul
dengan orang yang memiliki hobi yang sama. Semakin banyak kesamaannya, semakin
nyaman pula kebersamaan itu.
Nah,
ada banyak anak bangsa yang suka menulis, suka membaca, dan hal-hal yang
berhubungan dengan literasi. Anak-anak bangsa ini kemudian bernaung di bawah
atapmu, FLP.
Itulah
alasannya, kenapa aku mencintaimu. Karena engkau telah menjadi atap bagi kami
yang memiliki hobi yang sama; literasi.
4. Aku
muslim
Salah
satu landasan organisasi FLP adalah keislaman. Artinya, FLP ingin bergerak
sesuai kaidah-kaidah yang diajarkan Islam. Pula, ingin memperjuangkan Islam
lewat lembaran-lembaran tulisan.
Dengan
demikian, sebagai muslim tidak ada alasan bagiku untuk tidak mencintamu. Engkau
bagian dariku, aku bagian darimu. Kita satu tubuh, satu sama lain harus saling
merengkuh.
Jadi
teringat petuah Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad ini adalah salah satu ulama
yang aktif menulis. Beliau pejuang Islam lewat keteguhan hati dan tulisan. Pada
suatu hari beliau ditanya sampai kapan akan terus membawa tinta. Beliau
menjawab:
“Al-Mihbarah
Ila al-Mabarah”. Tinta ini akan aku bawa sampai aku mati.
Sampai aku dikuburkan. Imam Ahmad akan terus menulis sampai ajal menjemput.
Launching Buku Antologi Puisi FLP Surabaya |
5. Aku
cinta Indonesia
Indonesia
adalah negeriku. Tumpah darahku. Aku minum dari air Indonesia. Aku makan dari
hasil tanah Indonesia. Aku menghirup nafas dari udara Indonesia.
Baca juga:
Engkau
lahir dan besar di Indonesia. Engkau juga berjuang untuk Indonesia. Betapa
banyak penulis-penulis hebat Indonesia yang lahir dari rahimmu. Penulis-penulis
itu ikut mewarnai karya Indonesia.
Betapa
banyak orang rajin membaca karena perjuangan literasimu. Dari bacaan itu lalu
lahir karya yang mencerdaskan anak bangsa. Bahkan, karya-karya itu ada yang
tembus ke layar kaca. Tentunya ikut andil memeriahkan perfilman Indonesia.
Baca juga:
Aku
mencintaimu FLP, karena aku mencintai negeriku, Indonesia. Indonesia beruntung
memilikumu, Insyaallah.
Itulah
5 alasan yang sengaja aku ungkapkan. Dan di sini, dalam lubuk hati ini, masih
banyak alasan-alasan lain untuk selalu mencintaimu, FLP. Sekali lagi, selalu
saja ada alasan untuk tetap mencintaimu. Semoga!
2 komentar