"Relakah kau berjalan tanpa alas kaki?" Tanyaku.
"Kakiku begitu pilu jika harus berciuman dengan batu-batu," katamu.
"Aku akan melangkah, kamu di sini saja dulu," aku menyerah.
"Kakiku memang pasti terluka parah, tapi jika aku tak bisa menatapmu, hatiku yang akan berdarah," kau melukis rasa.
"Genggam tanganku erat. Jika kakiku tertusuk kaki berkarat, biarkan aku menangis di pundakmu, aku kuat," katamu lagi.
Aku tetap melangkah, tangan kananku memutar tasbih, tangan kiriku menghapus air mata, dan kau masih di sana.
Hatimu dan hatiku berdarah-darah...
Posting Komentar