Sumber Foto: http://lukihermanto.com |
“Kapan
nikah?”
Pertanyaan
itu tiba-tiba mendarat di telinga Dizan. Belum juga satu menit merebahkan badan
di sofa ruang tamu, sang ibu sudah muncul dan nanya yang aneh-aneh. Dizan bangun,
menahan letih karena seharian kerja di tegal.
“Apa
sih buk? Kesusu ae jennengan,” ujar Dizan lirih.
“Ibuk
sudah tua. Teman-teman ibu sudah pada nimang cucu. Ibuk aja yang belum,” balas
lagi Ibu Dizan sambil menaruh secangkir teh di depan Dizan.
Ah,
lagi-lagi ibu Dizan membahas nikah. Dalam sepekan ini sudah tiga kali ibu Dizan
menanyakan masalah nikah. Dizan masih belum bersuara. Dia tidak punya kata-kata
untuk diungkapkan kepada ibunya.
“Kalau
mau nikah itu, jangan sembarang dipikirin. Gak usah mikirin rezekilah, inilah,
itulah. Udah, kencang aja. Gas !” bapak Dizan ikut bersuara dari dapur.
Ah,
kompak nih bapak ibu. Bapak Dizan memang tidak pernah nanya-nanya masalah nikah
ke Dizan. Tapi kalau ibu Dizan membahas, seringkali ikut nyeletuk dari
kejauhan. Keluar deh petuah nikahnya.
Masih
terngiang di telinga Dizan ucapan bapaknya seminggu yang lalu. Kata bapak, “Nikah
jangan nunggu kaya, kalau nunggu kaya nanti gak nikah-nikah!”
Baca : "Suatu Saat" dari Kakek Tua
“Di
awal-awal membangun rumah tangga, nanti bapak-ibu bantu nak,” suara Ibu Dizan
kembali terdengar.
“Iya
bu. Nanti kalau waktunya pasti nikah, hehe,” sahut Dizan sambil tersenyum.
“Pasti
gitu jawabnya,” balas ibu Dizan, sepertinya kecewa.
“Apa
sih yang kamu pikirin? Makanya nikah, biar mikirnya tidak sendirian. Kalau nikah,
nanti kamu punya teman curhat, punya teman yang akan memberikan masukan. Kata orang
tua dulu (sesepuh), sebelum nikah orang punya satu pikiran, setelah nikah punya
dua pikiran, setelah beranak satu punya tiga pikiran,” lanjut Ibu Dizan panjang
lebar.
“Udah
Bu jangan bahas nikah muluk! Nanti cepet tua. Hehe,” ucap Dizan menjawab petuah
nikah ibunya. Ia seruput teh yang teh buatan ibunya lalu beranjak pergi.
“Udah
ya bu, saya mandi dulu.”
Ibunya
memandang gemes gimana gitu. Pandangannya mengikuti gerak tubuh anak laki
satunya-satunya itu. Ibu bangga padanya. Sejak aqil baligh, dia tak pernah
minta yang aneh-aneh. Juga nurut aja keinginan orang tua. Cuma masalah nikah
ini, mbulet ae.
Masalah
petuah nikah, Dizan ini sudah kenyang dengan ceramah ibunya. Dizan masih ingat
betul petuah-petuah nikah ibunya. Ia menganggap petuah itu sebagai azimat. Karena
orang tua adalah azimat bagi anaknya. Apa yang diberikan orang tua juga azimat
bagi anaknya.
“Cari
istri gak perlu cantik, yang penting bisa menerimamu apa adanya, juga sholehah.”
Diantara petuah nikah dari ibu Dizan yang sempat ia buat story di media sosial.
“Oea
bu, putrinya Pak Soleh itu cantik ya!” kata Dizan sambil menjulurkan kepalanya
dari balik pintu kamar.
Ibu Dizan
tersenyum. Ada apa neh? Bisik hatinya.
Posting Komentar