Rasanya Kemaren OSPEK, Sekarang Sudah KKN
Yah begitu
yang saya rasakan. Waktu rasanya sangat singkat. Baru kemaren daftar kuliah,
sekarang sudah detik-detik terakhir ada di bangku kuliah. KKN, PPL, lalu
skripsi, sudah. Saya akan diwisuda. Kurang lebih tinggal 1 tahun lagi semuanya
akan selesai. Asal tidak santai-santai.
Hidup
ini kalau sudah dilewati memang terasa singkat. Apa lagi melewati yang
bahagia-bahagia. Singkat sekali rasanya. Kalau waktu menjalaninya, wuih, lama
sekali. Apa lagi tidak kerasan di tempat tinggal yang baru. Atau lagi susah.
Gimana
yah rasanya nanti di neraka ? Pasti terasa lama sekali. Kalau masih berpeluang
masuk surga masih mending, lah yang masuk neraka selamanya ? Seperti
orang-orang yang mati tidak membawa Islam-Iman ?
Allahumma-kh
tim lana bi husni-l khatimah. Semoga kita mati dalam keadaan khusunul khatimah.
Semoga
saja saya kerasan di sini, di tempat KKN ini. Semoga waktu sebulan tidak terasa
setahun. Biarlah sebulan terasa sebulan. Bahkan mungkin kurang. Tapi, yang
lebih penting, saya berada di sini bisa bermenfaat untuk warga, untuk
masyarakat. Biar kuliah ada gunanya. Ilmu yang saya dapatkan bisa dimenfaatkan
oleh masyarakat.
Buatlah Kegitan yang Gak Mahal
Saya
KKN di Sidoarjo. Tepatnya di Kecamatan Prambon. Desanya Pejangkungan. Saya kira
di desa ini sudah maju. Pemerintahan desanya sudah keren. Ada ini, ada itu. Masyarakatnya
nggak repot cari kerja, meskipun hanya lulusan SMA. Karena di sini banyak
pabrik. Setelah lulus SMA atau sederajat, langsung aja ngelamar.
Hal
ini yang membuat masyarakat kurang minat ke pendidikan. Nggak kuliah bisa dapat
kerja, ngapain masih mau kuliah ? Gitu kata Pak Carik waktu menceritakan ke
kita. Logis juga sih. Kita kuliah untuk cari kerja kan ? Ah gak usah ngeles. Pasti
gitu. Kalau pun ada yang murni mencari ilmu, itu paling seribu satu.
Padahal,
niat yang baik dalam aktivitas kita itu penting. Karena niat itu dasar. Jika niatnya
baik, bisa dapat pahala. Juga bisa tercapainya cita-cita.
Saya
dan teman-teman termasuk yang beruntung KKN di sini. Tempat tinggal gratis. Cuma
bayar listrik saja, 300.000. Pak Lurah juga gak minta yang neko-neko. Gak minta
yang bisa mengeluarkan banyak biaya. Sederhana tapi meriah. Itu sudah cukup.
“Saya
ikut kalian. Saya tidak narget kalian harus buat ini, buat itu. Nanti berat
untuk kalian. Pokoknya sekiranya ketika kalian pulang, di sini masih ada
kenangan kalian. Buat aja kegiatan yang sederhana. Gak usah yang banyak biaya. Soalnya
kan tidak semua dari kalian ini anaknya orang mampu,”
“Saya
juga punya anak kuliah kok. Saya juga tidak mau nanti anak saya mengeluarkan
uang banyak ketika KKN. Nanti di sini juga banyak kegiatan. Kalian membaurlah
dengan masyarakat. Kalau ingin mengadakan acara, silahkan komunikasi dengan Pak
Lurah. Pak Lurah terbuka,”
Begitu
kurang lebih kata Pak Lurah. Menurut cerita Pak Lurah, beliau sudah lama ngabdi
di pemerintah desa. Kira-kira 20 tahunan. Beliau masuk di perangkat desa saat
berumur 21 tahun. Sekarang sudah berumur 51 tahun. Lalu, karir beliau naik
sampai menjadi Lurah.
Selain
ngantor di kantor kelurahan sebagai Pak Lurah, beliau juga mengisi waktu di
sawah. Beliau bertani tebu. Menjadi lurah itu murni pengabdian ke masyarakat. Bukan
untuk mencari uang. Sebab, beliau punya penghasilan sendiri dari bertani.
Kata
beliau, jadi lurah itu gak enak. Jadi lurah itu gak ada liburnya. Satu hari
full, satu minggu full. Di tengah malam ada anak masyarakat kecelakaan, ya
harus bangun. Bantu mereka. Di tengah malam ada orang meninggal, ya harus banging.
Bantu mereka.
Terlebih,
semua kegiatan Pak Lurah akan dilihat masyarakat. Setiap waktu begitu. Kalau ada
salah, langsung kelihatan dan selalu diingat-ingat. Kalau kebaikannya cepat dilupakan.
Hiks, hiks, hiks, sedih. Masih ingin jadi Pak Lurah ?
Tahu Bahasa Orang itu Penting
Kita
bangsa Indonesia memang disatukan oleh Bahasa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke
bisa berbahasa Indonesia. Kita tidak usah hawatir tidak bisa berkomunikasi
dengan orang Indonesia. Karena kita punya bahasa pemersatu.
Akan
tetapi, tahu bahasa daerah itu penting. Bahkan sangat penting. Orang luar Jawa tahu
bahasa Jawa ketika tinggal di Jawa itu penting. Karena bahasa yang sama dapat
mencairkan suasana. Kita melebur dengan masyarakat tanpa sekat.
Orang
akan cepat akrab kalau banyak kesamaan. Apa lagi kesamaan dalam bahasa. Media utama
dalam menjalin komunikasi antar sesama.
Nah,
kemaren, tak beberapa lama setelah kita sampai di Basecamp KKN, orang yang
punya rumah datang. Tampak islami sekali. Bahasanya memakai bahasa Jawa halus. Saya
faham sedikit-sedikit, tapi kalau disuruh bicara jadi bahasa campuran. Bahasa Jawa
halus, Jawa kasar, dan Bahasa Indonesia. hehehehe.
Untungnya,
diantara kita ada yang bisa bahasa jawa halus juga. Namanya Mbak Fita. Langsung
nyambung deh dengan ibu yang punya rumah. Langsung akarb. Ditambah Mbak Fita
tahu sosial masyarakat Jawa. Dia seperti tertata berkata dan bertingkah di
depan ibu itu.
Maklum
sih dia begitu. Dia kan orang Sidoarjo juga. Hehehe.
“Matur
suwun, ngapunten, “ kata-kata itu diucapkan Mbak Fita dan masih saya ingat.
Mbak
Fita sih kelebihannya dalam berbicara. Anggaplah dia orang supel. Cepet akrab. Nggak
males nanya ke orang. Nggak males nyapa ke orang yang baru dikenal. Yah,
menurut saya itu kelebihan. Bisa membuatnya banyak teman.
“Barangsiapa
yang mengetahui bahasa suaut kaum, maka dia akan selamat dari tipu dayanya,” Kalau gak salah, kata-kata ini adalah adagium Arab.
Posting Komentar