Suatu ketika, para sahabat duduk-duduk bersama Rasulullah saw.. Mereka
ingin menimba ilmu lebih banyak lagi. Dari kejauhan tampak sekali mereka begitu
hidmat. Kepala mereka menunuduk. Akhlak mereka begitu sempurna kepada baginda
nabi. Hati mereka pun bahagia. Rindu yang kadang menggelora bisa terobati denga
pertemuan itu. Wajah Rasulullah juga tampak berseri-seri.
Sikap Rasulullah pada sahabat-sahabatnya tak kalah menyejukkan dari sikap
mereka pada beliau. Berkumpul dengan Rasulullah seakan diam di tempat hembusan angin semilir yang tiada lelah
membelai-belai tubuh yang sedang linglung.
Di tengah asyik-asyiknya, Rasulullah bersabda, “Sebentar lagi akan datang
seseorang penduduk surga.” Para sahabat pun penasaran. Hati mereka juga
getar-getir. Pasalnya, mereka ingin orang yang datang adalah keluarganya. Para
sahabata yang hadir menunggu. Hati mereka deg-degan. Siapa gerangan yang akan
datang. Keluarga mereka atau sahabat yang lain.
Tak lama kemudian, munculah sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas. Sahabat yang
hadir pun tahu, Sa’ad mendapat kebahagiaan dunia akhirat. Mereka tidak
berkomintar apa-apa. Mereka hanya ingin kelak mereka juga masuk surga
bersama-sama.
Besoknya, para sahabat hadir lagi di majlis yang sama. Mereka tidak lelah
untuk selalu menimba ilmu dari baginda nabi Muhmmad saw.. Kemudian, terdengar
suara Rasulullah mengatakan hal yang sama dengan kemaren, “Sebentar lagi akan
datang seseorang ahli surga.”
Para sahabat sedikit terkejut mendengar sabda nabi itu. Hati mereka
berdetak penasaran siapakah dia. Siapakah orang yang telah mendapat jaminan
surga dari Rasulullah. Dalam pojok hati mereka ada harapan mudah-mudahan orang
yang akan datang adalah keluarga mereka. Lalu muncullah Sa’ad bin Waqqas. Sa’ad
lagi.
Waktupun berlalu. Mentari kembali keperaduannya. Siang pergi dan malam
datang menghampiri. Malam dan siang seakan dua saudara yang saling mengerti.
Untuk hadir di jagad ini mereka selalu bergantian dan tak pernah berebutan.
Sungguh keharmunisan yang tak dapat dibayangkan.
Ketika siang datang lagi,
seperti biasa, para sahabat duduk manis di dekat Rasulullah saw.. Mereka obati
rindu yang kadang menyengat karena tidak memandang wajah baginda nabi. Perkataan
nabi pun tidak lepas dari rekaman ingatan mereka.
Tak disangka, Rasulullah mengatakan seperti yang kermaren, “Akan datang
pada kalian seorang penduduk surga.” Para sahabat yang hadir berdebar-berdebar.
Hati mereka berharap semuga orang yang datang termasuk keluarga mereka. Mereka
pandangi arah jalan.
Kemudian tampaklah seorang laki-laki. Ternyata Sa’ad bin Abi Waqqas lagi.
Terbesit di hati sahabat rasa penasaran. Sebenarnya apa yang dikerjakan Sa’ad, kok sampai
mendapat tabsyir bil Jannah sampai tiga kali.
Ketika Rasulullah beranjak pergi,
Abdullah bin Amer yang diselimuti penasaran bangkit dan menghampiri
Sa’ad bin Waqqas. Ia ingin tahu sebenarnya amal apa yang dikerjakan Sa’ad
sampai mendapatkan kebahagiaan itu. Abdullah ingin mengerjakan amal yang
diamalkan Sa’ad sehingga ia juga akan mendapat tabsyir biljannah.
Kemudian Abdullah bin Amer mencari-cari alasan supaya bisa menginap di
rumah Sa’ad. “Maaf wahai Sa’ad. Saya ada masalah dengan ayah. Saya juga
bersumpah tidak akan pulang sampai tiga malam. Jika kau berkenan untuk
menampungku di rumahmu sampai masa sumpahku habis, saya bahagia sekali.” Kata sahabat
Abdullah sedikit mengiba.
Lalu Sa’ad bin Waqqas mengiakan. Abdullahpun kemudian menginap di rumah
Sa’ad bin Abi Waqqas. Pada malam pertama, Abdullah tidak mendpati Sa’ad bin Abi
Waqqas beribadah semalam suntuk. Ibadah Sa’ad biasa-biasa saja. Abdullah hanya
melihat ketika Sa’ad berbalik, lidahnya menyebut nama Allah dan bertakbir.
Hal yang sedemikan berlanjut sampai fajar. Abdullah sama sekali tidak
melihat Sa’ad bin Waqqas berdiri panjang dalam salat malam. Ketika azan subuh
berkumandang, Sa’ad mengambil wudu dan menyempurnakannya. Sa’ad melakukan
segala sunah wudu. Kemudian salat subuh. Dan sa’ad tidak berpuasa.
Melihat semua itu, Abdullah bin Amer tambah penasaran. Mungkin ada amal
yang tidak ditampakkan oleh sahabat Sa’ad. Abdullah pun menginap di rumah Sa’ad
sampai tga hari tiga malam. Akantetapi, Abdullah tidak menemukan ibadah Sa’ad yang
wah. Menurut Abdullah, amaliyah Sa’ad biasa-biasa saja dan tidak ada
yang sangat istimewa. Mungkin para sahabat yang lain juga melakuakan hal yang
sama.
Pada hari ketiga, terbesit dalam hati Abdullah bin Amer perasaan meremehkan. Sebab, ia tidak pernah
melihat pekerjaan Sa’ad yang wah. Kemudian, Abdullah bin Amer berterus terang
pada sahabat Sa’ad. Sebenarnya, antara dia dan ayahnya tidak terjadi apa-apa.
Ia melakukan semua ini karena penasaran amal apa yang dilakukan sahabat Sa’ad
sehingga mendapatkan janji surga sampai tiga kali.
Sahabat Abdullah juga mengabarkan tentang pengamatannya selama ini.
Ternyata ia tidak mendapati Amal Sa’ad yang wah. Semuanya biasa-biasa saja.
Padahal tujuan Abdullah, untuk mengikuti amal Sa’ad. Mungkin dengan mengikuti
amal Sa’ad akan mendapat janji surga dari Rasulullah saw..
Mendengar penuturan sahabat Abdullah, Sa’ad terdiam. Ada haru dalam
hatinya. “Memang tidak ada yang wah. Amalku seperti apa yang kamu saksikan.”
Tiba-tiba sura Sa’ad memecah keheningan. Sahabat Abdullah pun kecewa. Ia tidak
mendapatkan apa yang ia inginkan. Lalu ia pun ingin berlalu meninggalkan Sa’ad
bin Abi Waqqas.
Ketika Abdullah bin Umar berbalik badan ingin pergi, suara Sa’ad
menghentikan langkahnya. “Memang pekerjaanku seperti yang kamu lihat. Namun ada
satu hal yang tidak kamu ketahui. Aku tidak pernah sakit hati pada orang islam.
Jika mereka mendapat ni’mat, aku tidak iri apa lagi dengki.” Kata Sahabat Sa’ad
bin Abi Waqqas.
“Inilah yang membuat dirimu beruntung. Dan aku tidak mungkin bisa
menirunya.” Sahut sahabat Abdullah bin Amer.
Sumber foto: http://olhares.sapo.pt/camelos-nas-piramides-do-egipto-foto99833.html
Referensi:
تاريخ دمشق - (ج 20 / ص 326))
Posting Komentar