puisi ibu | Ibu……
Aku elang kecilmu yang mengepakkan sayap-sayap ikhtiyar
Melintasi kerikil-kerikil berduri
Melawan terpaan badai yang terus mencoba menghempaskan tubuhku
Aku terus melayang-layang tuk kejar asa dan harapan
Aku ingin, membahagiakan dirimu
Aku ingin membalas jasa-jasamu
Meski aku tahu, aku tidak akan mampu
Kini, aku telah berlabuh di pantai putih bersamamu, bersama ayah dan kebahagian familiku
Semuga, kau dan mereka tersnyum melihat birunya lautan,
Menyimak deburan ombak
Memeluk senyman bintang yang malu-malu
Memandang gumpalan awan yang tersnyum kepadamu
Ini semua untukmu wahai ibu…. Ayah….
Semuga kalian bahgia
Namun maafkan aku, jika hanya serpihan pecahan kaca yang tak sempurna
Ibu……..
Ku coba tuk merangkai kata saat aku kecil dulu bersamamu
Namun aku tak mampu
Kau semudra cinta yang mencitaiku tanpa karena
Cintamu kepadaku deretan aksara tanpa kata
Meski tak terucap, lutan tinta yang tak pernah habis tuk mengukir masa
Ibu…….
Aku ingat saat kecil dulu, saat aku pertama kali hadir di dunia fana ini
Kau tersenyum, ayah juga tampak bergembira
Hadiah pertama yang ku berikan adalah jeritan histerisku
Aku merasakan tidak nyaman, dunia ini kasar
Lalu, kau mendekapku dalam pelukanmu
Kau membelaiku dengan kasih sayangmu
Aku merasa tentram, sehingga aku berlayar di alam bawah sadarku
Ibu…
Saat aku mulai belajar mengeja kata
Kau menuntunku dengan sabar sampai satu kata dua kata berhasil aku hafal
Kau tersenyum saat lidah kecilku mengeluarkan kata-kata lucu
Saat aku mulai belajar berjalan dengan tertatih-tatih
Kau pandangi aku, bibirmu tersenyum bangga
Cita-cita yang belum kau capai mulai terbayang akan kau peroleh melalui diriku
Saat aku terjatuh ketika belajar bersepeda
Kau ranggkul aku, wajahmu terlihat bingung karena takut akan kesalamatanku
Bahkan, kau meneteskan air mata karena merasakan perihnya luka di lututku
Ibu……
Setiap selesai salat, kau angkat tanganmu
Kau berdoa bersimpuh di hadapan tuhan
Memintakan kebahagiaan hidupku
Setiap malam, saat sayap-sayap malaikat menyapu tetesan air wudu
Kau masih tenggelam dalam pintamu
Namaku terdengar sayup-sayup dari suara lirihmu
Kau doakan aku melebihi doamu pada dirimu
Ibu…..
Saat umurku menginjak remaja
Fikiranmu mulai dihantui rasa takut dan was-was tentang nasibku
Pada saat itu pula, tingkah lakuku mulai tak bisa kau control
Kenakalanku mulai mengguyurkan hujan air matamu
Tapi, kau tetap mencintaiku seperti saat aku kecil dulu
Ibu……
Maafkan anakmu ini
Sudah berapa banyak aku berkata kasar kepadamu
Sudah berapa banyak aku membentakmu
Sudah berpa banyak aku tidak mengiakan pintamu
Sudah berpa banyak aku tidak menghiraukan laranganmu
Maafkan aku ibu…
Maafkan aku…
Sering, aku meminta barang yang kau tidak mampu
Tapi, kau tetap tersenyum di depanku dan memenuhi permintaan ku
Padahal, kau tidak memiliki apa-apa untuk itu
Sering, aku meminta kepadamu baju baru,
Kau membelikanku baju baru
Padahal, bajumu hanya itu sejak tahun lalu
Sering, aku meminta sandal baru kepadamu
Kau membelikanku sandal baru
Padahal sandalmu hanya itu sejak dulu
Rabbighfirli waliwa lidayya warhahuma kama rabbayani saghira
Ya Allah maafkan aku
Maafkan kedua orang tuaku
Sayangi mereka seperti mereka menyayangiku saat aku kecil dulu
Lindungi mereka seperti mereka melindungiku saat aku kecil dulu
Kasihani mereka seperti mereka mengasihaniku saat aku kecil dulu
Ya Allah ampuni dosa-dosa mereka saat mereka tidak bisa memenuhi kewajibanmu
Karena sibuk mengurusiku
Ampuni dosa-dosa mereka saat mereka tidak bisa khusyuk karena bisingan tangisku
Ampuni dosa-dosa mereka saat mereka mengabaikan perintahmu karena tidak rela meninggalkan aku
Ampunilah mereka….
Astaghfirullah li wa liwalidayya
Astaghfirullah li wa lidayya
langgar reot, 27, sya’ban 1435 H
Posting Komentar